Oleh: Maria Silvia Daiman
Kelas 2023 J, Program Studi PGSD Unika St. Paulus Ruteng
Pendidikan tidak hanya tentang peningkatan pencapaian akademik, tetapi juga tentang membentuk individu yang sehat secara fisik, mental, dan emosional.
Namun, dalam mengukur efektivitas perubahan kurikulum, seringkali hanya fokus pada hasil akademik tanpa memperhitungkan dampaknya terhadap kesejahteraan siswa secara keseluruhan.
Oleh karena itu, perlu adanya pendekatan baru yang mengintegrasikan aspek kesejahteraan siswa ke dalam evaluasi efektivitas perubahan kurikulum.
Selama ini kita suduah tidak asing lagi mendengar tentang perubahan kurikulum yang sering terjadi pada lembaga pendidikan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan panduan yang memuat garis besar pembelajaran dan pengajaran yang akan dilakukan di suatu institusi pendidikan atau program pendidikan tertentu.
Kurikulum merangkum tujuan pembelajaran, isi materi pelajaran, metode pengajaran, evaluasi hasil belajar, serta sumber daya yang akan digunakan dalam proses pendidikan.
Peran Penting Kurikulum
Kurikulum memainkan peran penting dalam dunia pendidikan karena menjadi dasar dalam merencanakan dan mengimplementasikan proses belajar mengajar.
Tanpa kurikulum pendidikan bisa menjadi tidak terarah dan tujuan pendidikan nasional tidak tercapai.
Kurikulum juga memiliki potensi untuk meningkatkan kinerja siswa.
Dengan adanya kurikulum yang dirancang dengan baik, siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang materi yang diajarkan.
Sehingga para siswa dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Selain itu, kurikulum yang efektif dapat membantu dalam mengevaluasi kinerja guru dan siswa dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Evaluasi kurikulum juga dapat membantu dalam menentukan apakah kurikulum tersebut perlu diperbaharui atau tidak, sehingga dapat terus relevan dan efektif dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Ukur Efektivitas Kurikulum
Tujuan utama dari kurikulum adalah untuk memberikan arahan yang sistematis dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal ini tentu saja penting agar mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Dengan mengukur efektivitas kurikulum kita dapat memastikan bahwa pendidikan berkembang sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh lembaga pendidikan agar mampu mengembangkan kemampuan para peserta didik baik kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotorik.
Dengan mengukur efektivitas perubahan kurikulum kita dapat mengetahui atau mengevaluasi sejauh mana perubahan dan pencapaian peserta didik, respond guru, dan dampaknya terhadap kemampuan peserta didik untuk bersaing di dunia nyata.
Mengukur efektivitas perubahan kurikulum adalah langkah krusial dalam mengevaluasi dampak dan keberhasilan setiap perubahan yang diterapkan dalam sistem pendidikan.
Ini penting untuk memastikan bahwa perubahan tersebut memberikan manfaat yang diharapkan bagi siswa, guru, dan sistem pendidikan secara keseluruhan.
Mengukur efektivitas kurikulum juga mempunyai dampak terhadap pendidikan dan sangat mempengaruhi proses pendidikan dan pembelajaran.
Dengan memahami sejauh mana perubahan kurikulum mencapai tujuan-tujuan pendidikan, kita dapat mengevaluasi dampaknya terhadap kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Efektivitas perubahan kurikulum berdampak langsung pada kesejahteraan dan pengalaman belajar siswa.
Mengukur efektivitas perubahan kurikulum adalah proses penting untuk mengevaluasi sejauh mana perubahan dalam kurikulum telah berhasil dalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Iklim Sekolah, Sikap Ilmiah, dan Budaya
Efektivitas kurikulum tidak hanya terkait dengan peningkatan nilai dan keterampilan siswa, tetapi juga dengan perubahan dalam pola pikir, sikap, dan iklim serta budaya sekolah.
