Labuan Bajo, Vox NTT – Pasangan Edistasius Endi dan Yulianus Weng (Edi-Weng) resmi dilantik menjadi bupati dan wakil bupati Manggarai Barat pada 26 Februari 2021 lalu.
Saat itu keduanya dilantik oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat di Aula Rumah Jabatan Guberur NTT.
Data yang diperoleh VoxNtt.com, selama tiga tahun memimpin kabupaten di ujung barat Pulau Flores itu, paket Edi-Weng berhasil membangun 193,28 kilometer jalan hotmix.
Keseriusan paket Edi-Weng membangun jalan tersebut merupakan bagian dari program kerja kesebelas mereka, yakni ‘pemerataan dan peningkatan kualitas semua jenis infrastruktur pelayanan masyarakat dan jalan raya’.
Dari panjang jalan hotmix tersebut rinciannya antara lain; tahun 2021 sepanjang 20,6 km, tahun 2022 sepanjang 143,59 km, dan tahun 2023 sepanjang 29,63 km.
Kemudian melansir data yang dimiliki pasangan Edi-Weng, panjang jalan aspal/paved di Manggarai Barat tahun 2021 yakni 627,49 km, tahun 2022 sepanjang 626,30 km, dan tahun 2023 sepanjang 636,50 km.
Panjang jalan kerikil/gravel, tahun 2021 sepanjang 363,29 km, tahun 2022 sepanjang 394,58 km, dan tahun 2023 sepanjang 391,90 km.
Panjang jalan tanah/soil, tahun 2021 sepanjang 232,59 km, tahun 2022 sepanjang 204,16 km, dan tahun 2023 sepanjang 195,36 km.
Panjang jalan lainnya, tahun 2021 sepanjang 3,51 km, tahun 2022 sepanjang 1,85 km, dan tahun 2023 sepanjang 3,14 km.
Selanjutnya panjang jalan Negara di Kabupaten Manggarai Barat sepanjang 89,70 km pada tahun 2021, pada tahun 2022 sepanjang 93,12 km, dan pada tahun 2023 juga sepanjang 93,12 km.
Panjang jalan provinsi sepanjang 141,80 km pada tahun 2021. Panjang yang sama juga pada tahun 2022 dan 2023.
Panjang jalan kabupaten yakni 1.226,89 km pada tahun 2021, demikian pada tahun 2022 dan 2023 memiliki panjang yang sama.
Mantan bupati Manggarai Christian Rotok menyebut banyak jalan di Manggarai Barat yang sudah bagus dan mulus.
“Sehingga kalau mereka (Edi-Weng) diberi kesempatan lagi untuk memimpin (Manggarai Barat), pasti lebih maju lagi,” ucap Christ ketika dihubungi VoxNtt.com, Rabu (2/10/2024).
Ia menilai pembangunan jalan selama rezim Edi-Weng di Manggarai Barat sangat masif dan luar biasa. Apalagi kontruksi jalan hotmix yang Christ sebut menelan biaya yang cukup besar.
Misalnya, lanjut dia, jalan Bambor-Werang yang dibuat mulus oleh Edi-Weng. Ditunjang lagi oleh beberapa ruas provinsi.
Kemudian jalan mulus juga terdapat di wilayah Kecamatan Kuwus, Kuwus Barat, Kecamatan Macang Pacar, Sanonggoang, Komodo, dan Kecamatan Lembor.
Selanjutnya dalam Kota Labuan Bajo juga, ruas-ruas utamanya sudah dibangun jalan raya berhotmix.
“Itu sudah terbangun semua hotmix-nya, walaupun belum tuntas. Kan, mereka (Edi-Weng) juga baru sekian tahun,” pungkas Christ.
“Jadi sudah terkoneksi dengan, yang saya bilang, antarmoda transportasi. Jadi ke Bandara, kemudian ke pelabuhan lautnya, itu sudah bagus. Semua jalan itu sudah mulus. Jadi, itu yang saya lihat,” sambung dia.
Berkomitmen Tuntaskan Ruas Jalan Antarkecamatan
Sebelumnya, pada 2 Februari 2022 lalu, sebagaimana dilansir Victory News, Edi Endi berkomitmen menuntaskan seluruh pengerjaan ruas jalan berhubung antarkecamatan di wilayah itu guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Kala itu, ia mengatakan, ruas jalan penghubung antarkecamatan di wilayah Mabar dikerjakan dengan mengunakan dana pinjaman PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI tahun 2022.
