Kupang, Vox NTT – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) terpilih untuk periode 2025-2030, Emanuel Melkiades Laka Lena, menegaskan pentingnya upaya cepat dalam mendatangkan dana investasi dari Jakarta agar dapat mendukung pembangunan daerah.
Melki mengingatkan, jika kepala daerah tidak bergerak cepat, maka dana tersebut akan beralih ke daerah lain.
“Di Jakarta, sumber dana sangat banyak. Jika kita tidak bergerak cepat, maka uang itu akan berpindah ke tempat lain,” ujar Melki saat menjadi pembicara dalam Diskusi bertajuk Transformasi Ekonomi Nusa Tenggara Timur (NTT) Menjadi Lebih Mandiri, Maju, dan Berkelanjutan, yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI) dan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) NTT, di Aula El Tari Kantor Gubernur NTT, Senin, 11 Februari 2025.
Dalam kesempatan tersebut, Melki mengungkapkan harapannya agar investasi skala besar dari pemerintah pusat dapat segera masuk ke NTT.
Ia menekankan, dana investasi tersebut bersifat kompetitif, sehingga daerah perlu bergerak cepat dalam mengajukan usulan-usulan yang diperlukan.
“Uang di Jakarta tidak mengenal KTP NTT. Jika kita lambat, dana itu akan pindah ke daerah lain,” tegasnya.
Melki juga menyampaikan pentingnya meningkatkan belanja publik sebagai strategi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, mengingat kondisi ekonomi global yang tengah mengalami turbulensi.
Ia berharap agar penggunaan anggaran pemerintah dapat difokuskan untuk program-program yang benar-benar berdampak pada masyarakat.
Terkait dengan kebijakan pemotongan anggaran yang dilakukan pemerintah pusat, Melki berharap dana yang dialokasikan dapat digunakan secara efektif untuk kepentingan masyarakat, terutama dalam mengatasi kesenjangan ekonomi.
“Jika kita salah belanja, maka ekonomi akan sulit bergerak. Sebaliknya, jika belanja dilakukan dengan baik, maka perekonomian akan terdorong ke arah yang lebih baik,” ujar Melki menambahkan.
Lebih lanjut, Melki mengungkapkan bahwa di NTT, sekitar 80 persen perputaran ekonomi masih bergantung pada belanja pemerintah, sementara hanya 20 persen berasal dari sektor swasta.
Kondisi ini berbeda dengan tingkat nasional, di mana sektor swasta lebih mendominasi perekonomian.
Oleh karena itu, pengelolaan anggaran pemerintah menjadi faktor penentu dalam perkembangan ekonomi daerah.
“Sektor swasta di NTT masih minim. Oleh karena itu, kita perlu terus mendorong dan memperbesar belanja publik agar perekonomian daerah tumbuh lebih baik,” ujar Melki.
Melki juga menekankan pentingnya hilirisasi produk lokal untuk menambah nilai ekonomi di daerah.
Ia berjanji bahan mentah dari NTT tidak akan dijual mentah ke luar daerah, tetapi akan diolah terlebih dahulu di dalam daerah untuk meningkatkan daya saing ekonomi.
“Kami akan fokus pada pengembangan sektor pertanian, peternakan, perkebunan, dan pariwisata dengan hilirisasi sebagai fokus utama. Ini sejalan dengan visi pemerintah pusat,” jelasnya.
Melki juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap minimnya investasi besar di NTT, dengan PT Semen Kupang sebagai satu-satunya industri besar yang masih bertahan meskipun kondisinya tidak optimal.
Oleh karena itu, ia menekankan perlunya menarik lebih banyak investasi, baik skala kecil maupun besar, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
“Saya tawarkan, setelah dilantik nanti kita akan bahas lebih lanjut bagaimana strategi terbaik untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi NTT,” kata Melki.
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTT, Agus Sistyo Widjaksono, menyampaikan bahwa kegiatan tersebut diadakan dengan tujuan untuk mendorong semangat bersama dalam membangun NTT yang lebih sejahtera.
Menurutnya, meskipun dalam keterbatasan, ekonomi NTT tetap tumbuh sebesar 3,73 persen pada tahun 2024, yang menunjukkan daya beli masyarakat yang cukup baik.
“Kami terus berupaya menjaga keseimbangan dan mendukung upaya pemerintah daerah dalam mewujudkan cita-cita pembangunan NTT. Ekonomi NTT diperkirakan akan tetap tumbuh hingga 2026. Semua ini akan tercapai melalui sinergi dan kolaborasi berbagai pihak,” ungkap Agus.
Agus juga menekankan pentingnya peningkatan produktivitas pertanian di NTT, mengingat separuh penduduk di daerah tersebut adalah petani, meskipun sebagian besar dari mereka masih hidup dalam kondisi miskin.
“Separuh dari penduduk di NTT adalah petani, tetapi separuh dari penduduk miskin di NTT juga berasal dari sektor pertanian,” katanya.
Melalui sinergi yang baik antara pemerintah, BI, dan KADIN, Agus berharap ekonomi NTT dapat tumbuh lebih baik dan lebih mandiri di masa depan.
Penulis: Ronis Natom