Iklim sekolah yang dimaksud merujuk pada suasana yang dihasilkan oleh berbagai elemen dalam lingkungan sekolah, termasuk perilaku, sikap, dan budaya yang dibangun.
Iklim sekolah mencakup berbagai aspek, termasuk cara siswa dan guru berinteraksi, norma dan nilai yang dianut, serta lingkungan fisik dan sosial sekolah. Iklim sekolah dapat mempengaruhi kualitas pendidikan dan kesejahteraan siswa.
Sebuah iklim sekolah yang positif dapat mendorong siswa untuk belajar dengan lebih baik, merasa aman, dan bersemangat untuk berpartisipasi dalam kegiatan sekolah.
Sebaliknya, iklim sekolah yang negatif dapat menghambat kemajuan akademik dan kesejahteraan siswa atau peserta didik.
Iklim sekolah juga dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan sekolah, budaya organisasi, dan interaksi antara siswa dan guru.
Oleh karena itu, penting bagi sekolah untuk menciptakan dan memelihara iklim sekolah yang positif dan mendukung pembelajaran dan kesejahteraan siswa.
Guru memainkan peran penting dalam membutuhkan perubahan mindset atau perubahan cara berpikir dan sikap terhadap pendekatan pembelajaran yang ilmiah, yang mengedepankan aktivitas belajar secara ilmiah seperti mengamati, menanya, mencoba, menganalisis, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Iklim sekolah harus diciptakan dan dibangun sehingga memberi ruang terbentuknya sikap dan perilaku ilmiah dalam proses pembelajaran.
Sikap dan perilaku ilmiah melibatkan pendekatan sistematis dan kritis terhadap pengetahuan dan pemahaman.
Ini mencakup kesediaan untuk mempertanyakan, menguji, dan menggali lebih dalam tentang fenomena alam atau masalah yang kompleks.
Sikap ilmiah melibatkan rasa ingin tahu yang kuat, ketekunan dalam mencari bukti, keterbukaan terhadap ide-ide baru, dan keberanian untuk mengakui ketidakpastian.
Perilaku ilmiah meliputi penggunaan metode ilmiah yang terbukti, seperti pengamatan, pengukuran, percobaan, analisis data, serta penyusunan dan pengujian hipotesis untuk menghasilkan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Sedangkan, budaya sekolah merujuk pada norma, nilai, tradisi, dan praktik yang membentuk lingkungan belajar dalam suatu sekolah.
Ini mencakup hubungan antara siswa, guru, staf, dan administrasi, serta cara mereka berinteraksi, berkomunikasi, dan bekerja sama dalam mencapai tujuan pendidikan bersama.
Budaya sekolah dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa, kualitas pengajaran, kolaborasi antar guru, dan kepuasan kerja staf.
Ini juga mencerminkan komitmen sekolah terhadap inklusivitas, keadilan, keragaman, dan pengembangan pribadi siswa serta staf.
Sarana dan prasarana juga memainkan peran penting dalam implementasi kurikulum baru.
Terdapat sarana dan prasarana utama yang sangat diperlukan dalam implementasi kurikulum baru, yang terdiri atas buku pelajaran, laboratorium, peralatan dan bahan yang harus tersedia dalam rasio yang mencukupi dan yang memenuhi standar mutu minimal laboratorium.
Ketersediaan berbagai media pembelajaran baik jenis, bentuk maupun model, dan aksesibilitas penggunaan sarana dan prasarana oleh peserta didik dan guru. Peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum juga sangat penting.
Fungsi manajerial kepala sekolah mencakup fungsi perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi, serta fungsi pengembangan. Kepala sekolah memiliki kemampuan dalam mengorganisasi kegiatan pengembangan, seperti inservice training programmes, workshop, dan staff development meetings.
Implementasi Kurikulum
Mereka juga bertanggung jawab untuk mengembangkan strategi implementasi yang beragam untuk membimbing guru, melakukan kolaborasi dengan pengguna (stakeholders) dalam menata kelola perubahan kurikulum, melibatkan stakeholders dalam manajemen implementasi, dan melibatkan orang tua dalam implementasi.