Dana pinjaman PT SMI digunakan untuk percepatan pembangunan infrastruktur yang ada di wilayah Kabupaten Mabar.
Menurut dia, dengan tuntasnya pembangunan ruas jalan antarkecamatan akan berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat, seperti pertukaran komoditas barang semakin aktif dan lancar.
Edi mengaku, kondisi ruas jalan penghubung antardesa dan kecamatan di wilayah Mabar sangat memprihatinkan. Sehingga membutuhkan perhatian yang serius untuk menuntaskan pengerjaan jalan penghubung antarkecamatan.
Urat Nadi Perekonomian
Menurut Christ Rotok yang adalah politisi NasDem, infrastruktur jalan merupakan urat nadi perekonomian.
Bila kondisi jalan buruk, kata dia, maka pasti roda ekonomi tidak bisa berputar.
“Kalau roda ekonomi tidak berputar, lesulah ekonomi. Itu dia punya kerangka berpikirnya, toh?” tukas Christ.
Ia menjelaskan, dalam skala nasional presiden-presiden sebelumnya konsen membangun infrastruktur, darat, laut, udara. Tentu tujuannya untuk melancarkan roda perekonomian masyarakat.
“Tapi kita lihat zaman Pak Jokowi ini kan lebih masif pembangunan infrastrukturnya,” pungkasnya.
“Dan bukan cuma infrastruktur jalan. Semua infrastruktur ekonomi lainnya, antara lain bendungan, pelabuhan, udara, laut, itu semua terbangun.”
Hal yang sama juga terjadi di Kabupaten Manggarai Barat. Menurut Christ, arus transportasi dari dan ke ibu kota kabupaten sebagai pusat pemerintahan tidak boleh terhambat.
Kemudian ke sentra-sentra ekonomi dan pusat-pusat pemukiman penduduk, serta pusat-pusat pariwisata.
“Itu menjadi penting sekali untuk diperhatikan infrastruktur jalannya,” ujar Christ.
Efektif dan Efisien
Ia menegaskan, di balik pembangunan jalan yang mulus tentu saja punya harapan agar pemanfaatan transportasi oleh masyarakat efektif dan efisien.
“Karena volume pemanfaatan jalan pada ruas-ruas yang saya sebutkan itu sangat tinggi,” kata Christ.
Misalnya, sebut dia, bila jalan ke sentra-sentra ekonomi buruk, maka tentu saja harga produk petani tidak bisa lagi bersaing karena biaya pengangkutannya terlalu tinggi.
Kemudian, perjalanan masyarakat dari kampung ke kota atau dari desa ke kota memakan waktu yang cukup lama. Petani pasti lebih lama di jalan dibandingkan berada di kebun mereka untuk bekerja.
“Di jalan itu pun tidak ada produktivitas. Tapi kalau mereka lebih lama di kebun, maka produktivitas akan berlipat ganda,” jelas mantan bupati Manggarai dua periode itu.
Sebaliknya, bila jalan dari desa ke kota lancar, maka masyarakat desa tidak perlu lagi ke kota hanya sekadar membelanjakan barang-barang kebutuhan rumah tangganya.
Sebab pedagang dari kota dengan mudah membawa barang-barang kebutuhan masyarakat desa dengan kendaraan mereka.
“Jadi masyarakat itu sudah tidak usah ke kota lagi, buang waktu, buang biaya. Mereka bisa belanjakan di desa saja. Jadi ada semacam ada timbal baliknya,” tandas Christ.
“Masyarakat kota bisa memanfaatkan juga itu jalan yang bagus untuk melancarkan transportasi barang dan jasa dari desa ke kota, dari kota ke desa, demikian juga sebaliknya.”
Demikian pula masyarakat desa kalau mau memasarkan hasilnya, maka tidak perlu lagi harus ke kota.
“Bagus itu petani-petani atau pedagang-pedagang hasil bumi, mereka langsung datang ke kebun masyarakat. Sehingga sangat efisien dan sangat efektif. Jadi tidak hanya efisien, tapi juga efektif. Begitu,” ujar dia. [VoN]