Oleh: Selestiani Momang
Mahasiswi Stipas St. Sirilus Ruteng
Akhir-akhir ini, korupsi masih tetap menghantui negara mana pun, meskipun berbagai upaya telah dilakukan.
Para koruptor, baik dari kalangan pengusaha maupun pegawai negeri, terus melakukan tindakan korupsi.
Salah satu modus yang paling populer adalah penyuapan. Tindakan suap semakin merajalela di tengah kehidupan masyarakat dan sebenarnya tindakan ini telah merambah berbagai negara dengan beragam bentuk.
Bentuk suap tersebut mencakup pemberian barang, uang, dan berbagai hal lainnya.
Saat ini, tindakan korupsi yang paling umum terjadi adalah penyuapan yang melibatkan penyelenggara negara.
Para pengusaha seringkali melakukan tindakan suap kepada para penyelenggara negara ini.
Tindakan ini jelas tidak etis dan melanggar etika, terutama etika yang berkaitan dengan bisnis, karena melanggar hak-hak keadilan orang lain.
Dalam dunia bisnis, etika menjadi hal yang sangat penting dalam menjalankan dan mengelola suatu bisnis.
Etika bisnis membantu membedakan antara yang benar dan salah, serta menentukan tindakan yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
Etika bisnis menjadi persyaratan yang diterapkan untuk pengelolaan bisnis yang bertanggung jawab, sehingga hubungan bisnis yang baik dapat terjalin dan mendapatkan kepercayaan dari berbagai pihak.
Prinsip-prinsip etika bisnis meliputi kejujuran, keadilan, moralitas, dan otonomi.
Namun, masih banyak bisnis yang tidak menerapkan etika ini, terutama karena adanya birokrasi yang menghambat para pengusaha dalam berbisnis.
Birokrasi tersebut seringkali mendorong tindakan suap untuk mempermudah jalannya bisnis.
Padahal, tujuan dari tindakan suap sebenarnya adalah mempengaruhi keputusan orang atau pegawai yang disuap.
Tindakan suap ini juga sering disebut dengan sogokan atau pemberian uang secara licik.
Contoh nyata dari masalah etika bisnis yang marak tahun lalu adalah perang antara provider seluler XL dan Telkomsel.
Mereka saling menjatuhkan dalam iklan-iklan dengan cara mempermalukan tarif satu sama lain.
Perang antara kedua provider tersebut semakin intens dan mereka bahkan saling menyindir secara vulgar.
SULE, seorang pelawak yang sedang naik daun, menjadi bintang iklan yang kontroversial dalam perang ini.
Awalnya SULE menjadi bintang iklan XL, tetapi kemudian beralih menjadi bintang iklan kartu AS milik Telkomsel.
Perang iklan antar operator sebenarnya sudah lama terjadi, tetapi dalam kasus ini, perang tersebut tergolong parah.
Biasanya, tidak ada bintang iklan yang pindah ke produk kompetitor dalam waktu kurang dari 6 bulan.
Namun dalam kasus ini, saat iklan XL masih ditayangkan di televisi, iklan lain yang “menjatuhkan” iklan XL sudah muncul dengan menggunakan bintang iklan yang sama.
Dalam kasus ini, kedua provider telah melanggar peraturan dan prinsip dalam perundang-undangan.
Salah satu prinsip etika yang diatur dalam EPI menyatakan bahwa “Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung maupun tidak langsung.”
Pelanggaran yang dilakukan kedua provider ini tentu akan berdampak buruk pada perkembangan ekonomi dan juga pada opini masyarakat yang melihat dan menilai mereka dari segi moral dan kepatuhan terhadap hukum dalam bersaing secara tidak sehat.
Kedua kompetitor ini seharusnya menjalankan bisnis secara profesional, bukan hanya mencari keuntungan ekonomi semata, tetapi juga menjaga etika dan moral mereka di mata masyarakat konsumen serta mematuhi peraturan yang berlaku.