Implementasi kurikulum yang baik dan benar adalah kunci untuk mencapai tujuan kurikulum dengan baik sehingga tujuan kurikulum dapat dicapai.
Faktor-faktor yang memengaruhi implementasi kurikulum meliputi perencanaan, substansi (isi) kurikulum, pendidik, iklim dan budaya sekolah, serta sarana dan prasarana yang ada di dalamnya.
Pertama-tama, penting untuk memahami bahwa setiap perubahan kurikulum harus memiliki tujuan yang jelas dan terukur.
Tujuan ini dapat berupa peningkatan pencapaian akademik, pengembangan keterampilan abad ke-21, atau peningkatan kualitas pembelajaran secara keseluruhan.
Dengan memiliki tujuan yang jelas, kita dapat lebih mudah mengukur apakah perubahan tersebut berhasil atau tidak.
Oleh karena itu banyak cara yang digunakan untuk mengukur efektivitas perubahan kurikulum tersebut.
Salah satu cara yang umum digunakan untuk mengukur efektivitas perubahan kurikulum adalah melalui evaluasi pencapaian siswa.
Tes standar, penilaian portofolio, dan penilaian berbasis kinerja adalah beberapa contoh alat yang dapat digunakan untuk mengukur kemajuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum baru.
Kurikulum bukan hanya untuk mengukur kemampuan peserta didik, tetapi juga kurikulum dibuat untuk mengukur respons guru terhadap perubahan kurikulum.
Guru adalah pelaksana utama kurikulum di kelas, dan respons mereka dapat memberikan wawasan berharga tentang bagaimana perubahan tersebut diterima dan diimplementasikan di lapangan.
Dengan cara survei, wawancara, dan observasi kelas adalah beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang respons guru terhadap kurikulum yang ada.
Selain itu, mengukur efektivitas perubahan kurikulum juga melibatkan analisis data kuantitatif dan kualitatif.
Data kuantitatif, seperti hasil tes atau angka kelulusan, dapat memberikan gambaran tentang pencapaian siswa secara keseluruhan.
Sementara data kualitatif, seperti observasi kelas atau wawancara, dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang bagaimana perubahan tersebut memengaruhi proses pembelajaran di kelas.
Terakhir, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor kontekstual yang dapat memengaruhi efektivitas perubahan kurikulum.
Ini termasuk faktor seperti ketersediaan sumber daya, dukungan dari pemangku kepentingan, dan kondisi sosial dan budaya di mana pendidikan dilaksanakan.
Memahami faktor-faktor ini dapat membantu kita memahami lebih baik tentang bagaimana perubahan kurikulum dapat berhasil atau gagal dalam berbagai konteks.
Ukur Efektivitas Perubahan Kurikulum
Secara keseluruhan, mengukur efektivitas perubahan kurikulum merupakan langkah penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan memastikan bahwa siswa mendapatkan pembelajaran yang bermakna dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Dengan menggunakan berbagai pendekatan dan mempertimbangkan berbagai faktor, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dampak perubahan kurikulum dan membuat penyesuaian yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Pentingnya integrasi kesejahteraan siswa dalam evaluasi kurikulum ini bertujuan bahwa kesejahteraan siswa merupakan faktor penting yang memengaruhi kualitas pembelajaran dan pengalaman pendidikan mereka.
Saat siswa merasa sehat secara fisik, mental, dan emosional, mereka cenderung lebih fokus, berpartisipasi aktif, dan mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Oleh karena itu, mengukur efektivitas perubahan kurikulum juga harus memperhitungkan dampaknya terhadap kesejahteraan siswa.
Pendekatan holistik dalam mengukur efektivitas perubahan kurikulum memperhitungkan berbagai aspek kesejahteraan siswa, termasuk kesehatan fisik, kesehatan mental, kebahagiaan, dan keterlibatan dalam kegiatan sekolah dan ekstrakurikuler.
