Kupang, Vox NTT- Sewaktu berkunjung ke pameran karya seni, kita mendengarkan musik-musik instrumen (beberapa pameran karya seni memilih untuk tidak memutarkan musik dengan alasan tertentu).
Namun bila kita kaji, menghadirkan musik di pameran akan mempengaruhi suasana dan mood dari pengunjung untuk menikmati pameran. Sama halnya ketika kita berkunjung ke sebuah took buku, pusat perbelanjaan ataupun restoran.
Dahulu, dalam budaya atau ada istiadat masyarakat, musik digunakan sebagai sarana upacara adat yang menghubungkan mereka dengan ilahi, sarana ekspresi diri, kemudian berkembang menjadi bagian dari kesenian dan status mata pencarian.
Di masa sekarang, ketika teknologi berkembang dengan pesat, musik dapat diakses dengan mudah karena diminati sebagai hiburan.
Masih ingatkah kita akan fenomena Spotify Wrapped yang sangat hype di bulan Desember tahun 2022 lalu? Orang-orang membagikan rangkuman musik yang telah didengar selama satu tahun di berbagai media sosial. Chart menandakan inventarisasi lagu-lagu pilihan tahun itu.
Namun, di lain sisi rangkuman ini juga sebagai simbolis wawasan menarik tentang kebiasaan kita dalam mendengarkan musik favorit hingga pilihan musik yang mungkin tidak disangka sebelumnya. Pilihan lagu-lagu ini mengindikasikan bahwa musik juga berperan dalam hal aktualisasi diri.
Kehadiran musik tak lagi hanya bagian ekslusif bagi segelintir orang yang mencari penghidupan darinya. Musik diklaim sebagai sesuatu yang inklusif bagi semua orang dan ‘berkontribusiaktif’ di segala lini.
Dari penjelasan di atas, dalam lingkup publik atau privat, kelompok atau personal, music bukan saja sekadar vokal, ritme, melodi dan lainnya.
Ada ‘benang merah’ yang ternyata dapat menjelaskan kenapa musik itu universal membentuk ekosistem yang besar, luas dan saling terhubung, merupakan kebutuhan dunia dan akan selalu abadi. Ini semua berangkat dari bagian yang paling dekat dan terkecil dalam setiap individu yaitu emosi.
Di kondisi tertentu, tak seimbang, bahkan buruk sekalipun, kita mendengarkan musik untuk membuat diri merasa lebih baik.
Musik sebagai media ungkapan perasaan yang sedang dirasakan dan sebagai pijakan untuk mengubah hidup semakin lebih baik. Piliha genre lagu kadang disesuaikan dengan emosi kita, seakan dapat menerjemahkan perasaan dan keterwakilan diri. Dengan demikian, emosi kita dapat ternetralisasi dengan baik.
Dalam pengaplikasian yang lebih luas lagi, musik digunakan sebagai alat terapi. Penggunaan terapi musik mulai banyak digunakan untuk mereka yang mengalami depresi, kecemasan hingga PTSD (Post Traumatic Stress Disorder).
Para terapis akan memutarkan dahulu sebuah lagu, kadang meminta klien yang memilih lagu sendiri.
Hal ini memudahkan proses terapi karena musik dipercayai sebagai suatu kedekatan dengan emosi dan ingatan manusia serta dapat menjadi penghubung dengan alam bawah sadar yang kemungkinan adalah akar dari semua ingatan menakutkan dan mengancam bagi klien.
Selain itu, penggunaan terapi musik kepada mereka yang mengalami kejadian traumatis juga bisa membantu mengubah perasaan malu, sedih dan amarah menjadi kekuatan. Kekuatan ini yang kemudian membantu mereka untuk sembuh.
Terlepas dari semua, musik memberikan perubahan bagi setiap internal pribadi, memberikan penyembuhan dan pengenalanakan diri sendiri.
Musik adalah perwakilan emosi, kemudian diekspresikan dalam berbagai bentuk, genre, lalu berkembang menjadi pendukung dalam segala laku dan giat seperti iringan musi ktarian, hiburan hingga ‘soundtrack’ yang kita dengar berbagai tempat; kafe, took buku, pameran karya seni dan lain-lain, hingga media terapi.
Di Jelajah Nada Timor, perjalanan untuk merekam nada, alat musik, syair dari prosesi dan ritual adat cirik has 5 kabupaten di Pulau Timor kemudian diselaraskan dengan musik ambient, instrumental ala post rock oleh Tarwis Lifani Haning atau yang dikenal dengan Shagah yang suda berlangsung sejak Oktober tahun 2022 menghasilkan 1 mini album yang akan dirilis di bulan Januari tahun 2023, musik-musik berasal dari personal dan lingkup masyarakat yang menjadikannya sebagai bagian terpenting dalam laku dan giat mereka.
Musik menjadi media komunikasi spiritual, pengenal identitas diri, media relasi dengan sesama dan lingkungan serta yang paling dekat kita menyebutnya sebagai suatu emosi. (VoN)