Oleh: Rellys Sarong
Palang Merah Indonesia (PMI) memiliki peran krusial dalam penyediaan stok darah bagi
masyarakat Manggarai Timur. Namun, belakangan ini muncul polemik terkait dana hibah yang dialokasikan untuk PMI Manggarai Timur, terutama dalam kaitannya dengan ketersediaan darah yang semakin menipis di beberapa daerah.
Polemik ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana sistem pengelolaan dana hibah berpengaruh terhadap operasional PMI dan bagaimana solusi terbaik untuk memastikan ketersediaan stok darah tetap terjaga.
Dana Hibah dan Peranannya bagi PMI
Dana hibah merupakan salah satu sumber pendanaan utama bagi PMI dalam menjalankan tugas kemanusiaan, termasuk pengadaan fasilitas donor darah, distribusi darah ke rumah sakit, serta operasional unit transfusi darah (UTD).
Dana ini biasanya berasal dari pemerintah daerah maupun pusat, serta donasi masyarakat dan lembaga swasta.
Namun, dalam beberapa 𝙼𝚒𝚗𝚐𝚐𝚞 terakhir, muncul berbagai permasalahan terkait dana hibah untuk PMI Manggarai Timur.
Untuk diketahui, di Beberapa daerah mengalami keterlambatan pencairan dana hibah, sehingga berdampak pada keterbatasan fasilitas dan pelayanan donor darah.
Kondisi ini memperburuk situasi ketika stok darah mengalami kekosongan, terutama dalam situasi darurat seperti bencana atau peningkatan kebutuhan medis yang tinggi.
Dampak Kekosongan Stok Darah
Ketika stok darah menipis atau bahkan kosong, dampaknya bisa sangat serius, terutama bagi pasien yang membutuhkan transfusi darah segera, seperti:
Pasien dengan Penyakit Kronis – Pasien thalassemia, leukemia, atau anemia berat sangat bergantung pada transfusi darah secara rutin.
Korban Kecelakaan dan Operasi – Kecelakaan lalu lintas atau operasi besar memerlukan suplai darah yang cukup.
Ibu Melahirkan – Kasus perdarahan pascapersalinan bisa berakibat fatal jika stok darah tidak tersedia.
Kekosongan stok darah ini sering kali terjadi akibat menurunnya jumlah pendonor, kurangnya fasilitas pendukung di Unit Transfusi Darah (UTD), serta keterbatasan anggaran operasional PMI untuk mengadakan kegiatan donor darah secara rutin.
Polemik Dana Hibah: Kendala dan Tantangan
Polemik terkait dana hibah untuk PMI tidak hanya soal keterlambatan pencairan, atau jumlah dihibahkan tetapi juga soal transparansi pengelolaan anggaran.
Beberapa daerah mengalami kendala dalam mengalokasikan anggaran untuk PMI karena regulasi yang ketat atau perubahan kebijakan pemerintah daerah.
Akibatnya, operasional PMI menjadi terhambat, yang berimbas pada menipisnya stok darah.
Beberapa tantangan utama dalam pengelolaan dana hibah PMI meliputi:
Ketergantungan pada Hibah Pemerintah – Banyak PMI daerah masih bergantung pada dana hibah dari APBD, sehingga jika terjadi keterlambatan, operasional mereka ikut terganggu.
Kurangnya Transparansi dan Akuntabilitas – Meskipun PMI adalah lembaga kemanusiaan, pengelolaan dana hibah tetap harus transparan agar masyarakat dan pemerintah percaya bahwa dana tersebut digunakan secara efektif.
Minimnya Kesadaran Masyarakat untuk Donor Darah – Selain masalah dana, rendahnya partisipasi masyarakat dalam donor darah juga menjadi faktor utama menipisnya stok darah di berbagai daerah.
Solusi dan Langkah yang Harus Dilakukan
Untuk mengatasi masalah ini, berbagai pihak harus berperan aktif dalam mencari solusi yang tepat, baik dari sisi kebijakan maupun kesadaran masyarakat. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
Percepatan Pencairan Dana Hibah
Pemerintah daerah dan pusat perlu mempercepat pencairan dana hibah bagi PMI agar operasional pengelolaan darah tidak terganggu.
Mekanisme pencairan dana perlu lebih transparan dan akuntabel agar tidak ada hambatan birokrasi yang memperlambat bantuan kepada PMI.
Diversifikasi Sumber Pendanaan
PMI tidak bisa hanya mengandalkan hibah pemerintah. Perlu adanya kerja sama dengan sektor swasta, badan usaha, serta kampanye donasi masyarakat untuk menambah pendanaan.
Layanan donasi berbasis digital bisa menjadi alternatif untuk mengajak masyarakat berkontribusi secara langsung.
Meningkatkan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat
PMI harus lebih aktif dalam mengkampanyekan donor darah melalui media sosial, sekolah, universitas, serta tempat kerja.
Mengadakan program donor darah berkala di tempat-tempat publik dengan insentif bagi pendonor, seperti pemeriksaan kesehatan gratis atau sertifikat penghargaan.
Peningkatan Infrastruktur dan Teknologi
Penggunaan teknologi dalam sistem pendataan donor darah dan distribusi darah harus lebih ditingkatkan untuk memudahkan pemantauan stok darah secara real-time.
PMI bisa bekerja sama dengan rumah sakit dan pemerintah dalam membangun lebih banyak UTD yang terintegrasi dengan sistem kesehatan nasional.
Polemik dana hibah PMI yang berdampak pada stok darah yang kosong merupakan isu yang kompleks dan harus segera diatasi.
Keterlambatan pencairan dana hibah, ketergantungan pada pendanaan pemerintah, serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk berdonor menjadi faktor utama yang harus diperbaiki.
Dibutuhkan kerja sama antara pemerintah, PMI, sektor swasta, dan masyarakat agar sistem penyediaan darah dapat berjalan optimal. Dengan solusi yang tepat, stok darah bisa terjaga, dan lebih banyak nyawa bisa diselamatkan.
Jika kita semua berkontribusi, baik melalui kebijakan yang lebih baik maupun kesadaran untuk berdonor, maka polemik ini bisa diselesaikan, dan kebutuhan darah bagi masyarakat akan selalu terpenuhi.