Pendekatan ini mencakup beberapa tahapan atau langkah yang di gunakan dalam pendekatan ini antara lain;
Survei kesejahteraan siswa: melakukan survei kesejahteraan siswa sebelum dan setelah penerapan perubahan kurikulum untuk mengukur perubahan dalam kesejahteraan siswa secara menyeluruh.
Survei dapat mencakup pertanyaan tentang tingkat stres, kepuasan hidup, keterlibatan dalam kegiatan sekolah, dan hubungan sosial.
Observasi kesehatan fisik dan mental yaitu melakukan observasi terhadap kesehatan fisik dan mental siswa, termasuk tingkat kelelahan, pola tidur, dan gejala stres atau kecemasan.
Observasi ini dapat dilakukan oleh petugas kesehatan sekolah atau konselor sekolah.
Analisis keterlibatan dalam kegiatan sekolah dan ekstrakurikuler, ini bertujuan bahwa menganalisis tingkat keterlibatan siswa dalam kegiatan sekolah dan ekstrakurikuler, seperti klub, organisasi siswa, atau proyek sukarela.
Tingkat keterlibatan ini dapat menjadi indikator penting tentang kesejahteraan siswa dan dampak perubahan kurikulum terhadap motivasi dan minat belajar mereka.
Kolaborasi dengan ahli kesehatan dan konselor sekolah yaitu melibatkan ahli kesehatan dan konselor sekolah dalam proses evaluasi untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang kesejahteraan siswa dan menyediakan sarana atau intervensi yang sesuai jika diperlukan.
Adapun tantangan dalam mengintegrasikan kesejahteraan siswa dalam evaluasi kurikulum ini yakni mengintegrasikan kesejahteraan siswa dalam evaluasi efektivitas perubahan kurikulum.
Bisa juga dapat menghadapi beberapa tantangan, tantangan ini antara lain: keterbatasan sumber daya: mengumpulkan data tentang kesejahteraan siswa dan melaksanakan intervensi yang sesuai mungkin memerlukan sumber daya tambahan, seperti waktu, tenaga, dan anggaran.
Kesulitan dalam pengukuran: mengukur kesejahteraan siswa tidak selalu mudah, dan beberapa aspek, seperti kesehatan mental, mungkin sulit diukur secara objektif.
Faktor eksternal. Kesejahteraan siswa juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang tidak terkait langsung dengan kurikulum, seperti lingkungan keluarga dan kondisi sosial ekonomi.
Salah satu argumen utama yang mendukung pentingnya evaluasi perubahan kurikulum menurut saya adalah upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Melalui evaluasi yang berkala dan menyeluruh, lembaga pendidikan dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang diterapkan, serta mengoptimalkan pengalaman pembelajaran siswa.
Evaluasi perubahan kurikulum juga memberikan pemahaman yang mendalam tentang sejauh mana perubahan tersebut berhasil mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik dalam hal peningkatan keterampilan, pengetahuan, maupun sikap siswa.
Dengan demikian, evaluasi perubahan kurikulum bukan hanya sebagai alat untuk mengukur pencapaian akademis siswa, tetapi juga sebagai instrumen untuk meningkatkan pengalaman belajar mereka secara keseluruhan.
Selain itu, evaluasi perubahan kurikulum juga penting dalam menjamin akuntabilitas publik dan transparansi dalam pengelolaan dana pendidikan.
Melalui proses evaluasi yang terbuka dan transparan, masyarakat dapat memastikan bahwa dana pendidikan digunakan secara efisien dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Evaluasi juga memungkinkan untuk mengidentifikasi dan mengatasi kesenjangan atau tantangan yang mungkin timbul dalam implementasi kurikulum baru.
