Atambua, Vox NTT- Jagung di lahan Food Estate Block C seluas 16 hektare di Desa Fatiketi, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Provinsi NTT mati setelah ditanam Presiden Joko Widodo pada Maret lalu.
Dinas Pertanian Kabupaten Belu terpaksa harus membajak ulang lahan tersebut untuk kemudian dilakukan penanaman ulang.
Matinya jagung di kebun yang seharusnya menjadi contoh bagi masyarakat Kabupaten Belu khususnya dan NTT umumnya itu, disebabkan sejumlah faktor.
Salah satu penyebabnya karena sistim irigasi sprinkle yang dibangun Kementerian PUPR melalui Satuan Kerja (Satker) Balai Wilayah Sungai (BWS) NTT tidak berfungsi dengan baik dan bahkan mubazir.
Betapa tidak, dari ratusan titik sprinkle yang dibangun untuk lahan seluas puluhan hektare tersebut, hanya 4 titik yang bisa digunakan.
Itu pun tidak bisa membasahi lahan pertanian secara maksimal.
BACA JUGA: Ansy Lema Kritik Jagung yang Ditanam Jokowi di Belu Tidak Tumbuh
Maria, salah satu petani yang ditemui di lahan Food Estate pada Rabu (27/04/2022) mengatakan, jagung yang ditanam Presiden Jokowi mati kekeringan setelah dua minggu ditanam.
“Jagungnya sempat tumbuh tapi hanya dua minggu dan mati karena kekeringan,” ujar Maria saat ditanya anggota DPR RI Ansy Lema di lokasi Food Estate.
“Kita kalau mau siram pakai sprinkle, sampai kapan pun kita akan gagal dan tidak panen. Karena saat siram tanah hanya basah di permukaan. Setelah itu langsung kering. Bagaimana jagung mau tumbuh,” tandas Maria.
Hal senada diungkapkan Kepala Desa Fatuketi, Markus Taus. Ia mengatakan, kondisi gagalnya jagung yang ditanam Presiden Jokowi disebabkan karena tidak ada komunikasi dan koordinasi yang baik secara berjenjang antarlembaga baik di daerah maupun pusat.
Menurut Markus, sistim pengairan dengan sprinkle sangat tidak tepat karena tekanan air tidak maksimal.
Akibatnya, petani terpaksa menyambung selang pada ujung pipa yang seharusnya dipasang nozel sprinkle untuk mengairi lahan.
Didapati awak media ini, sejumlah titik sprinkel juga tidak memiliki nozel sehingga tidak bisa digunakan.
Belum diketahui persis, apakah nozel sprinkle ini belum dipasang ataukah sudah dicopot.
Terpantau di lokasi Food Estate pada Selasa 26 April hingga Rabu 27 April 2022, tidak satu pun pohon jagung di lahan seluas 16 hektare yang ditanami Presiden Jokowi tumbuh.
Yang ada hanya rumput liar yang tumbuh subur di lahan yang dikerjakan dengan anggaran puluhan miliar rupiah dari APBN.
Secara kasat mata tampak permukaan tanah kering dan tidak seperti lahan yang sedang ditanami tanaman pertanian.
Terpisah, PPK BWS NTT yang menangani sprinkle di lahan Food Estate kabupaten Belu, Ruben, mengatakan pihaknya hanya berwewenang mendesain dan memasang sistim jaringan sprinkle di lahan tersebut.
Selanjutnya, untuk urusan pemanfaatan dan pengelolaan fasilitas sprinkle merupakan tanggung jawab Dinas Pertanian dan Dinas PUPR setempat.
“Memang kita yang desain dan pasang tetapi untuk pemanfaatan dan pengelolaan ada di Dinas Pertanian dan Dinas PUPR setempat,” ujar Ruben saat dihubungi awak media ini pada Rabu (27/04/2022).
Penulis: Marcel Manek
Editor: Ardy Abba