Ruteng, Vox NTT- Persimpangan vital di Kota Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai, NTT yang biasa disebut ‘Simpang Mbaumuku’ dilanda kekacauan lalu lintas akibat lampu merah yang padam total. Para pengendara pun berada dalam keadaan ketidakpastian.
Ironisnya, situasi ini telah terjadi sejak lama dan kerap kali menimbulkan kemacetan lalu lintas. Pemerintah yang menangani urusan ini pun terkesan tutup mata meski posisi lampu merah itu berada tepat di jantung Kota Ruteng.
Situasi itu diprediksi bisa berdampak serius pada peningkatan risiko kecelakaan bagi masyarakat Manggarai jika pemerintah membiarkannya berlarut-larut tanpa solusi yang jelas.
Terpantau pada Selasa (16/01/2023), lampu merah di Persimpangan Mbaumuku Ruteng ditemukan tidak berfungsi. Beberapa pengendara yang melintasi jalur ini pun mengaku kesulitan lantaran kondisi lampu lalu lintas yang tidak berfungsi.
Tidak hanya itu, mereka bahkan mengaku kecewa karena kelalaian pemerintah dalam penataan lampu merah hingga menyebabkan kemacetan. Untuk itu, warga mengharapkan niat baik pemerintah agar segera memperbaiki lampu tersebut.
“Kami butuh tindakan cepat dari pemerintah. Ini bukan hanya masalah kemacetan, tapi juga soal keselamatan kami di jalan,” kata Andi, seorang pengendara yang terjebak dalam kekacauan lalu lintas tersebut, Selasa (16/01/2023) sore.
Hal yang sama juga disampaikan Siti. Ia mengharapkan pemerintah segera memperhatikan kondisi lampu merah itu.
“Situasi ini sangat mengkhawatirkan. Kita perlu pemerintah yang lebih responsif terhadap masalah-masalah sepele seperti ini. Kecelakaan bisa terjadi kapan saja jika lampu merah tidak segera diperbaiki,” ujarnya.
Sementara itu, salah seorang pengusaha bernama Budi yang menjalankan usahanya di sekitar Persimpangan Mbaumuku mengaku, kondisi lampu lalu lintas yang demikian berdampak langsung pada macetnya aktivitas usaha di sekitar lampu merah.
“Kemacetan ini berdampak besar pada bisnis lokal. Pemerintah harus segera mengambil langkah konkret agar aktivitas ekonomi tidak terganggu lebih lanjut. Ini tidak hanya masalah keselamatan, tetapi juga kesejahteraan komunitas kami,” jelasnya.
Kontributor: Maria Viani Saina