Mbay, Vox NTT — Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriyah, ratusan warga Kecamatan Nangaroro memadati podium Pasar Nangaroro pada Kamis, 20 Maret 2025, untuk mendapatkan sembako murah dalam kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digelar oleh Dinas Pangan Daerah Kabupaten Nagekeo.
Kerumunan warga yang antusias ini terlihat berebut berbagai kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, gula pasir, dan bahan pokok lainnya dengan harga yang jauh lebih terjangkau dibandingkan harga pasar.
Warga cukup membawa KTP Nagekeo untuk bisa membeli sembako dengan harga yang sudah disubsidi oleh pemerintah.
Sekretaris Dinas Pangan Daerah Kabupaten Nagekeo, Ignasius Sengsara menjelaskan, kegiatan pasar murah ini bertujuan untuk membantu masyarakat dalam memperoleh kebutuhan pokok dengan harga yang lebih terjangkau.
“Gerakan pangan murah ini tidak hanya membantu masyarakat kurang mampu, tetapi juga menahan lonjakan harga bahan pokok akibat kelangkaan atau spekulasi pasar, terutama menjelang Idul Fitri,” ungkap Ignasius.
Dalam kegiatan ini, Perum Bulog berperan sebagai distributor utama yang memastikan ketersediaan stok kebutuhan pokok dengan harga yang lebih rendah daripada harga di pasaran.
Namun, di balik tingginya antusiasme warga, kegiatan ini memunculkan keluhan dari pedagang beras lokal.
Salah satunya adalah Polce Koda (29), pedagang asal Wolokune, Desa Natatoto, yang mengungkapkan kekecewaannya.

Polce mengaku dagangannya sepi pembeli, meski berusaha menjual beras jenis Impari GT seharga Rp 14 ribu per kilogram.
Sementara itu, di gerai GPM, beras kualitas medium dijual dengan harga hanya Rp 11,5 ribu per kilogram.
“Sejak pagi, beras saya hanya laku terjual 10 kilogram saja. Meskipun harga saya cuma beda Rp 2.500, tapi warga lebih memilih membeli di gerai pasar murah,” ujar Polce dengan nada kecewa.
Beberapa pedagang lain juga menyatakan kekecewaannya. Salah satunya, seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya, sempat melontarkan kekesalan terhadap kebijakan pasar murah.
“Pemerintah harus mengerti kami pedagang kecil ini. Gerakan pasar murah ini bikin masyarakat tidak beli beras kami,” keluh pedagang tersebut.
Meskipun demikian, kegiatan Gerakan Pangan Murah ini tetap mendapat dukungan luas dari masyarakat, terutama bagi mereka yang membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan pokok menjelang perayaan Idul Fitri.
Penulis: Patrianus Meo Djawa