Mbay, Vox NTT- Inovasi untuk Anak Sekolah Kemitraan Australia Indonesia (INOVASI) menyelenggarakan Lokakarya Persiapan Kurikulum Merdeka di Kabupaten Nagekeo.
Kegiatan tersebut dilaksanakan selama dua hari yaitu Selasa- Rabu, 24-25 Mei 2022, bertempat di Aula Setda Kabupaten Nagekeo di Mbay.
Lokakarya dilaksanakan sebagai tindak lanjut setelah pada bulan Februari 2022, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia meluncurkan Kurikulum Merdeka yang akan mulai diimplementasikan pada tahun 2024 mendatang.
Kegiatan dibuka secara langsung oleh Bupati Nagekeo Yohanes Don Bosco Do dan dihadiri oleh Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, BSKAP, Kemendikbudristek Drs. Zulfikri Anas, M.Ed, Direktur Program INOVASI Mark Heyward, Ph.D,
Turut hadir, Provincial Manager INOVASI NTT Hironimus Sugi, Direktur Eksekutif Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSKP) Nisa Felicia Faridz, Ph.D, Kepala Balai Penjaminan Mutu Pendidikan, Provinsi Nusa Tenggara Timur Ponto Yelipele Kepala Balai Guru Penggerak, Provinsi Nusa Tenggara Timur Dr. Wirman Kasmayadi, S.Pd., M.Si, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara Drs. Suparmin Setto, para guru fasilitator daerah Inovasi, para pengawas dan undangan lainnya.
Bupati Nagekeo Yohanes Don Bosco Do saat membuka kegiatan mengatakan, workshop tersebut diharapkan memberikan motivasi dan peta jalan bagi para pekerja dunia pendidikan, agar dapat keluar dari kebiasaan lama dan mampu melakukan hal baru dengan baik dan benar.
“Melalui workshop ini, guru kelas dapat menyusun peta jalan untuk setiap anak melalui Kurikulum Merdeka. Salah satunya adalah penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar, yang selama ini telah dikuatkan oleh Yayasan Sulinama. Harapan saya setelah workshop, kita dapat mengejar ketertinggalan dengan melibatkan komunitas sekolah, sehingga bersama-sama dapat menemukan cara-cara efektif untuk membimbing anak mencapai kompetensi yang dimiliki serta mencapai prestasi puncaknya,” ujar Bupati Don.
Bupati Don mengingatkan agar para guru tidak perlu khawatir terhadap penerapan kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka, sebab kurikulum dirancang untuk memudahkan guru mengajar dan siswa belajar.
Sementara, Direktur Program INOVASI Mark Heyward dalam kesempatan tersebut menyatakan, pihaknya mengapresiasi semangat dan komitmen Pemerintah Kabupaten Nagekeo, yang selama ini membangun kerja sama dengan berbagai pihak demi meningkatkan mutu pendidikan.
“Saat ini, salah satu fokus kami adalah kurikulum merdeka. Kurikulum ini akan menguatkan fondasi pendidikan dasar sehingga siap untuk melangkah ke jenjang berikutnya. Peran Inovasi adalah menyiapkan kerangka yang baik, namun untuk menyempurnakannya dibutuhkan dukungan dan kerja sama berbagai pihak,” ujarnya.
Mark berharap agar Pemda Nagekeo memperhatikan penggunaan bahasa ibu sebagai bahasa pengantar pelajaran di kelas awal.
Pemda Nagekeo diharapkan pula memberikan perhatian dan akses yang sama bagi guru sekolah swasta untuk mengikuti berbagai pelatihan peningkatan kompetensi guru.
Sementara itu, Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, BSKAP, Kemendikbudristek Drs. Zulfikri Anas menyatakan, Kurikulum Merdeka dirancang untuk memudahkan guru dalam mengajar dan memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi anak untuk mengembangkan potensi dirinya.
“Setiap anak itu unik dan berbeda, dapat diibaratkan sebagai planet yang bergerak dalam orbit masing-masing. Kurikulum merdeka akan mengakomodir keunikan dan perbedaan tersebut, dalam Kurikulum Merdeka para guru diberikan kebebasan melakukan improvisasi belajar untuk menyesuaikan dengan kemampuan anak,” ungkapnya.
Direktur Eksekutif Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSKP) Nisa Felicia Faridz yang hadir sebagai narasumber menjelaskan, hal yang paling menonjol dalam kurikulum merdeka adalah penggabungan beberapa kompetensi dasar dan target belajar yang disederhanakan.
” Karena itu, seharusnya kurikulum ini memudahkan guru. Selain itu, dalam Kurikulum Merdeka terdapat beberapa fase pendidikan yaitu fase A untuk kelas satu dan dua, fase B untuk kelas tiga dan empat dan fase C untuk kelas lika dan kelas enam. Penetapan fase tersebut akan memperpanjang waktu belajar siswa, dengan demikian tidak perlu ada siswa yang tinggal kelas dalam satu fase, kecuali saat berpindah fase pendidikan,” jelasnya.
Dalam workshop tersebut, para peserta dibagi dalam beberapa kelompok diskusi. Dalam kesempatan tersebut para peserta mengemukakan harapan dan kendala pemahaman tentang Kurikulum Merdeka.
Agustinus Ghedo, Guru SDK Olakile menyampaikan bahwa secara garis besar dirinya memahami penjelasan tentang Kurikulum Merdeka.
“Ada beberapa hal yang telah kami lakukan seperti asesmen diagnostik atau pemetaan kemampuan dasar siswa dan RPP. Hal itu akan mempermudah implementasi Kurikulum Merdeka. Namun kami berharap agar prinsip guru merdeka mengajar dapat diselaraskan dengan Badan Akreditasi Nasional, agar tidak terjadi perbedaan pemahaman dalam administrasi,” harapnya. [*]