Dengan mengetahui aspek-aspek yang memerlukan perbaikan, lembaga pendidikan dapat mengembangkan solusi yang tepat untuk meningkatkan efektivitas kurikulum dan memastikan pemenuhan standar pendidikan yang ditetapkan oleh otoritas pendidikan.
Selanjutnya, evaluasi perubahan kurikulum juga dapat mendorong inovasi dalam pendidikan dengan mengidentifikasi praktikpraktik yang berhasil dan memberikan inspirasi untuk pengembangan kurikulum yang lebih baik di masa depan.
Melalui evaluasi yang mendalam, lembaga pendidikan dapat belajar dari pengalaman mereka sendiri dan mengadopsi strategi yang lebih efektif dalam menyusun dan mengimplementasikan kurikulum baru.
Dengan demikian, evaluasi efektivitas perubahan kurikulum bukan hanya menjadi kewajiban, tetapi juga peluang untuk meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan.
Dalam konteks globalisasi dan perkembangan teknologi informasi, pendidikan dihadapkan pada tantangan yang semakin kompleks.
Evaluasi perubahan kurikulum menjadi semakin penting dalam memastikan bahwa pendidikan dapat merespons perubahan tersebut dengan baik dan menghasilkan lulusan yang siap bersaing di era digital ini.
Dengan mengukur efektivitas perubahan kurikulum secara sistematis dan komprehensif, kita dapat memastikan bahwa pendidikan tetap menjadi alat yang efektif untuk membentuk generasi yang cerdas, kreatif, dan berdaya saing.
Dengan demikian, evaluasi perubahan kurikulum merupakan langkah yang penting dalam memastikan keberlanjutan dan kemajuan pendidikan di masa depan.
Perubahan kurikulum di Indonesia juga merupakan refleksi dari dinamika pendidikan yang terus berkembang seiring dengan perubahan zaman, tuntutan masyarakat, dan perkembangan teknologi.
Sejak masa kemerdekaan hingga saat ini, Indonesia telah melalui berbagai periode perubahan kurikulum yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, merespons kebutuhan zaman, serta memastikan bahwa pendidikan dapat memenuhi harapan dan tantangan yang ada.
Kurikulum Dinamis
Kurikulum bersifat dinamis karena harus sesuai dengan perkembangan global.
Kurikulum yang ada di Indonesia sudah berapa kali mengalami perubahan.
Pertama, kurikulum di Indonesia sejak tahun 1947 hingga peluncuran kurikulum merdeka belajar mencerminkan upaya yang terus menerus untuk memperbaiki dan menyesuaikan sistem pendidikan dengan perkembangan zaman, kebutuhan masyarakat, serta tujuan pendidikan nasional.
Kurikulum pertama setelah kemerdekaan kurikulum 1947, mencerminkan semangat awal dalam membangun identitas pendidikan nasional yang merdeka, meskipun masih dipengaruhi oleh sistem pendidikan kolonial Belanda.
Meskipun demikian, kurikulum ini terbatas dalam mencerminkan kebutuhan dan identitas masyarakat indonesia yang beragam.
Kurikulum tahun 1947 di indonesia merupakan salah satu kurikulum yang paling penting dalam sejarah pendidikan nasional.
Kurikulum ini diperkenalkan oleh pemerintah indonesia pada tahun 1947, sebagai bagian dari upaya untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional yang kuat dan berdasarkan prinsip-prinsip kebangsaan.
Ada beberapa beberapa kelebihan dan kekurangan dari kurikulum tahun 1947.
Kelebihan kurikulum tahun 1947 adalah pendekatan integratif, kurikulum ini mencoba untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam satu kurikulum, sehingga siswa dapat mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang berbagai aspek kehidupan.
Pendekatan kebangsaan, kurikulum ini dirancang dengan prinsip-prinsip kebangsaan, yang menekankan pentingnya memahami dan menghargai budaya, sejarah, dan nilai-nilai luhur bangsa indonesia.
Pendidikan moral dan sosial, kurikulum ini menekankan pentingnya pendidikan moral dan sosial, dengan tujuan untuk membentuk karakter siswa yang baik dan bertanggung jawab.
