Oleh: Yohanes Mau
Guru di SMAK St. Josef Freinademetz Tambolaka, Sumba Barat Daya, NTT.
1 Juni 2024. Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merayakan peringatan hari lahir Pancasila. Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia yang kokoh, kuat tak tergoyahkan.
Kelima sila ini adalah hasil ilham dari Sukarno di Ende, ketika ia diasingkan oleh penjajah Belanda pada tahun 1934. Pengasingan di Ende baginya bukanlah sebagai kutukan, namun di sanalah ia mendapat berkat dalam merumuskan dasar negara Kesatuan Republik Indonesia.
Andaikan kala itu Sukarno tidak diasingkan di Ende, mungkinkah dasar negara ini tidak terbentuk? Entah seperti apa wajah Indonesia terkini. Kita tidak tahu. Namun satu hal yang pasti bahwa Tuhan adalah Allah Yang Maha Esa dan menyatukan.
Saya kira Indonesia nampaknya tidak seperti sekarang ini kalau saja Sukarno tidak diasingkan di Ende. Mengapa saya berani katakan demikian? Karena hanya Ende sebagai tempat yang sangat indah dan adem.
Di Ende Sukarno mendapat kesempatan emas berkomunikasi dan diskusi dengan para Pastor dan Bruder dari Societas Verbi Divini (SVD) misionaris Belanda yang tinggal di Biara St. Yosef Ende kala itu.
Bersama mereka ia berdiskusi dan mendapat ide untuk membangun dasar negara Indonesia yang kita kenal Pancasila.
Tak kala jauh juga, aneka sajian nuansa alam Ende yang indah mendukung dan mengalirkan inspirasi sejuk bagi Sukarno dalam menemukan butir-butir Pancasila.
Indahnya panorama alam pantai kota Ratu dan pulau Ende, gunung meja, Kelimutu danau tiga warna, lekak-leluk bukit yang indah menjadi sumber sejuk inspirasi baginya.
Kelima butir Pancasila yang dihasilkan itu sangatlah aktual dan kontekstual menyapa realitas kehidupan masyarakat Indonesia secara hari ini dan tak lekang oleh ruang dan waktu.
Saya berani mengatakan demikian karena kelima sila itu memiliki kekuatan Roh yang menghidupkan. Setiap butir kata yang terkandung di dalamnya dapat menembusi setiap sekat dan perbedaan menjadi satu keutuhan yang tak terpisahkan oleh apa dan siapa pun.
Kekuatan kata-kata yang terkandung didalamnya menjamah lubuk hati terdalam warga NKRI untuk setia menjaga dan merawat warisan bersejarah ini secara turun-temurun.
Generasi terkini mesti merasa bangga dan memberi apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Sukarno manusia terbuang yang tampil sebagai sang pencetus Pancasila itu.
Dia terbuang di Ende namun Tuhan tidak membuang dia. Tuhan memakai dia sebagai alat. Dia adalah media yang Tuhan pakai untuk Indonesia. Dan Ende adalah rahim yang mengandung dan melahirkan Pancasila.
Ende hanyalah salah satu Kota kabupaten yang terletak di Pulau Flores, NTT, Indonesia. Di kabupaten ini semua warga berasal dari berbagai macam agama, suku, dengan tradisi dan budayanya hidup bersama. Namun hidup sangat rukun tanpa ada kekacauan sedikit pun.
Kehidupan toleransi terbaik di dunia ada di kota Ende, kalau anda yang ingin mengetahui tentang rukun damainya hidup bertoleransi; datanglah di kota Ende, Sare. Sebutan Sare dalam bahasa Ende artinya cantik, indah molek, memesona. Gerangan hati Siapakah yang tidak jatuh cinta dengan sare- nya Ende kalau sudah memandang dan menjamahnya?
Ende kota sejarah serentak sebagai kota pelajar. Sejarah bangsa Indonesia tentang dasar negara bermula dari Ende untuk Indonesia. Ende sekali-kali bukanlah yang terkecil.
Kecantikan alam Ende dan para penghuninya sangat ramah dan respect terhadap siapa saja yang datang ke kota ini.
Kota kecil namun menyimpan sejarah tentang bangsa. Sejarah lahirnya Pancasila yang diperingati 1 Juni setiap tahun.
Peringatan hari lahir Pancasila sebagai kebiasaan untuk mengedukasi generasi terkini dan selanjutnya agar tetap melek dan paham akan sejarah. Sejarah Pancasila berawal dari Ende untuk Indonesia.
Ende juga terkenal dengan sebutan kota pelajar. Sekolah terkenal yang dimiliki oleh kongregasi SVD adalah Sekolah Menengah Atas Katolik Syuradikara. Sekolah ini adalah salah satu sekolah tertua yang ada di pulau Flores.
Kala itu semua anak-anak Indonesia bagian timur bersekolah di sekolah milik SVD ini. Satu-satunya sekolah berkualitas yang ada di jantung kota Ende kala itu dan masih eksis hingga sekarang.
Sekolah yang bernapaskan spirit Santo Mikael ini menerima dan mendidik siswa-siswi dari berbagai macam suku, bangsa, tradisi agama dan budaya. Semua dididik menjadi pribadi yang berkualitas untuk Indonesia yang berkualitas pula.
Selain SMAK Syuradikara Ende ada juga Sekolah Menengah Atas Katolik Frateran Ndao yang tidak kalah saing kualitasnya. Sekolah ini terletak di bibir pantai Ndao Ende, dan dikelolah oleh para Frater BHK.
Pancasila dan pendidikan memilik korelasi yang tak terputuskan. Sekolah menjadi lokus yang membudayakan nilai-nilai Pancasila dalam praktik hidup sehari-hari.
Hadirnya lembaga-lembaga pendidikan menjadi dapur pengetahuan bagi generasi muda masa depan bangsa Indonesia. Indonesia berkualitas karena pendidikan yang berkualitas pula.
1 Juni 2024. Segenap warga Indonesia merayakan hari lahir Pancasila. Lewat momen ini kita semua disadarkan bahwa walaupun berbeda-beda tapi kita adalah satu.
Kita mempunyai Tuhan yang satu dan sama yang menyatukan kita dalam wadah bernama Indonesia. Kita Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Indonesia adalah Pancasila. Pancasila adalah Indonesia.
Sudahkah kita ber- Pancasila di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini dengan baik dan benar? Selamat memperingati hari lahir Pancasila. Profesiat Indonesia dan salam Pancasila.