Keberhasilan bisnis yang berkelanjutan hanya dapat dicapai melalui komitmen yang tulus terhadap etika bisnis yang tak tergoyahkan, karena di sinilah pondasi kuat bagi pencegahan korupsi dan menciptakan lingkungan yang adil, transparan, dan bermartabat.”
Tindakan korupsi mencakup penerimaan suap, penyuapan, pemerasan, manipulasi keuangan, dan penggelapan dana.
Pidana korupsi sangat merugikan masyarakat, melemahkan sistem pemerintahan, dan dapat menghancurkan integritas dan kepercayaan dalam lingkungan bisnis.
Meskipun etika bisnis memainkan peran penting dalam menjaga integritas dan transparansi dalam bisnis, tindakan korupsi adalah pelanggaran hukum yang dapat berakhir dengan konsekuensi pidana, seperti penahanan, pengadilan, dan hukuman penjara.
Dalam kasus penyuapan, biasanya melibatkan tiga unsur pelaku, yaitu orang yang memberi suap, orang yang menerima suap, dan barang atau jumlah yang diserahkan.
Tindakan penyuapan sangatlah langsung, di mana imbalan diberikan secara bersamaan dengan proses kerjasama, biasanya berupa uang.
Penting bagi perusahaan dan individu yang terlibat dalam kegiatan bisnis untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis yang baik guna mencegah tindakan korupsi.
Hal ini melibatkan penghormatan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku, menjaga integritas, dan menerapkan transparansi dalam semua aspek operasional.
Terdapat banyak kemudahan yang bisa didapatkan ketika menjalankan segala hal dengan etika.
Etika bisnis menciptakan suasana yang profesional, saling menghormati, dan dapat meningkatkan konsumsi, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih produktif.
Korupsi berakhir di sini: Saat etika bisnis menjadi landasan kuat untuk mengubah paradigma dan membangun budaya yang melawan godaan korupsi.
Integritas adalah fondasi bisnis yang kuat, memastikan bahwa cegah korupsi dan etika bisnis yang mantap terus berpadu harmonis, menjaga reputasi dan kepercayaan sebagai pilar keberhasilan jangka panjang.
Etika bisnis yang mantap adalah pilar utama dalam mencegah korupsi, di mana integritas menjadi fondasi yang kuat untuk membangun dunia usaha yang adil dan berkelanjutan.
Integritas bukanlah pilihan, tapi fondasi kokoh yang mencegah korupsi, dijalankan dengan etika bisnis yang mantap.
Integritas yang menjadi pilar utama dalam menjaga bisnis yang sukses, di mana kekuatan etika mengalahkan godaan korupsi.
Di dunia yang terus berkembang, kita percaya bahwa kesuksesan bisnis yang sejati hanya bisa dicapai dengan membangun fondasi yang kuat, yang terdiri dari prinsip-prinsip etika yang tak tergoyahkan.
Dalam menjalankan bisnis kita berkomitmen untuk melawan korupsi dengan mengikuti aturan hukum dan mengedepankan integritas sebagai landasan utama.
Dengan membangun lingkungan bisnis yang bersih dan adil, kita berupaya untuk membentuk masa depan yang berintegritas, di mana setiap peluang dan keuntungan diperoleh melalui kerja keras dan inovasi, bukan melalui tindakan yang melanggar etika dan merugikan masyarakat.
Keberhasilan bisnis sejati bukanlah semata-mata tentang keuntungan finansial, tetapi juga tentang menjaga integritas dengan penuh keyakinan dalam melawan korupsi, menjunjung tinggi etika bisnis yang mantap, dan membangun masa depan yang adil dan berkelanjutan.
Dengan mendorong kesadaran moral yang baik melalui etika bisnis, kita dapat berhenti menjadi korban suap dan korupsi mulai dari diri kita sendiri, keluarga, lingkungan kita, dan menularkannya kepada masyarakat di sekitar kita.
Marilah menjadikan sikap dan tindakan korupsi sebagai sesuatu yang dihindari dalam kehidupan sehari-hari kita. Etika mantap. Tolak korupsi!