Oleh: Yohanes Mau
Warga NTT pernah bertugas di Zimbabwe, Afrika
Mengapa calon presiden Republik Indonesia (RI) itu selalu datang dari pulau jawa saja? Pertanyaan ini selalu saja menghantui kepalaku. Jawabannya saya urai di dalam naskah ini.
Seluruh warga Indonesia yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri telah mengetahui bahwa calon presiden dan wakil presiden untuk pesta demokrasi tahun 2024 mendatang mengusung tiga calon.
Ketiganya berasal dari warga pulau Jawa, mereka adalah Anies Baswedan-Muhamin Iskandar), Prabowo Subianto- Gibran Rakabuming dan (Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
Sejak zaman Soekarno sampai sekarang kepala saya ini masih terganggu ketika mendengar bahwa calon Presiden selalu saja berasal dari pulau Jawa.
Mengapa demikian? Alasannya pasti mayoritas penduduk terbesar di Indonesia ada di pulau Jawa. Jika itu alasannya maka ini pelanggaran paling fatal yang telah dan sedang dipeliharah dengan baik dan subur di negeri ini.
Negara Indonesia adalah negara yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Semua anak negeri memiliki peluang yang sama untuk menjadi calon pemimpin negara.
Keanehan yang sedang dilakonkan di sini adalah pelanggaran terhadap sila, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Hal ini terlihat secara jelas di dalam pesta demokrasi pemilihan presiden dan wakil presiden yang terjadi dalam setiap lima tahunan.
Para calon presiden selalu saja datang dari kaum mayoritas dari pulau jawa. Memangnya Indonesia ini hanya untuk pulau Jawa? Jika tidak mengapa para calon presiden hanya berasal dari pulau Jawa? Secara pribadi saya sangat tidak setuju dengan sandiwara politik di negeri ini.
Melihat realitas yang sangat menyedihkan ini para kaum minoritas hanya diam seribu bahasa. Kaum minoritas seolah merasa asing di negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kaum minoritas turut ambil bagian dalam pesta demokrasi hanya memilih calon dari kaum mayoritas. Lantas dimanakah keadilan yang digaungkan tanpa berhenti selama ini?
Apakah Indonesia ini milik kaum mayoritas yang menghuni pulau jawa? Tidak. Indonesia adalah kita dan kita adalah Indonesia. Kita semua anak-anak nusantara. Kita semua mempunyai peluang yang sama untuk menjadi Presiden.
Kaum mayoritas dan minoritas adalah sama-sama Indonesia. Bukan hanya mayoritas di pulau jawa saja yang Indonesia. Kita semua dari Sabang sampai Merauke adalah Indonesia.
Semua putra-putri terbaik yang tersebar di seluruh tanah air Indonesia ini berhak untuk membangun negeri ini menjadi baik dan berkualitas serta bersaing di kanca internasional.
Secara pribadi saya sangat kecewa dengan pelanggaran tehadap sila kelima Pancasila oleh pemerintah selama ini. Pemerintah tidak pernah memberi ruang kepada kaum minoritas tampil sebagai calon pemimpin negeri ini.
Kebebasan kaum minoritas dikebiri hingga tidak berfungsi dari dulu hingga kini dan entah hingga kapan berakhir? Hanya para pencipta dan pelaku aturan yang tahu baik.
Kaum minoritas hanyalah kaum lemah yang memberi suara di setiap ajang pesta demokrasi demi Indonesia yang baik dalam segala segi kehidupan.
Berdasarkan realitas suram yang terjadi selama ini maka sila kelima Pancasila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebaiknya direvisi menjadi Ketidakadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sehingga logis dan masuk akal berdasarkan praktik ketidakadilan yang sudah diwariskan secara turun-temurun dari pemimpin generasi dulu hingga sekarang ini.
Keadilan seharusnya menjadi cerminan bagi seluruh warga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setiap warga yang sadar keadilan mesti berpegang teguh pada arti keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Artinya bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan.
Namun di realitas nyata menunjukan keadilan sama sekali tidak terlihat di dalam praktik hidup. Melanggar sila kelima dalam pancasila artinya tidak menghormati Soekarno sebagai fundator bangsa ini.
