Peluh Ibu
Ibu, pada setiap peluh keringatmu
Ada cinta yang luar biasa.
Disetiap lelahmu
Ada perjuangan yang kau curahkan
Untuk keluarga.
Terima kasih, ibu.
Telah gagah melawan kerasnya hidup,
Meski kaku dan beberapa kali tersungkur penuh debu.
Namun, engkau tetap berusaha untuk bangkit!
Meski luka dan perih.
Tapi, engkau bertahan untuk tetap bernafas,
Demi cinta dan buah hatimu.
Bekasi, 2021
Air Mata Mama
Setelah jauh melangkah dan tak lagi mendekapmu, tangan-tangan kita sudah tak saling menjamah.
Aku merangkak menyulam harap di hiruk ibu kota yang kian fana, di Jakarta ada kecemasan yang paling.
Ada suka, juga duka yang terus menyamar, antara bertahan atau pulang, masih menjadi tanya yang selalu mampir tiap pagi, siang, dan malam.
Ma, pada asa yang kau titip ada kekuatan doa yang menjadi perisai untuk terus kurangkai.
Setelah hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun aku menahan dahaga, perih, hingga nafas hampir tersesat.
Tetesan air matamu saat aku pamit dari rumah merupakan kenangan yang berharga dan berarti, itu kujadikan pegangan untuk berjuang melawan kerasnya hidup.
Senyum yang kau titipkan melalui video call mampu menghapus badai perasaan yang terus berkecamuk di tengah wabah pandemi berkelana.
Hampir saja harap yang engkau titipkan menjadi prahara, untung saja Tuhan datang menyelamatkan.
Ma, aku rindu candamu, belaian kasih, dan senyummu yang khas.
Jakarta, 2020
Bernafaskan Cinta, Puisi untuk Mama
Ma, terasa lebih dalam engkau mengerti tentang aku,
Meski perih.
Kau tetap mengajarkanku arti hidup dalam simpul senyum.
Dari lilin yang engkau nyalakan di sudut gua dalam rumah,
Aku tahu.
Namaku selalu engkau sebut dalam ujud doamu,
Muara kasihmu menjadi telaga yang menyejukan
Bagi kami anak-anakmu.
Kasihmu putih, tanpa noda, sebening air matamu
Yang menjadi palunganku untuk bertobat.
Ma,
Aku mencintaimu, seperti nafas cintamu yang engkau berikan untukku,
Senyum yang kau titipkan,
Menjadikan segalahnya indah.
Dalam bayang pelukmu aku rindu kehangatan belaian kasihmu.
Sejauh manapun langkah kakiku berlayar
Engkau adalah alasanku untuk pulang.
Ma, jika kelak aku punya sedikit uang
Kan kubelikan engkau sepasang baju
Biar keawetan tubuhmu tetap terjaga.
Depok, 2020
Biodata :
Nama : Donatus Juito Ndasung, Guru asal Flores tinggal di Bogor. Penulis pernah menulis buku antologi Puisi berjudul ‘Memori’ bersama empat teman lainnya. Bisa dihubungi via IG juitondasung25