Ruteng, Vox NTT- Jelang wisuda, Unika Santu Paulus Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng menggelar acara seminar bagi 752 calon wisudawan sarjana dan ahli madya tahun 2023 pada Kamis (09/11/2023).
Seminar yang bertemakan “Menjadi Sarjana dan Ahli Madya yang Tranformatif, Kolaboratif, dan Berkarakter” itu berlangsung di Aula Assumpta Paroki Katedral Ruteng.
Dalam seminar tersebut, menekankan pentingnya pengembangan karakter melalui kolaborasi dan transformasi dalam dunia akademik dan professional.
Kegiatan tersebut menghadirkan Prof. Yohanes Servatius Lon dan Dr. Maksimus Regus, sebagai pembicara.
Kemudian Seminar yang digelar selama 4 jam itu dipandu oleh Rudolof Ngalu, sebagai moderator.
Prof. Yohanes Servatius Lon, salah satu pembicara utama, menyajikan makalah dengan judul “Menjadi Sarjana dan Ahli Madya Abad 21 yang Transformatif, Kolaboratif, dan Berkarakter.”
Dalam paparannya, Prof. Yohanes membahas pentingnya mengembangkan tranformasi diri, kolaborasi multiaspek dan karakter yang kuat sebagai sarjana dan ahli madya di era modern ini.
“Tema seminar kita hari ini, “Menjadi Sarjana dan Ahli Madya Abad 21 yang Transformatif, Kolaboratif, dan Berkarakter”, ingin menegaskan bahwa kalian adalah sarjana dan ahli madya di abad 21. Dan abad 21 menuntut sarjana dan ahlimadya yang transformatif, kolaboratif, dan berkarakter, bukan sekedar ijazah formal,” ujarnya.
Sementara itu, Dr. Maksimus Regus menyajikan makalah berjudul “Menggagas Paradigma Baru Akademisi Abad 21.”
Dalam uraiannya, Rektor Unika Santu Paulus Ruteng itu menjelaskan bagaimana transformasi menjadi gejala massif di dunia dewasa ini dan membuat tantangan yang dihadapi semakin kompleks dan multidimensional. Karena itu, para akademisi juga harus melakukan tranformasi diri secara radikal.
“Dunia akademis telah menjadi landasan penciptaan dan penyebaran pengetahuan selama berabad-abad. Namun, abad ke-21 menghadirkan tuntutan unik yang memerlukan transformasi radikal dalam cara akademisi berinteraksi dengan disiplin ilmunya, mahasiswanya, dan dunia pada umumnya,” katanya.
“Transformasi di dunia akademis melibatkan komitmen terhadap pembelajaran berkelanjutan, kemampuan beradaptasi, dan keterbukaan terhadap inovasi. Akademisi saat ini harus dinamis dan berada dalam jalur perspektif interdisipliner, pendekatan pedagogi baru, dan teknologi bari,” terangnya.
Lebih lanjut, Dr. Maks juga menekankan pentingnya dua dimensi lain dalam diri seorang sarjana dan ahli madya, yaitu kemampuan kolaborasi.
“Di dunia yang semakin mengglobal, kolaborasi melampaui batas-batas dan disiplin ilmu, menumbuhkan perspektif yang beragam, memperkaya penelitian, dan mengatasi permasalahan yang kompleks dan beragam. Sementara karakter yang sering diabaikan dalam kerangka akademis tradisional, kini menjadi fokus utama di abad ke-21,” katanya.
“Karakter mencakup perilaku etis, empati, dan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kemasyarakatan. Karena akademisi tidak hanya mempengaruhi pikiran tetapi juga hatigenerasi masa depan, karakter mereka memainkan peran penting dalam membentuk masyarakat yang lebih berbelas kasih dan bertanggung jawab secara social,” urainya.
Acara seminar ini dibuka secara resmi dengan sambutan dari Ketua Panitia Pelaksana dan Wakil Rektor I Unika Santu Paulus Ruteng.
Mereka menyampaikan apresiasi kepada para calon wisudawan atas pencapaian mereka dan berharap agar ilmu yang telah mereka peroleh di universitas ini akan menjadi modal berharga dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Selain paparan yang mendalam dan inspiratif dari kedua pembicara, para peserta juga dimanjakan dengan hiburan live music yang disuguhkan oleh mahasiswa yang tergabung dalam kelompok Unika Band. Musik mengisi ruangan dengan semangat dan keceriaan, menambahkan nuansa positif dalam acara tersebut.
Seminar ini tidak hanya memberikan pengetahuan dan pandangan baru bagi para calon wisudawan, tetapi juga memotivasi mereka untuk menghadapi masa depan dengan keyakinan dan semangat yang tinggi.
Mereka siap untuk menjelajahi dunia dengan karakter, kolaborasi, dan transformasi sebagai pedoman utama dalam perjalanan mereka ke depan.
Penulis: Leo Jehatu