Weetebula, Vox NTT- Isu pendidikan di Pulau Sumba bukanlah hal baru untuk dibicarakan.
Keterbatasan yang dimiliki dalam bidang pendidikan baik secara kualitas maupun kuantitas selalu menjadi bahan diskusi karena memiliki sejumlah polemik yang cukup kompleks.
Dengan menganalisis keadaan pendidikan di Sumba tentu saja dapat memprediksi kualitas output dari pendidikan tersebut dalam bentuk sumber daya manusia. Kemudian, pengembangan yang terjadi di Pulau Sumba di masa yang akan datang.
Salah satu isu dalam pendidikan di Pulau Sumba adalah rendahnya kemampuan literasi.
Kualitas literasi yang rendah ini cukup memprihatinkan karena memberikan dampak yang sangat signifikan pada proses pendidikan seseorang secara keseluruhan.
Literasi dapat dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Jika hal ini mengalami keterlambatan dan kendala maka akan sangat mempengaruhi proses Pendidikan seseorang.
Kegiatan Konkret Inovasi
Inovasi memprakarsai Pertemuan Koordinasi Mitra pendidikan di Kabupaten Sumba Barat Daya, Senin (18/04/2022).
Pertemuan koordinasi ini dihadiri oleh berbagai pihak yang berkaitan dengan isu pendidikan baik dari pihak pemerintah maupun NGO.
Lembaga yang sempat hadir dalam kegiatan ini adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Sumbawa Barat Daya (SBD) , Yayasan Anak Literasi Indonesia (YLAI), Bapelitbangda, Suluh Insan Lestari, Insipirasi Foundation, SPADU dan Inovasi sendiri.
Wilhelmina Kurnia Wandut, M.Hum, salah satu Dosen STKIP Weetebula menjelaskan, pertemuan ini bertujuan untuk menjalin komunikasi yang baik antara LSM dengan pemerintah daerah di bidang pendidikan.
Berharap pertemuan itu dapat menghasilkan solusi untuk melakukan perubahan signifikan terhadap kualitas pendidikan di Sumba Barat Daya.
“Pertemuan ini juga memberikan ruang bagi setiap LSM yang hadir memaparkan program mereka yang memiliki fokus yang berbeda-beda dalam dunia Pendidikan. Semua LSM yang hadir memiliki kontribusi yang baik dalam memajukan kualitas Pendidikan di Sumba Barat Daya,” kata Wihelmina dalam rilis yang diterima VoxNtt.com, Selasa (19/04/2022).
Yusrizal selaku District Koordinator Inovasi NTT dalam kegiatan itu mengatakan, dalam mengidentifikasi kualitas pendidikan di Sumba Barat Daya, pihaknya telah melakukan penelitian berbasis masalah untuk mengetahui penyebab rendahnya kemampuan literasi pelajar.
Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa rendahnya kualitas SDM adalah salah satu penyebabnya dan kemudian mencari solusi konkret untuk permasalahan tersebut.
“Inovasi telah melakukan berbagai upaya dan juga bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuan besarnya. Ketika mengidentifikasi lemah sumber daya manusia dalam membimbing siswa/i dalam literasi, Inovasi mengadakan program guru terbimbing dan memfasilitasi mereka dengan kegiatan KKG agar guru-guru tersebut memiliki kompetensi yang mumpuni dalam mengajarkan literasi sesuai dengan kebutuhan dan karakter siswa. Selain itu, guru tersebut didampingi oleh delapan orang Fasda yang juga memonitoring dan mengevaluasi kinerja dari guru terbimbing,” jelas Yusrizal.
Sementara, Lorens selaku pengawas yang direkrut oleh Inovasi mengatakan, pertemuan ini adalah momen yang sangat baik untuk mendiskusikan dan mendengarkan hal yang berkaitan dengan isu pendidikan.
Dia juga mendorong pemerintah menyiapkan anggaran untuk menindaklanjuti solusi dan program dari hasil pertemuan ini.
Menurutnya, pemerintah perlu merekrut pengawas yang andal sehingga pengawas tersebut dapat memberikan penguatan kapasitas yang baik kepada kepala sekolah dan guru yang dilakukan dengan cara KKG.
“Dengan memiliki guru-guru yang kompeten maka pendampingan literasi dapat dilakukan secara maksimal,” katanya.
Kabid Sosbud Bapelitbangda, Pankraseus Apin yang juga turut hadir menjelaskan, pertemuan yang dilakukan sangat bermanfaat.
“Karena lewat kegiatan ini pihak pemerintah dapat mengetahui masalah-masalah konkret yang berkaitan dengan pendidikan. Pak Kabid menambahkan bahwa dalam melakukan program, Lembaga harus memiliki target waktu dan output yang jelas dan tepat,” ujarnya.
Pada sesi akhir pertemuan, setiap LSM yang hadir membuat refleksi mengenai masalah apa yang sedang dialami dalam melakukan program dan menuliskan dukungan apa yang diperlukan baik dari pihak pemerintah maupun sesama NGO.
Sebagai informasi, Peningkatan kualitas pendidikan bisa dilakukan secara progresif jika semua pihak dapat saling mendukung dan bekerja sama.
Pihak NGO tidak akan mungkin dapat berjalan produktif dan sustain tanpa ada dukungan dari pemerintah daerah.
Begitu pula, program pemerintah daerah akan lebih mudah dan efektif dengan adanya NGO yang memiliki fokus berbeda-beda dalam menyelesaikan masalah dalam pendidikan.
Output dari pendidikan memang tidak bisa langsung dirasakan secepat mungkin, namun perubahan jangka panjang ini akan sangat berguna untuk dalam mewujudkan masyarakat yang berbudaya, cerdas dan kritis.
Tujuannya agar sumber daya manusia di kabupaten Sumba Barat Daya ini mengalami perubahan positif dan secara otomatis turut meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. [*]