Labuan Bajo, Vox NTT – Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, yang kini menjadi destinasi pariwisata super prioritas, terus menarik perhatian dunia.
Meningkatnya kunjungan wisatawan baik domestik maupun internasional turut membawa pengaruh terhadap budaya setempat, baik positif maupun negatif.
Salah satu perhatian yang muncul adalah tingginya angka pernikahan dini di wilayah tersebut. Hal ini menjadi sorotan serius dari anggota DPRD Kabupaten Manggarai Barat, Yovita Dewi Suriany, dalam pertemuannya dengan Kapolres Manggarai Barat AKBP Christian Kadang di ruang rapat DPRD pada Senin, 3 Februari 2025.
Dewi menekankan pentingnya peran kepolisian dalam menjaga keselamatan anak-anak, khususnya perempuan di bawah umur yang masih duduk di bangku sekolah.
Menurutnya, Indonesia memiliki cita-cita besar untuk mencapai Generasi Emas 2045, namun hal itu hanya bisa terwujud dengan mempersiapkan generasi muda yang sehat dan terhindar dari pernikahan dini.
“Perempuan adalah pabrik bagi generasi emas. Oleh karena itu, kita harus memastikan anak-anak kita, terutama perempuan, tidak terjebak dalam pernikahan dini,” ujar Dewi.
Dewi juga merujuk pada data yang menunjukkan bahwa angka pernikahan dini di Manggarai Barat pada 2023 masih tinggi, mencapai 17,99 persen atau sekitar 6.534 kasus.
Ia mengingatkan, pernikahan dini bukan hanya menghambat pendidikan dan perkembangan anak, tetapi juga membahayakan kesehatan serta masa depan mereka.
“Jika fenomena ini terus dibiarkan, maka kita akan kesulitan mencapai cita-cita generasi emas yang kita harapkan,” tegas Dewi, yang juga menjabat Ketua Bappilu DPD Partai NasDem Manggarai Barat.
Untuk mengatasi masalah ini, Dewi mengusulkan beberapa langkah konkret, termasuk peningkatan pengawasan terhadap anak-anak sekolah yang tinggal di rumah kos.
Banyak siswa dari daerah pelosok yang datang ke Labuan Bajo untuk bersekolah dan tinggal di kos-kosan tanpa pengawasan yang memadai, yang berisiko menyebabkan kehamilan di luar nikah pada remaja.
Dewi menyarankan agar pemerintah daerah dan kepolisian bekerja sama untuk membangun sistem pemantauan anak kos, serta bekerja sama dengan pemilik kos untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman.
Selain itu, Dewi juga menekankan pentingnya pendidikan seks dan kesadaran dini di sekolah-sekolah tentang kesehatan reproduksi dan bahaya pernikahan dini.
Ia juga mengusulkan penguatan regulasi dan kebijakan untuk mencegah pernikahan dini, serta meningkatkan perlindungan terhadap anak perempuan.
“Penegakan hukum terhadap pelaku yang memanfaatkan kondisi anak di bawah umur harus diperketat,” tegasnya.
Dewi menegaskan, pencapaian Generasi Emas 2045 bukan hanya sebuah slogan, melainkan tanggung jawab bersama.
“Perlindungan terhadap anak-anak, terutama perempuan, harus menjadi prioritas utama,” tutupnya.
Pernikahan dini, kata Dewi, harus dicegah tidak hanya untuk melindungi pendidikan dan masa depan anak-anak, tetapi juga demi kemajuan bangsa.
“Bangsa yang maju adalah bangsa yang melindungi dan memberdayakan generasi mudanya,” tambahnya.
Penulis: Sello Jome