Oleh: Lutcille Febryen Fatma Magung
Siswi SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo
Labuan Bajo telah menjadi sorotan dunia beberapa tahun terakhir. Sejak Presiden Joko Widodo menetapkan Labuan Bajo sebagai kota pariwisata super premium, berbagai kemajuan dan perubahan telah berlangsung di Labuan Bajo.
Berbagai lokasi kumuh telah disulap menjadi bangunan megah demi mempertegas label super premium itu.
Pertanyaan reflektif pun timbul. Sudahkah memadai dan aman, bila kepremiuman itu dicitrakan hanya dengan pembangunan infrastruktur yang megah?
Apakah perubahan fisik Labuan Bajo sajakah yang mencerminkannya sebagai kota premium? Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menekankan keamanan dan keselamatan menjadi faktor penting yang akan difokuskan dalam mengembangkan kawasan pariwisata di Labuan Bajo.
Menparekraf dalam keterangan resminya yang diterima infopublik selasa (21/1/2020) usai mendampingi Presiden Jokowi dalam kunjungan kerja di Labuan Bajo menjelaskan, keamanan dan keselamatan harus menjadi pertimbangan utama dalam membangun destinasi.
Presiden Joko Widodo sebelumnya berharap jajarannya menyiapkan suatu organisasi yang terdiri atas Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP/Basarnas) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menjamin keamanan wisatawan.
Salah satu pusat daya tarik Labuan Bajo sebagai kota pariwisata super premium adalah adanya salah satu satwa langka yang sudah tak asing lagi, yakni Komodo.
Aset ini perlu dijaga agar tetap eksis dan terawat di tanah Labuan Bajo, dan menjadi warisan budaya yang nilai luhurnya tidak boleh tercemar, premium hanya kepunyaan Labuan Bajo.
Akan tetapi, keterbukaan Labuan Bajo sebagai kota pariwisata telah mendatangkan berbagai dampak, entah positif maupun negatif bagi keamanan Komodo.
Salah satu yang terjadi baru-baru ini merupakan dampak negatif, yaitu adanya oknum-oknum yang mencuri komodo. Berita penyeludupan anak Komodo di Labuan Bajo patut menjadi isu yang harus disorot tajam, khususnya bagi msyarakat Labuan Bajo.
Komodo itu telah ditangkap oleh tersangka berinisial M dan A yang merupakan warga asli kampung setempat.
Sedangkan pelaku utama yang berinisial H telah lima kali melakukan pencurian anak Komodo sebanyak lima kali yakni pada bulan Juli 2023 sebanyak dua kali, pada bulan September 2023 sebanyk dua kali dan 16 Oktober 2023.
Fakta ini menimbulkan pertanyaan akan kelayakan para aparat penegak hokum dalam menjalankan tugasnya.
Di manakah aparat perlindungan selama itu sehingga pencurian itu telah terjai sebanyak lima kali? Fakta lain seperti anak kampung setempat sendirilah yang telah melakukan aksi jahat tersebut demi mendapatkan uang telah cukup membuktikan bahwa mereka lebih mencintai uang daripada aset leluhurmya sendiri.
Bupati Manggarai Barat dalam wawancara oleh tim Metro TV menyatakan “Kasus penyeludupan Komodo harus menjadi refleksi bagi para pihak dan tidak boleh terjadi lagi.
Bupati yang geram dengan peristiwa penyeludupan Komodo menuding penyeludupan terjadi karena para pihak yang menjalani otoritas perlindungan Komodo tidak paham apa yang menjadi tanggung jawabnya.
Aparat perlu diingatkan kembali akan tanggung jawab besar dan serius dan ditugaskan kepada mereka. Masyarakat Labuan Bajo juga harus mempertajam kritisi mereka terhadap situasi bahaya yang dilami, dengan kesadaran bahwa Labuan Bajo yang premium tidak hanya membawa kenikmatan tapi juga bahaya yang datang dari berbagai bidang.
Kritisi ini telah dimulai oleh Bupati Manggarai Barat yang telah dengan tegas memperingatkan aparat perlindungan Labuan Bajo agar tidak lalai, agar sadar akan tanggung jawab berat yang diemban.
Hal ini merupakan sinyal kuat akan keberadaan Komodo sedang dalam bahaya. Telah sampai di Labuan Bajo, oknum yang hendak merebut, mencemari dan menghilangkan aset Labuan Bajo.
Mengingat bahwa Labuan Bajo tidak hanya dikenal dengan wisata budaya, namun juga keindahan alam yang eksotis.
Meninjau betapa kayanya Labuan Bajo di mata dunia saat ini, telah menarik oknum-oknum tak bertanggung jawab untuk mengambil keuntungan dengan cara yang ilegal, yakni mencuri Komodo.
Hal ini berarti, aparatur keamanan dan penegak hukum di Labuan Bajo juga harus premium kualitasnya.
Labuan Bajo saat ini seumpama rumah mewah nanmegah, namun dikelilingi oleh perampok karena di dalamnya berisikan begitu banyak barang antik dan langka dan menjadi incaran mereka.
Maka dari itu, rumah tersebut harus dijaga oleh bukan sekedar satpam biasa, namun satpam yang sigap, cekatan dan jeli, dan selalu waspada akan serangan dan ancaman berbahaya dari luar yang telah siap dengan matang untuk mencuri barang-barang mewah di rumah megah itu. Seperti itulah Labuan Bajo saat ini.
Kejadian yang dilaporkan terkait penangkapan 4 tersangka penyeludupan anak Komodo di Labuan Bajo telah menjadi bukti adanya kelalaian yang meragukan masyarakat akan kualitas aparat keamanan di wilayah super premium ini.
Peran dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk membantu aparat perlindungan di Labuan Bajo sendiri.
Mereka tidak dapat berjalan sendiri, sebab tantangan yang akan datang bisa saja tidak hanya datang dari tingkat nasional tapi juga internasional. Pemerintah Manggarai Barat harus segera mewaspadai hal tersebut.
Fasilitas keamanan harus ditingkatkan, juga kemampuan para aparat perlindungan perlu ditingkatkan dengan serius dalam menghadapi ancaman global yang akan datang.
Memperketat keamanan akses ke wilayah pariwisata di Labuan Bajo mesti diperhatikan, agar kasus yang sama ataupun kasus lainnya dapat dihindari.
Pemberian hukuman kepada para pelaku harus diberikan dengan tegas dan sesuai dengan perbuatannya, dan dijatuhi hukuman yang dapat memberikan efek jera kepada pelaku.