Kupang, Vox NTT – Lembaga Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian (Padma) Indonesia menyerukan penghentian kekerasan terhadap guru perempuan asal Nusa Tenggara Timur yang bertugas di Papua.
Sebelumnya, anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) menyerang beberapa guru dan tenaga kesehatan asal NTT di Kampung Anggruk, Distrik Anggruk, Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan pada Jumat, 21 Maret 2025 lalu.
Akibat dari serangan segerombolan anggota OPM tersebut menyebabkan satu orang guru perempuan meninggal. Dia adalah Rosalia Rerek Sogen, 29 tahun, asal Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
“Kematian tragis Ina Rosalia Rerek Sogen asal Flores Timur, Nusa Tenggara Timur merupakan tindakan kekerasan keji di bumi Cendrawasih dan wajib dikutuk keras karena dilakukan terhadap perempuan,” ujar Ketua Dewan Pembina Padma Indonesia, Gabriel Goa, dalam keterangannya, Senin, 24 Maret 2025.
Di balik peristiwa nahas itu, menurut Gabriel, tidak saja menewaskan Ina tetapi melecehkan harkat dan martabat perempuan.
Sebab itu, ia mendesak Dewan HAM PBB untuk melakukan pemantau sekaligus menindak tegas pelaku kejahatan dan kekerasan terhadap perempuan dan masyarakat sipil di Papua.
“Saya mengingatkan keras kepada OPM dan TNI/Polri untuk tidak melakukan kekerasan terhadap perempuan dan anak serta masyarakat sipil, karena itu bukti kuat pelanggaran HAM berat,” ujar Gabriel.
Selain itu, Gabriel mendesak Bupati Kabupaten Yahukimo untuk mengantar jenazah Ina, pahlawan kemanusiaan kembali ke Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
“Ina bale nagi iko Samana Santa di Kota Reinha Larantuka. RIP Ina bahagia abadi di rumah Tuan Deo dan Tuan Ma,” kata Gabriel.
Serangan pasukan OPM juga mengakibatkan tiga orang luka berat yakni Fidelis de Lena, 32 tahun, dan Kosmas Paga, 29 tahu, keduanya berpofesi sebagai guru, dan Irmawati Nenobahan, 26 tahun, yang berprofesi sebagai tenaga kesehaan.
Sedangkan tiga guru lainnya menderita luka ringan yakni Vantiana Kambu, 32 tahun, Dionisa Taroci More, 27 tahun, dan Penus Lepi, 33 tahun. [VoN]