Keadilan itu mesti menjunjung tinggi hak dan kewajiban yang harus adil dan terukur sama rata antarseseorang. Keadilan juga mengandung makna tentang mengatur negara dengan adil tanpa ada unsur mengabaikan kaum minoritas.
Padahal kaum minoritas memiliki kapasitas dan kemampuan yang bagus untuk memimpin ibu pertiwi ke arah yang lebih berkualitas. Namun sayangnya tidak ada ruang sedikit pun untuk para kaum minoritas di negeri tercinta ini.
Hidup di negara Indonesia ini adalah hidup yang sangat tidak adil. Kalau hidup di dalam atmosfir lingkungan yang tidak adil maka tidaklah heran terjadi korupsi dan pencurian di mana-mana.
Segala kekayaan sumber daya alam yang mestinya digunakan untuk kesehjateraan seluruh rakyat Indonesia diambil oleh pihak-pihak yang berkuasa demi kepentingan pribadi dan golongannya.
Maka janganlah heran kalau Indonesia itu belum dikatakan sebagai negara maju. Yang maju adalah adalah para elite politik yang pandai mencuri dan merekayasa laporan untuk mendapatkan keuntungan dari alam Indonesia yang sebenarnya sebagai jatah demi kesehjateraan masyarakat umum.
Kaum minoritas diperlakukan bagaikan kaum asing di tanahnya sendiri. Kaum minoritas belum diberi ruang untuk menjadi calon pemimpin negara ini.
Para pemimpin terpilih dari kaum mayoritas selama ini memperioritaskan pembangunan terpusat di Indonesia bagian barat saja. Sedangkan Indonesia bagian Timur tetap saja sama sebelum penjajah hengkang dari tanah ini.
Lantas muncul pertanyaan, “Mengapa mesti memilih calon presiden dan wakil presiden dari kaum mayoritas? Apa dampaknya bagi kehidupan kaum minoritas selanjutnya?”
Pertanyaan ini adalah gugatan dari saya terhadap para elite politik dan pencipta aturan di negeri ini.
Saya menggugat atas nama orang-orang kecil yang selama ini tak didengar gaung suaranya.
Saya menggugat karena suara keadilan selama ini dibungkam oleh kelompok berkuasa dari kaum mayoritas. Saya menggugat karena kaum mayoritas bertindak seolah-olah merekalah pemilik negara ini.
Saudaraku-saudariku sekalian kaum mayoritas dan para penguasa, anda dan saya serta kaum minoritas adalah kita. Kita semua ini adalah Indonesia.
Tidak ada yang berasal dari Palestina, Israel, Afganistan, Iraq, Lebanon, dan lain-lain. Kita semua adalah anak-anak negeri yang dikandung dan dilahirkan oleh ibu Pertiwi Indonesia.
Kita semua adalah saudara-saudari yang hadir untuk mendekorasi wajah Indonesia lebih cantik dan menarik di tengah derasnya badai hidup yang datang silih berganti.
Mari kita saling memberi ruang dan kebebasan yang sebebas-bebasnya kepada semua anak negeri untuk tampil sebagai pemimpin yang melayani dengan hati.
Jangan hanya memberi ruang dan kebebasan kepada kaum mayoritas saja tetapi berikanlah juga ruang dan kebebasan kepada kaum minoritas untuk menjadi pelayan.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang melihat secara jelas masa depan bangsa ke arah yang baik dan bermartabat.
Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang tidak membatasi dirinya dengan dinding keegoismean diri kelompoknya tetapi pemimpin yang melayani adalah dia yang mampu menyatuhkan mayoritas menjadi satu kesatuan yang utuh dan kokoh untuk Indonesia maju dan bersaing di level internasional.
Selamat menyiapkan diri untuk merayakan pesta demokrasi tanggal 14 Februari 2024. Berikanlah suaramu untuk masa depan bangsa Indonesia yang baik dan sejahtera.
Yakinkan hati bahwa suara yang anda berikan itu adalah kontribusimu untuk membangun negeri ini menjadi lebih maju dan berkualitas serta bermartabat luhur.