Pendidikan keagamaan, kurikulum ini juga mencakup pendidikan keagamaan, yang bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai agama yang ada di indonesia.
Pendidikan kewarganegaraan, kurikulum ini menekankan pentingnya pendidikan kewarganegaraan, dengan tujuan untuk membentuk siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan berkontribusi terhadap masyarakat.
Kekurangan kurikulum tahun 1947: keterbatasan dalam pemilihan mata pelajaran: kurikulum ini mungkin terlalu fokus pada mata pelajaran yang dianggap penting oleh pemerintah, sementara mata pelajaran lain yang juga penting mungkin tidak diperhatikan.
Kurangnya flexibilitas: kurikulum ini mungkin terlalu rata, tanpa cukup fleksibilitas untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan minat siswa yang beragam.
Kurangnya penekanan pada pengembangan keterampilan: kurikulum ini mungkin terlalu fokus pada pengetahuan teoretis, sementara keterampilan praktis mungkin kurang diperhatikan.
Kurangnya pendekatan inklusif: kurikulum ini mungkin kurang mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan siswa dengan kondisi khusus, seperti siswa dengan kebutuhan khusus atau siswa dari latar belakang yang kurang mampu.
Kurangnya pendekatan interdisipliner: meskipun kurikulum ini mencoba untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu, mungkin masih terlalu terbatas dalam pendekatan interdisipliner, terutama dalam hal penggabungan antara ilmu pengetahuan dan ilmu sosial.
Kurikulum tahun 1947 memiliki kelebihan dan kekurangan yang signifikan, dan pengalaman dari kurikulum ini telah memberikan wawasan berharga tentang pentingnya pendidikan yang holistik dan inklusif.
Kedua, kurikulum 1964 menempatkan bahasa indonesia sebagai bahasa pengantar utama, menciptakan keseragaman dalam pembelajaran di seluruh indonesia, namun kurikulum ini cenderung sentralistik dan kurang memperhatikan kebutuhan lokal serta karakteristik siswa.
Ketiga, pada tahun 1975, kurikulum berusaha untuk membuat pendidikan lebih relevan dengan kondisi sosial dan ekonomi Indonesia, namun kurang memperhatikan aspek akademis yang diperlukan untuk bersaing di tingkat nasional dan global.
Keempat, kurikulum 1984 menekankan pada peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan, dengan memperkenalkan ujian nasional sebagai sarana evaluasi akhir, namun fokus pada evaluasi akademis mungkin mengabaikan pengembangan aspek non-akademis dan kreativitas siswa.
Kelima adalah, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 1994 memberikan penekanan pada pengembangan kompetensi siswa yang holistik dan kreatif.
Namun implementasi KBK menghadapi tantangan dalam pemahaman dan penerapan konsep-konsep baru oleh guru, serta memerlukan waktu dan sumber daya yang cukup.
Keenam, yaitu Pada tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memberikan otonomi kepada sekolah dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.
Kurikulum ini dirancang sesuai kebutuhan lokal saja, dan kendala dalam koordinasi antarsekolah dan perbedaan standar antardaerah juga mengakibatkan ketidakseragaman dalam kualitas pendidikan.
Ketujuh, kurikulum 2013 pada kurikulum ini menekankan peserta didikpada pembelajaran yang kontekstual, kreatif, dan berbasis pada pemahaman konsep.
Namun implementasi K13 mungkin menghadapi tantangan dalam penyesuaian kurikulum oleh sekolah dan guru, serta membutuhkan sumber daya yang cukup untuk pelaksanaannya.
Dan yang kedelapan, adalah kurikulum merdeka belajar.
Kurikulum merdeka belajar memberikan fleksibilitas dan kebebasan kepada sekolah dalam merancang dan mengimplementasikan kurikulum sesuai dengan kebutuhan dan potensi siswa, kemungkinan tantangan dalam pengembangan dan pengawasan kurikulum lokal mungkin mengakibatkan perbedaan kualitas pendidikan antar sekolah dan daerah.
