Ruteng, Vox NTT- Sejumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengikuti pelatihan, pembuatan pakan babi fermentasi pada Jumat (2/3/2023). Mereka merupakan warga disabilitas dampingan Yayasan Ayo Indonesia.
Bertempat di Rumah Baca Aksara, Langgo – Ruteng, Manggarai, kegiatan berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Proses pelatihan dimulai dari menyiapkan bahan – bahan berupa hijauan dan dedak. Kemudian dilanjutkan dengan mencacah, menimbang sampai memfermentasi bahan dalam tong.
Selama proses pelatihan, para peserta terlihat antusias. Sama sekali tidak terlihat keterbatasan fisik membatasi mereka dalam berproses.
Saat mencacah dan memproses seluruh bahan, mereka beraktifitas sebagaimana layaknya orang pada umumnya.
Sebagaimana yang ditunjukkan oleh Adrianus Kari, penyandang tuna netra, asal Kecamatan Cibal Barat – Manggarai. Tangannya begitu lincah mengiris bahan pakan. Bahkan hasilnya sama seperti irisan orang pada umumnya.
Rupanya, sebelum mengikuti pelatihan pembuatan fermentasi pakan para penyandang disabilitas ini telah aktif beternak babi.
Karena itu dengan adanya pelatihan pembuatan pakan fermentasi, pria yang akrab disapa Adri ini mengaku mendapat pengetahuan baru.
“Kami merasa sangat terbantu dengan adanya pelatihan ini. Selama ini kan kami mengolah pakan dengan cara yang kurang baik sehingga hasilnya kurang bermutu,” ucap Adri.
Menurutnya sebagai penyandang disabilitas memang diperlukan model-model pengolahan pakan yang lebih praktis tapi tetap menghasilkan pakan berkualitas tinggi.
Peserta lainnya Remigius Mon mengaku sebelum mengikuti pelatihan sempat ingin mencari tempat belajar pengolahan pakan fermentasi.
Sehingga, ketika ada program pelatihan dari Yayasan Indonesia, Remi sangat antusias. Harapannya akan lebih memudahkan Remi dalam beternak babi.
“Selama ini saya beternak dengan apa adanya saja. Semoga ilmu yang sama dapatkan bisa berguna bagi saya setelah pulang dari sini,” tambah Remi.
Dia menambahkan dengan pakan fermentasi diharapkan bisa menghemat biaya dan waktu dalam berternak. Sebab sebagaimana masyarakat pada umumnya penyandang disabilitas ingin berkembang dan mandiri dalam berusaha.
“Kami penyandang disabilitas cukup kesulitan biaya hidup. Semoga ke depan dengan pelatihan ini kami bisa memenuhi biaya hidup sendiri,” ucap Remi.
Sementara itu, project officer Yayasan Ayo Indonesia Jeri Santoso mengatakan penyandang disabilitas cukup kesulitan mengakses pekerjaan formal. Karena itu perlu terobosan melalui usaha-usaha informal termasuk beternak.
Karena itu dengan pelatihan pembuatan pakan diharapkan dapat meminimalisir tantangan yang dihadapi penyandang disabilitas selama beternak.
“Tujuan pelatihan di antaranya meminimalisir tantangan yang mereka hadapi. Tentu dengan harapan ada peningkatan pendapatan sehingga terbentuknya jaring pengaman khususnya dalam hal mata pencaharian,” ucap Jeri.
Ditambahkan program pelatihan pembuatan pakan fermentasi sendiri merupakan bagian dari program Kelompok usaha dan bisnis inklusif (KUBIK), yang merupakan kerjasama program Yayasan Ayo Indonesia dan NLR Indonesia.
Peserta sendiri dipilih setelah melalui rangkaian proses yang cukup panjang. Dimulai pada tahun 2022 lalu. Melalui program KUBIK dilakukan proses seleksi terhadap 90 penyandang disabilitas. Kemudian mengerucut jadi 50 orang.
Setelah dilakukan studi baseline, salah satu tantangan kurangnya akses ke pelatihan keterampilan dan vokasi.
Pada tahap pengajuan proposal, terpilih 25 penyandang disabilitas untuk mengikuti pendampingan lebih lanjut berupa pengembangan kegiatan wirausaha termasuk beternak babi.
“Setelah proses inisiasi dilanjutkan dengan pendampingan usaha sesuai dengan proposal yang mereka ajukan, salah satunya dengan pembuatan pakan fermentasi,” pungkas Jeri. [*]