Labuan Bajo, Vox NTT- Pegiat lingkungan dan aktivis sosial, Doni Parera menyoroti opini terkait sengketa lahan dalam sepekan terakhir yang terjadi di kota pariwisata super premium Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
Dalam rilis yang diterima VoxNtt.com, Kamis (20/6/2024), pria yang akrab disapa Doni ini menyatakan, Labuan Bajo diambang kekacauan dan kehancuran entitas budaya jika aparat tidak turun tangan menertibkan ‘para mafia tanah’.
Pandangan tersebut didasari pemberitaan akhir-akhir ini yang menurut Doni, bisa mereduksi pariwisata Labuan Bajo yang sedang berkembang.
“Kekacauan disebabkan narasi-narasi yang dihamburkan ke ruang publik oleh ‘para mafia tanah’ melalui corong media yang tidak jelas, tapi efektif membunuh karakter lembaga fungsionaris adat dan orang yang mereka sasar untuk tujuan mereka,” ujarnya.
Ia menegaskan, opini yang dirilis melalui beberapa media yang kurang kredibel itu tanpa disadari bisa merusak iklim investasi di Manggarai Barat.
“Mereka membuat informasi yang terbaca di luar sana bahwa Mabar tidak beres, tidak aman, sehingga orang urung untuk investasi dan berkunjung. Ini sangat berbahaya.”
“Mereka tidak pernah berpikir soal puluhan ribu orang yang tumpuan hidupnya bergantung dari pariwisata bisa alami ‘paceklik’ lagi,” tegas Doni.
Menurut Doni, para mafia ini sedang berupaya menghancurkan entitas budaya di Labuan Bajo. Hanya untuk kepentingan persoalan mereka pribadi, tapi mengorbankan kepentingan umum.
Karena itu, Doni meminta agar aparat mestinya segera menertibkan dan menindak para mafia ini.
“Mereka mafia yang teriak mafia. Sudah jelas siapa-siapa mereka, karena pernah ‘bermain’ di kasus sebelumnya yang kemudian mengorbankan beberapa orang dan elit pejabat di Manggarai Barat, hingga mendekam dalam penjara hingga hari ini.”
“Mereka ini ‘virus’ yang sangat berbahaya dan mesti diatasi dengan melakukan penegakan hukum,” tegasnya.
Doni pun mengutarakan soal kelompok- kelompok tersebut. Mereka, kata dia, banyak mendapat lahan dari fungsionaris adat Nggorang.
Mereka juga dulunya pernah diberi amanah oleh fungsionaris untuk terlibat dalam penataan lahan atas kuasa dari fungsionaris adat.
Lalu kemudian sekarang berusaha untuk mempengaruhi orang lain untuk tidak mempercayai fungsinaris adat.
“Sikap yang tidak konsisten ini sangat tidak beradab. Orang tua mestinya memberi contoh untuk menjaga amanah para pendahulu,” tegas Doni.
Ia pun mengingatkan, sikap tidak konsisten dan tidak mengakui fungsionaris adat akan membuat guncangan yang hebat, bisa menggoyahkan pariwisata yang jadi andalan Manggarai Barat selama ini.
Efek perbuatan para mafia bisa sama seperti pekerjaan teroris yang dulu membom Bali, hingga menyebabkan Bali sepi pengunjung. Butuh waktu lama dan biaya besar untuk bisa memulihkan lagi.
“Efek berita bombastis mereka bisa akan seperti itu. Jadi, aparat harus segera turun tangan, supaya publik merasa aman, dan tidak perlu mengambil tindakan sendiri. Sekali lagi ini bisa berbahaya,” pungkas Doni. [VoN]