Kurikulum Merdeka Belajar adalah inisiatif pendidikan yang diperkenalkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia.
Ada beberapa keunggulan dari kurikulum merdeka diantaranya, adalah: Pertama, penekanan pada kreativitas dan inovasi: Kurikulum Merdeka Belajar memberikan lebih banyak ruang bagi siswa untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam proses belajar-mengajar.
Kedua, menyesuaikan dengan perkembangan zaman: Kurikulum ini dirancang untuk lebih responsif terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks.
Ketiga, mendorong pembelajaran yang berpusat pada siswa: Kurikulum Merdeka Belajar berusaha untuk memajukan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa, memperhatikan minat, bakat, dan kebutuhan belajar masing-masing individu.
Dan yang terakhir, integrasi teknologi dalam pembelajaran: Kurikulum ini juga mengintegrasikan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran untuk memfasilitasi akses dan interaksi yang lebih baik antara guru dan siswa.
Faktor Perubahan Kurikulum
Mengukur efektivitas perubahan kurikulum dari tahun sebelumnya sampai sekarang tentu dipengaruhi oleh masing-masing faktor.
Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap penerapan kurikulum. Pergantian kurikulum di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yang membuat kurikulum tersebut berubah.
Yang pertama adalah perkembangan dalam bidang pendidikan dan teknologi sebagai pemeran utama.
Ketika pengetahuan dan kebutuhan masyarakat berubah, maka kurikulum harus disesuaikan untuk mencerminkan perkembangan tersebut.
Bisa dibilang masyarakat juga berperan dalam menilai seberapa efektif kurikulum yang sedang dijalani oleh lembaga pendidikan dan peserta didik.
Faktor politik dan eknomi juga berperan di dalamnya. Ini dikarenakan kebijakan pendidikan seringkali dipengaruhi oleh kepentingan politik dan finnansial yang ada di dalamnya (yang tersedia).
Dan yang terakhir menurut saya adalah, tantangan global seperti persaingan ekonomi dan perubahan demografi juga menjadi faktor yang mempengaruhi penyesuaian kurikulum.
Yang dalam arti kurikulum harus mempunyai pengaruh dalam menyesuaikam dan mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi kompleksitas dunia.
Perubahan kurikulum sangat berpengaruh terhadap pendidikan yang diperoleh peserta didik dan berdampak pada instasi pendidikan.
Setiap kurikulum mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing (seperti pada data yang telah saya sajikan pada paragraf sebelumnya).
Dampak dari perubahan kurikulum juga bisa mempengaruhi kinerja siswa terhadap proses belajarnya.
Pendidikan yang dicapai siswa sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan pedoman belajar yang berdasarkan penerapan kurikulum.
Melihat dari berbagai aspek pendidikan, bahwa kurikulum harus selalu dinamis.
Dinamis yang artinya harus selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman.
Perubahan kurikulum dari tahun 1947 (setelah kemerdekaan) sampai kepada kurikulum merdeka tentu telah dipertimbangkan oleh lembaga pendidikan maupun pemerintah.
Kemungkinan besar keberhasilan pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh perubahan kurikulum.
Kurikulum dapat diuji kualitasnya yaitu dengan cara mengukur keefektifitasannya.
Mengukur efektifitas perubahan kurikulum harus terus di lakukan pada setiap tahun.
Ini bertujuan supaya kita bisa melihat, apakah kurikulum yang sudah diterapkan sudah berhasil atau tidak dalam mengembangkan keterampilan dan pengatahuan peserta didik baik secara afektif maupun kognitif.
Sebagai peserta didik kita juga harus menyesuaikan diri terhadap perubahan kurikulum yang sering terjadi.
