Oleh: Maria Apriliani Renadri Bon
Siswi Jurusan IPA SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo
Saat ini sebagian masyarakat di belahan dunia pasti merasakan suhu udara yang begitu panas di tahun 2023. Musim panas ini telah memecahkan rekor suhu terpanas di seluruh dunia.
Berdasarkan data Organisasi Meteorologi Dunia (WHO) dan program observasi Bumi Kopernikus Uni Eropa, rata-rata suhu permukaan bumi pada tiga minggu pertama bulan Juli 2023 adalah 16,95 derajat celsius.
Ini berarti suhu bumi berada di 1,5 derajat celsius di atas rata-rata suhu global sejak era perindustrian akhir tahun 1700 atau awal tahun 1800.
Tidak hanya di belahan dunia lain, suhu rata-rata di Indonesia juga turut melonjak drastis.
Rata-rata suhu di Indonesia seharusnya berkisar 26,6 derajat celsius, tetapi saat ini rata-rata suhu sudah mencapai 27 derajat celsius. Bahkan suhu maksimum di Indonesia sudah mencapai 38 derajat celsius.
Sebagian besar wilayah di Indonesia pada periode bulan Juli-Oktober 2023 mengalami curah hujan rendah.
Wilayah-wilayah tersebut yakni Sumatra, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian Sulawesi, sebagian Maluku Utara, dan sebagian Papua.
Hal itu tentu saja akan sangat mengkhawatirkan masyarakat yang berada di wilayah tersebut.
Sebab bila hal itu terjadi, bukan tidak mungkin masalah kekeringan akan melanda wilayah-wilayah tersebut.
Perubahan iklim yang tidak stabil tentu akan sangat mempengaruhi kehidupan manusia.
Sekjen PBB dalam konferensi persnya menyatakan bahwa era pemanasan global sudah berakhir. Namun kini dunia telah memasuki era pendidihan global (global boiling).
Perubahan iklim merupakan salah satu dari banyak peristiwa alam yang terjadi dan lebih banyak disebabkan oleh berbagai macam aktivitas manusia, mulai dari penggunaan bahan bakar fosil, pengundulan hutan hingga livestock farming.
Manusia tentu memiliki kepentingan untuk memenuhi hasratnya, tetapi pada saat yang sama manusia justru menyebabkan hal yang merugikan bagi kehidupan dan berujung mengancam keberlangsungan hidup manusia.
Masalah kesehatan, kekeringan, hingga bencana alam adalah beberapa kemungkinan yang terus mengancam kehidupan manusia di masa yang akan datang.
Semua masalah tersebut tentu berkaitan langsung dengan pemanasan global yang penyebab utamanya adalah emisi gas CO2, yakni gas yang sebagian besar dihasilkan oleh kegiatan manusia.
Munculnya berbagai fenomena seperti hujan asam, efek rumah kaca, menipisnya lapisan ozon, dan kerusakan hutan hujan tropis, telah mencerminkan betapa memilukannya bumi kita saat ini.
Manusia telah kehilangan akal sehatnya dalam mengelola alam sebagai sumber daya.
Tak hanya alam, manusia juga kurang memperhatikan efek dari perubahan zaman, terutama pada penggunaan teknologi yang menjadi pemicu utama meningkatnya gas CO2 yang dapat menyebabkan menipisnya lapisan Ozon.
Tindakan tersebut mencerminkan seolah manusia lupa akan makhluk hidup lain yang juga turut merasakan dampak dari pemanasan global, seperti hewan yang lambat laun dapat mengalami kepunahan.
Masalah ekologis saat ini adalah pemanasan global yang tentunya disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia yang akan berdampak pada perubahan iklim.
Karena itu tak dapat di pungkiri bahwa akan terjadi peningkatan suhu udara secara perlahan karena terjebaknya CO2 dan zat pencemar lainnya di atmosfer bumi, sehingga menyerap sinar dan radiasi.
Akibat pencemaran, berbagai radiasi yang seharusnya berpindah ke luar angkasa menjadi terjebak di atmosfer dan meningkatkan suhu bumi.
Pengaruh gas tersebut dikenal dengan efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat menyebabkan perubahan iklim yang berujung berdampak pada kehidupan manusia, misalnya kegagalan panen secara besar-besaran, mencairnya es di kutub sehingga menyebabkan naiknya kadar air laut, hingga menyebabkan angka resiko kepunahan berbagai spesies flora dan fauna meningkat.
Tidak hanya itu, perubahan iklim yang ekstrem dapat berdampak pada kontur bumi yang berubah dan tumbuhan yang kekurangan air.
Namun apabila ditinjau lebih dalam, perubahan iklim yang saat ini telah menjadi pendidihan global (global boiling) terjadi bukan karena ulah semua manusia. Tetapi dampaknya akan dirasakan oleh semua manusia.
Lantas manusia yang mana yang menyebabkan perubahan iklim terjadi? Nyatanya tidak semua manusia menggunakan bahan bakar fosil, juga tidak semua manusia melakukan penggundulan hutan.
Orang-orang yang tinggal di pendalaman, yang daerahnya bahkan belum terjangkau listrik tidak menikmati manfaat penggunaan teknologi dan bahan bakar fosil.
Pihak yang melakukan penggundulan hutan biasanya bukan individu, melainkan korporasi dengan modal besar.
Hal tersebut tentu akan sangat berdampak bagi kehidupan manusia, terutama manusia yang masih sangat menggantungkan hidupnya pada alam.
Karena itu manusia harus memiliki kesadaran guna untuk menjaga agar kehidupan manusia tidak berada di ambang batas.
Kesadaran masyarakat dunia terhadap dampak pemanasan global pernah memuncak dalam Paris Agreement 2015 yang menghasilkan kesepakatan terhadap pengurangan emisi gas yang berkonstribusi terhadap pemanasan global.
Rekomendasi
Dengan demikian penulis merekomendasi beberapa upaya yang dapat memperlambat pemanasan global dengan cara membangkitkan kesadaran bersama dengan melakukan beberapa langkah, yakni menanam pohon, mengelola sampah dengan baik, menghemat bahan bakar, dan menghemat penggunaan teknologi.
Upaya pertama, yakni dengan menanam pohon dapat memperlambat pemanasan global sebab pohon akan menyerap gas CO2.
Kedua mengelola sampah dengan baik misalnya, memilah sampah organik dan anorganik. Untuk sampah plastik, dapat didaur ulang menjadi produk yang dapat digunakan kembali.
Ketiga menghemat bahan bakar misalnya dengan berjalan kaki, bersepeda, atau memakai kendaraan umum sehingga dapat mengurangi pelepasan emisi gas CO2 yang menyebabkan pemanasan global.
Keempat menghemat penggunaan teknologi yang mengandung CFC sehingga dapat mengurangi emisi gas CO2 serta mematikan perangkat elektronik saat tidak digunakan.
Dengan melakukan upaya di atas, sekiranya bumi kita tidak lagi memanas dan kehidupan tidak di ambang batas.
Dengan menjaga bumi berarti kita menjaga kehidupan.