Labuan Bajo, Vox NTT- Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) bersama Kementrian Parwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) melakukan kerja sama di kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan Bajo, Manggarai Barat (Mabar), NTT Selasa-Kamis (28-30/05/2024).
Kerja kolaborasi ini dilakukan dalam rangka peningkatan kesadaran kolektif masyarakat terhadap keselamatan (safety) saat menghadapi kondisi kedaruratan atau krisis di kawasan Labuan Bajo.
“Kegiatan ini merupakan langkah nyata dari perjanjian kerja sama antara Basarnas dengan Kemenparekraf dalam rangka meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat terkait kondisi kedaruratan baik kecelakaan, bencana, maupun kondisi membahayakan manusia yang mengacam keselamatan di kawasan Labuan Bajo,” tegas Direktur Kesiapsiagaan Basarnas, Noer Isrodin usai membuka kegiatan di Aula Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Labuan Bajo, Selasa (28/05/2024).
Dia menjelaskan, Undang-undang nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan pada pasal 45 diamanatkan bahwa penyedia jasa pariwisata yang dalam menyelenggarakan kegiatan dapat menimbulkan risiko bagi keselamatan manusia wajib menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di bidang SAR.
Dalam konteks DPSP Labuan Bajo kata dia, pengelola wisata sudah tersistem dengan baik. Namun, perlu penguatan aspek keselamatan yang berpotensi tinggi di wilayah tersebut sehingga supporting system dari kebijakan nasional Presiden Joko Widodo benar-benar dapat diwujudkan.
Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Mabar Fransiskus S. Sodo memberikan apresiasi atas rangkaian kegiatan yang diinisiasi Basarnas dan Kemenparekraf tersebut.
“Isu keamanan dan keselamatan di DPSP Labuan Bajo menjadi tugas kita bersama, untuk itu kita harus berkolaborasi untuk menjawab semua tantangan ke depan, khususnya dalam hal meningkatkan destinasi pariwisata super premium Labuan Bajo,” ungkapnya.
Dalam kegiatan tersebut, ada beberapa agenda yang akan dilakukan yaitu Workshop Evaluasi dan Implementasi Protokol Keamanan dan Keselamatan di Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan Bajo yang dikemas dalam diskusi panel dengan menghadirkan 6 pembicara sekaligus.
Pembicara tersebut masing-masing, dari Bappenas dengan topik “Pembahasan RKP dan RPJMN tahun 2025”, dari Basarnas dengan topik “Sistem Keselamatan Maritim dan Protokol Kemanan dan Keselamatan di DPSP”, dari Kantor Kesahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) dengan topik “Implementasi Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainablility (CHSE) Pada Kapal Wisata”, dari Basarnas lagi dengan topik “Membangun Keamanan dan Keselamatan Daerah Wisata Berbasis Pemberdayaan Masyarakat”, dari Kemenparekraf dengan topik “Sistem Pengembangan Daerah Aman Bencana (SPDAB)”, dan dari KNKT dengan tema “Evaluasi dan Rekomendasi Kejadian Kecelakaan di Labuan Bajo”.
Usai diskusi panel tersebut nantinya akan dilanjutkan dengan pembahasan penyusunan hingga finalisasi rencana kontijensi operasi SAR penanganan kecelakaan kapal di Labuan Bajo dengan melibatkan 23 stakeholder dari kementerian/lembaga, pemerintah daerah, TNI, Polri, badan usaha, organisasi seperti perkumpulan kapal pinisi dan penyelam di kawasan Labuan Bajo.
Tidak hanya itu, Basarnas dan Kemenparekraf juga mengintegrasikan system aplikasi digital dalam pelaporan kondisi kedaruratan.
“Orientasi rencana kontijensi ini untuk memastikan bahwa seluruh stakeholder yang berada di kawasan Labuan Bajo mengerti dan memahami apa yang harus dilaksanakan dari aspek SAR jika terjadi kecelakaan kapal,” jelas Kepala Kantor SAR Maumere Supriyanto Ridwan melalui Kepala Seksi Operasi, Suryaman.
Di hari kedua esok Rabu (29/05/2024), kegiatan masih di gedung BPOLBF lantai 4 dilaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
Koordinator instruktur dari Direktorat Bina Potensi Basarnas Edi Haryanto menyebut, sebanyak 50 orang masyarakat di sekitar Labuan Bajo dari berbagai stakeholder diberikan pembekalan pengetahuan dan kemampuan SAR guna menghadapi ancaman kedaruratan.
Dengan kegiatan tersebut kata dia, diharapkan mereka mampu dan mandiri sehingga dapat meminimalisasi jatuhnya korban saat terjadi kedaruratan.
“Mereka adalah masyarakat yang sebelumnya tidak memahami esensi SAR. Edukasi yang kami berikan meliputi teori dan praktik. Dengan demikian, masyarakat memiliki kompetensi di bidang SAR untuk dirinya sendiri dan mampu menolong masyarakat di sekitarnya ketika terjadi kedaruratan,” jelasnya
Materi yang diberikan kata Edi, meliputi pengantar pertolongan pertama dan teknik pemindahan korban, Penanganan perdarahan dan cedera alat gerak, penanganan luka bakar, sumbatan jalan nafas dan Resusitasi Jantung Paru (RJP) hands only, serta safety bekerja di lingkungan perairan dan metode pertolongan di air (reach, throw, and row).
Sementara itu agenda di hari ketiga, Kamis (30/05/2024), dilaksanakan simulasi penyelamatan korban di permukaan air di area Pelabuhan KSOP Labuan Bajo.
Pelaku simulasi adalah masyarakat yang telah diberdayakan pada hari kedua. Rangkaian kegiatan diakhiri dengan penandatanganan hasil finalisasi rencana kontijensi dan pengukuhan kelompok wisata berbasis SAR.
Penulis: Sello Jome