Saran untuk Pemerintah
Perubahan kurikulum sangat berdampak terhadap kemajuan peserta didik dalam mengembangkan keterampilan mereka.
Oleh sebab itu pemerintah juga harus bisa memberikan bimbingan dalam mengimplementasikan setiap kurikulum. Pemerintah harus berperan aktif dalam mengukur kefektifitasan kurikulum.
Semoga kurikulum di Indonesia selalu bisa beradaptasi terhadap perkembangan zaman supaya anak-anak bangsa juga semakin kreatif dan berkompetitif terhadap kemajuan global yang selalu mengalami peningkatan.
Faktor yang memperkuat perubahan kurikulum berkaitan erat dengan ketidakpuasan terhadap proses belajar dan mengajar antara peserta didik dan respons guru.
Salah satunya adalah kurangnya daya saing peserta didik, ini juga dipengaruhi oleh kurikulum dan kurangnya fasilitas yang menyedikan potensi berdaya saing kepada elemen sekolah.
Bisa jadi, masyarakat juga bisa menjadi patokan terhadap efektif atau tidaknya kurikulum yang disediakan oleh Pemerintah Indonesia.
Pendidikan yang diperoleh peserta didik saat ini, sangat berpengaruh terhadap masa depan bangsa dan negara Indonesia.
Semangat kompetisi dalam dunia pendidikan dapat membawa generasi muda untuk bersaing pada tingkat global.
Kemampuan daya saing pada kanca internasional dapat merubah masa depan bangsa.
Negara Indonesia memiliki sumber daya hayati yang sebenarnya bisa mengalahkan negara luar.
Tetapi faktor internalnya adalah kurangnya potensi atau sumber daya manusia dalam mengelolahnya.
Oleh sebab itu, pemerintah mengupayakan perubahan kurikulum yang efektif supaya peserta didik nantinya mampu menyesuaikan diri.
Kemudian meningkatkan potensi mereka dalam dunia pendidikan pada tingkat internasional dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Sekarang Indonesia sudah menggunakan kurikulum merdeka sebagai pedoman belajar peserta didik maupun instasi pendidikan.
Kurikulum merdeka diterapkan tentu dikarenakan keunggulannya dan sudah dipertimbangangkan serta diuji kualitasnya dalam dunia pendidikan.
Satuan pendidikan di Indonesia mendukung rencana Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk menerapkan kurikulum merdeka ini.
Kurikulum ini digunakan tentu karena kualitas yang dimilikinya serta persetujuan dari berbagai instasi pendidikan.
Mengadopsi Kurikulum Merdeka adalah sebuah upaya untuk memberikan lebih banyak kebebasan kepada sekolah dalam merancang kurikulum mereka sendiri.
Ini bertujuan untuk meningkatkan relevansi dan efektivitas pendidikan dengan memungkinkan sekolah untuk menyesuaikan kurikulum sesuai dengan kebutuhan lokal, kepentingan siswa, dan karakteristik masing-masing sekolah.
Dengan memberikan otonomi yang lebih besar kepada sekolah dalam merancang, maka kurikulum Merdeka memungkinkan pendidikan menjadi lebih responsif terhadap dinamika lokal, kebutuhan siswa, dan perkembangan global.
Selain itu, pendekatan ini juga dapat memperkuat keterlibatan sekolah, seperti guru, siswa, dan orang tua, dalam proses pendidikan dengan memungkinkan mereka untuk lebih aktif terlibat dalam menentukan isi kurikulum yang relevan dan bermakna bagi komunitas mereka.
Dengan demikian, menggunakan kurikulum merdeka dapat dianggap sebagai langkah menuju peningkatan kualitas pendidikan yang lebih adaptif, inklusif, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat lokal dan global.
Harapan saya semoga kurikulum ini bisa menciptakan peserta didik yang mampu bersaing ditingkat global dan membawa pengaruh terhadap dunia pendidikan di seluruh dunia.
*Tulisan ini dalam rangka ujian Karya Tulis Ilmiah (KTI)