Kupang, Vox NTT-Puluhan guru penggerak dari Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur ikut dalam pelatihan Pembelajaran Multi Bahasa Berbasis Bahasa Ibu dalam Impelemntasi Kurikulum Merdeka bagi Guru Penggerak jenjang sekolah dasar.
Kegiatan itu berlangsung di Hotel Sotis Kupang sejak Senin 07 hingga 11 November 2022. Pelaksana kegiatan tersebut yakni Balai Guru Penggerak (BGP) Provinsi NTT, bekerja sama dengan Inovasi.
Deputy Director Learning Inovasi, Feiny Sentosa, pada pembukaan kegiatan menyebut Inovasi memberikan apresiasi yang tinggi atas kerja sama dengan BGP NTT.
“Program ini salah satu kebanggaan Inovasi. Bahasa Ibu dapat dipakai sebagai bahasa pengantar untuk pengajar di kelas,” ujarnya.
Menurutnya, pemakaian Bahasa Ibu sudah lama diatur oleh Undang-undang.
“Pendekatan yang sistematis berdasarkan teori tata bahasa. Pendekatan ini selaras dengan Merdeka Belajar. Ini prinsip utama sekaligus memastikan setiap anak dapat memahami,” jelasnya.
Menurut Feiny, pelatihan ini penting karena penyampaian materi selama empat hari.
“Kementerian sudah mendukung apa yang kita lakukan,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Balai Guru Penggerak (BGP) NTT, Wirman Kasmayadi, saat membuka kegiatan mengatakan, tujuan dari pelatihan pemakaian Bahasa Ibu untuk melengkapi diferensiasi yang akan terjadi di kelas.
“Selesai workshop akan ada tindak lanjut di sekolah bapa ibu. Nanti akan ada lokakarya panen hasil. Di Kementerian masih bahas konsep di NTT sudah praktik. Kami punya target cukup tinggi karena peserta terseleksi. Kami yakin karena sudah digembleng 9 bulan, ” jelasnya.
Menurutnya, para peserta yang adalah Guru Penggerak adalah pasukan milik BGP NTT.
“Teman-teman guru sekolah penggerak adalah pasukan elit kami di BGP. Tahun depan kita akan bekerja bagi sekolah sekolah yang belum. Kita akan dorong di kabupaten masing-masing sebagai penggerak atau fasilitator. Bagaimana pun yang kita lakukan adalah untuk berdampak bagi siswa,” tandasnya.
Hadir sebagai pemateri pembuka Hironimus Sugi, selaku Provincial Manager NTT, Inovasi.
Hironimus menjelaskan kondisi riil berdasarkan kajian UU dan juga survei kondisi tingkat literasi dasar siswa sekolah dasar di NTT
“Ketika kita mengenalkan di Papua ada reaksi yang sangat beragam. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memakai bahasa yang dipahami anak-anak,” kata dia.
Sedangkan salah satu pemateri yakni Johnny Tjia , Program Manager, Yayasan Sulinama ikut hadir dalam kegiatan itu.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba