Labuan Bajo, Vox NTT- Niva Nisman atau lebih akrab disapa Niva menjadi sosok yang dikenal karena kecintaannya yang mendalam pada dunia fashion.
Ia tinggal di lingkungan Langgo Kopi, sebuah kawasan di Kelurahan Carep, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai, NTT.
Pemilik nama lengkap Genoveva Nisman ini, bukan hanya seorang penggemar, tetapi juga seorang kreator yang menyalurkan ekspresi jiwanya melalui desain-desain yang penuh makna.
Bagi Niva, fashion lebih dari sekadar sebuah karya. Dunia desain fashion menjadi ruang bagi dirinya untuk menuangkan ide-ide yang selama ini terpendam dalam hati.
Setiap desain yang diciptakannya adalah wujud dari perasaan dan cerita hidup yang ingin ia bagikan, menciptakan narasi yang menyentuh dan membangun koneksi emosional dengan setiap orang yang melihatnya.
Bagi Niva, fashion bukan hanya soal penampilan, melainkan tentang menggali, merayakan, dan mengungkapkan keindahan dalam setiap detailnya.
Ia menyukai dunia desain karena fashion memberikan saya kebebasan untuk mengekspresikan diri dan ide-ide kreatif.
“Desain fashion bukan hanya tentang menciptakan pakaian, tetapi juga tentang menciptakan perasaan dan cerita melalui setiap detailnya, seperti warna, tekstur, dan bentuk,” kisah Niva kepada VoxNtt.com, Sabtu, 8 Maret 2025.
Niva mengungkapkan, dunia fashion adalah sebuah dunia yang senantiasa dinamis, mengalir mengikuti perubahan budaya dan tren yang terus berkembang.
Inilah yang menjadi tantangan baginya, mendorongnya untuk terus berinovasi dan menciptakan sesuatu yang baru, seiring dengan perubahan yang tak pernah berhenti.
“Apa yang saya ciptakan bisa memengaruhi bagaimana seseorang merasa dan berinteraksi dengan dunia luar, dan itu adalah hal yang sangat memotivasi saya,” kata dia.
Niva bercerita, sebagai salah satu anak muda Manggarai, ia selalu mengangkat tema kain songket Manggarai dalam setiap desain pakaiannya. Namun seiring waktu, pandangannya berkembang.
Ia ingin bukan hanya songket atau budaya Manggarai yang dikenal dunia, tetapi seluruh kekayaan budaya yang ada di NTT, dengan segala keindahan dan kearifan lokalnya, turut mendapatkan perhatian yang layak.
“Sebenarnya tema yang saya angkat itu tidak selalu songket, lebih tepatnya budaya NTT. Saya mau membawa budaya NTT dan mengenalkan lebih banyak tentang NTT melalui kain-kain sampe ke seluruh Indonesia bahkan internasional,” ujar Niva.
Niva mengatakan, dalam dunia desain fashion, selalu ada tantangan yang harus dihadapi.
Salah satu kendala utama yang sering ia temui adalah keterbatasan waktu, terutama ketika harus mengikuti kompetisi atau menyelesaikan desain dalam waktu yang terbatas.
Selain itu, tantangan lain datang dari keterbatasan bahan dan anggaran yang sering kali mempengaruhi proses kreatifnya, memaksanya untuk berinovasi dalam mencari solusi terbaik.
“Ada juga tantangan kreatif, seperti mencari ide baru yang segar atau mengatasi kebuntuan dalam menciptakan konsep yang benar-benar original,” lanjutnya.
Meskipun dihadapkan dengan berbagai tantangan, Niva, yang lahir di Manggarai pada 29 September 1998, selalu memandangnya sebagai bagian tak terpisahkan dari proses menuju kesuksesan.
Bagi Niva, setiap hambatan adalah sumber motivasi yang mendorongnya untuk terus berkembang, berinovasi, dan menciptakan karya-karya yang lebih baik lagi.
Di balik hasil karya yang menguras pikiran dan tenaga, desain fashion Niva juga pernah mendapat penilaian negatif, mulai dari dinilai jelek atau kurang bagus sampai dinilai tidak sesuai harapan.
“(Kritik) Itu sudah pasti dalam proses desain. Saya pernah menerima kritik atau feedback yang mengatakan bahwa desain saya kurang bagus atau tidak sesuai dengan harapan.”
“Tapi menurut saya itu hal yang wajar dalam industri kreatif, karena setiap orang memiliki pandangan dan selera yang berbeda,” katanya
Kendati demikian, kritikan yang diberikan padanya dilihat sebagai kesempatan dan masukan untuk terus berkembang dalam memperbaiki karya.
Niva selalu menyambut setiap masukan dengan hati terbuka, menjadikannya sebagai bagian penting dari perjalanan pembelajaran yang terus mengasah dan memperkaya kemampuannya.
Ia mengatakan, buah dari perjuangannya yang tidak pernah menyerah serta dari kritik dan saran yang ia terima, kini hasil karyanya telah mengikuti beberapa ajang kompetisi desain fashion.
Pada tahun 2024, Niva mengikuti ajang kompetisi Flobamorata Fashion in Town di Jakarta, dengan mengangkat tema tenun Sumba Timur.
Kemudian, pada 23 Februari 2025, ia berhasil masuk tiga besar dalam kompetisi Tangerang Fashion Festival dengan tema budaya Manggarai.

“Saya baru dua kali mengikuti ajang kompetisi seperti ini.”
“Tahun ini, saya membawa budaya Manggarai, tanah kelahiran saya, yang tetap sesuai dengan niat awal saya. Alhamdulillah, saya berhasil masuk tiga besar,” ujarnya.
Niva menyatakan, pencapaiannya masuk tiga besar dalam kompetisi tersebut menjadi langkah awal untuk membawa Manggarai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu go international.
Dengan tekad bulat, ia berjanji untuk terus mengangkat nama Manggarai, mempopulerkannya di kancah dunia, dan membawa budaya serta karyanya ke panggung internasional.
“Karena kebetulan para winner akan mendapatkan kesempatan untuk tampil di event bergengsi seperti Thailand Fashion Week,” katanya.
Dengan pencapaian yang telah diraihnya, Niva berharap agar Pemerintah Kabupaten Manggarai dapat memberikan dukungan penuh, serta perhatian serius terhadap anak muda yang berupaya membawa nama Manggarai ke kancah internasional.
Ia mengajak Pemda untuk lebih memperhatikan potensi anak bangsa, dengan harapan bahwa perhatian tersebut akan melahirkan karya-karya yang tak hanya mengharumkan nama daerah, tetapi juga negara.
Penulis: Sello Jome