Kupang, Vox NTT- Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu daerah yang rentan terjadi kasus human trafficking atau perdagangan manusia.
Bayangkan, dalam rentang waktu sembilan bulan, yakni Januari hingga September 2021, sebanyak 98 Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal NTT meninggal di luar negeri.
Dilansir kompascom, Kepala UPT Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Kupang Siwa mengatakan, dari 98 PMI tersebut, hanya satu orang yang memiliki dokumen lengkap.
Lembaga Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (Padma) Indonesia pun prihatin akan kondisi ini.
Direktur Padma Indonesia, Gabriel Goa, menegaskan sekarang dan ke depan migrasi ilegal rentan human trafficking akan semakin marak terjadi di NTT.
Gabriel beralasan karena Balai Latihan Kerja Pekerja Migrasi Indonesia (BLK PMI) hanya ada empat di Kota Kupang yang rinciannya satu milik pemerintah dan tiga milik swasta Perusahaan Pengerah Pekerja Migran Indonesia (P3MI).
Kemudian Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) hanya ada empat di NTT yakni di Maumere, Kupang, Kota Kupang dan Tambolaka Sumba Barat Daya. Namun sayangnya pelayanan LTSA ini tidak optimal. Bahkan, di Kabupaten Kupang dan Tambolaka Sumba Barat Daya sudah tidak lagi berfungsi.
“Perlu dikejar nih pers karena jangan salahkan calon pekerja migran asal NTT akhirnya memilih non prosedural karena negara (pemerintah pusat dan daerah) belum serius urus dan siapkan CPMI asal NTT menjadi Angkatan Kerja Antardaerah (AKAD) dan Angkatan Kerja Antarnegara (AKAN),” kata Gabriel dalam keterangan tertulis yang diterima VoxNtt.com, Senin (26/09/2022).
Karena itu, Gabriel menyarankan Pemprov NTT agar bisa berkolaborasi dengan sekolah-sekolah vokasi yang ada untuk serius melatih CPMI.
“BLK PMI dan LTSA PMI tupoksinya Kemnaker dan Pemprov/Pemkot/Pemkab sesuai amanat UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia,” jelas Gabriel.
Ia juga menyarankan agar Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat dan Wakil Gubernur Josef A. Nae Soi waktu setahun sisa jabatannya serius menggenjot dan mengoptimalkan BLK PMI dan LTSA PMI di Letekonda, Sumba Barat Daya untuk melayani CPMI empat kabupaten di Pulau Sumba.
Kemudian mengoptimalkan BLK PMI dan LTSA PMI di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.
Lalu, berkolaborasi dengan BLK SSpS Lembata dan BLK CIY di Ende dan mengoptimalkan LTSA Maumere untuk daratan Flores dan Lembata.
Tidak hanya itu, ia menyarankan pula agar berkolaborasi dengan sekolah-sekolah vokasi di bidang pariwisata, pertanian, perikanan, peternakan, otomotif, kesehatan dan lainnya di NTT untuk CPMI high level go nasional dan internasional.
Penulis: Ardy Abba