Oleh: Ifana Tungga
Dua Pertanyaan
Ketika pertama kali mendengar nama proyek Jelajah Nada Timor yang dikerjakan oleh SHAGAH bersama tim produksi, ada dua pertanyaan yang muncul dalam kepala saya.
Di tengah bisingnya kota, kerasnya dentuman musik dari pengeras suara, kemudahan akses ribuan genre musik lewat banyaknya platform, apa bisa menjelajah nada di Timor? Mengapa perlu menjelajah nada di Timor?
Pertanyaan apa bisa menjadi penting sebab pertanyaan ini membuat kita memikirkan kemungkinan-kemungkinan tempat di mana kita bisa mendengar nada Timor. Hari-hari ini, bahkan di Kupang sekalipun, mungkin satu-satunya alat musik tradisional yang dikenal oleh warga kota adalah sasando.
Bahkan meskipun mengenal sasando, saya kira kita lebih sering mendengar sasando digunakan untuk memainkan lagu-lagu pop. Berbagai lagu daerah diaransemen dengan genre musik pop untuk menarik perhatian agar publik mendengarkan alat musik tradisional ini. Tentu saja ini bukan sesuatu yang salah. Tapi ini bukan yang SHAGAH maksudkan ketika mengatakan bahwa mereka akan menjelajah nada Timor.
Pertanyaan apa bisa menjadi penting sebab pertanyaan ini membuat kita memikirkan mengenai perjalanan yang harus dilalui untuk mewujudkan kata “Jelajah” yang mengawali nama proyek yang SHAGAH kerjakan. Di mana penjelajahan harus dimulai? Apa ketika penjelajahan dilakukan, bisa menemukan nada Timor yang “asli,” dan “tradisional”? Apakah nada Timor itu masih ada dan mampu untuk didengarkan?
Pertanyaan mengapa menjadi penting sebab pertanyaan ini membuat kita memikirkan, mengapa usaha menjelajah nada di Timor ini menjadi sesuatu yang penting dan perlu untuk dilakukan? Mengapa SHAGAH merasa perlu untuk repot-repot mengawinkan musik tradisional dengan genre post-rock dan ambience?
Pertanyaan mengapa menjadi penting sebab pertanyaan ini membuat kita memikirkan, apa pentingnya proyek ini bagi perkembangan musik di Pulau Timor? Mengapa proyek ini – yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah mini album – perlu didengar oleh penikmat musik di Pulau Timor?
#1 Apa Bisa? Tentu Saja Bisa!
Pertanyaan apa bisa sudah dijawab oleh SHAGAH bersama tim produksi. Apa bisa menjelajah nada di Timor? Tentu saja bisa! Jawaban ini datang dengan diumumkannya perilisan Hit Hanak, mini album yang dihasilkan dari proses panjang penjelajahan nada Timor mulai dari pra-produksi sampai pasca-produksi. Hit Hanak akan diluncurkan pada 28 Januari 2023 di OCD Beach Cafe. Jawaban lantang ini datang dari sebuah proses panjang yang menguras energi, tenaga dan pikiran. Meskipun sulit, bukan berarti tidak mungkin.
Melalui proyek Jelajah Nada Timor ternyata kita melihat bahwa masih ada orang tua, orang muda, dan bahkan anak-anak di Pulau Timor yang mengetahui dan bisa melantunkan nada-nada Timor. Syair adat, alat musik khas daerah, maupun nyanyian yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari orang Timor berhasil diarsipkan oleh SHAGAH dan produk akhirnya akan kita nikmati kurang dari seminggu lagi.
Meskipun penjelajahan yang dilakukan oleh SHAGAH berhasil membuktikan bahwa kita masih bisa mendengar nada Timor di pulau ini, nyatanya penjelajahan ini juga memberikan satu catatan kritis bagi kita penikmat budaya. Untuk mendengar nada Timor, perlu dilakukan sebuah perjalanan panjang yang memakan tenaga, waktu, dan energi.
Proses panjang ini pada akhirnya membuat kita jadi sadar mengenai betapa sulitnya kita mengakses pengetahuan lokal dari pulau yang kita diami sendiri. Padahal, pengetahuan lokal yang terkandung dalam musik, syair adat, dan nada-nada itu menunjukkan jati diri kita sebagai orang yang hidup dan dibesarkan dari tanah Timor. Kesulitan akses ini harus membuat kita memikirkan pertanyaan lanjutan. Bagaimana agar proses jelajah nada Timor tidak berhenti sampai di sini tapi terus dilakukan secara lebih luas agar kekayaan budaya kita dapat diakses dengan mudah.
#2 Mengapa Perlu? Menjelajah dan Mengarsipkan
Bagi saya, apa yang dilakukan oleh SHAGAH adalah sebuah proses pengarsipan. Penjelajahan terhadap nada-nada di Timor dan proses mengarsipkannya menjadi sebuah sumber pengetahuan bagi banyak orang adalah sebuah pekerjaan yang bukan main-main pentingnya. Proses penjelajahan yang dilakukan dalam proyek Jelajah Nada Timor berhasil menemukan orang tua, orang muda, bahkan anak-anak yang mengetahui syair adat, alat musik dan nyanyian lokal. Tapi jumlah mereka yang sedikit tentu membuat kita jadi khawatir, sampai kapan pengetahuan ini bisa bertahan jika hanya diwariskan turun-temurun secara lisan?
Revitalisasi kembali produk-produk kebudayaan lokal adalah hal yang penting. Apa yang diharapkan adalah agar kita semua menyadari betapa pentingnya kebudayaan lokal dan bagaimana kita dapat mengenal diri sendiri dari pengetahuan yang terkandung di dalamnya. Akhirnya, jika kita semua merasa hal ini adalah sesuatu yang penting dan perlu untuk dilakukan, bukan hanya SHAGAH yang akan menjelajah nada di Timor tapi kita semua akan melakukannya.