Lembata, Vox NTT- “Rata-rata Sekolah Dasar Katolik saat ini sedang terancam bubar. Kehadirannya ternyata tidak diakui oleh Pemerintah”.
Demikian terungkap dari lokakarya Satu Abad SDK St. Yusuf Waipukang, Lembata Sabtu (26/08/2017) di pelataran sekolah tersebut.
Ada tiga topic besar yang dibedah dalam diskusi mendalam yaitu Suprastruktur, struktur dan Infrastruktur.
Secara suprastruktur ternyata Sekolah Katolik tertua di Ile Ape Lembata ini belum mendapat perhatian yang serius dari semua komponen. Buktinya Kepala Sekolah SDK St. Yusuf Waipukang, Stefanus Terong Hayon dan beberapa guru lainnya secara administrasi bukan merupakan guru di sekolah tersebut melainkan status mereka adalah guru titipan di sekolah dasar lainnya.
“Saya dan beberapa teman guru di sini merasa sangat bingung, soalnya dalam laporan ke dinas pendidikan Kabupaten Lembata untuk urusan kepangkatan dan lain-lain, status kami adalah titipan pada sekolah dasar Negeri dan Inpres di tempat lain. Sedangkan dalam urusan laporan ke pusat saya tetap tanda tangan surat sebagai kepala sekolah SDK Waipukang”. tutur Hayon berkaca-kaca.
Hal ini juga diakui oleh Servas Ladoangin Anggota DPRD Kabupaten Lembata.
“Tanpa kita sadarai sebenarnya sejak tahun 80 – an pemerintah hanya mengakui adanya SDI dan SDN tetapi mengesampingkan SDK yang sebenarnya adalah jiwa dari pendidikan itu sendiri. Kebijakan secara nasional mengakui adanya SDK tetapi daerah tidak mengakuinya sehingga banyak guru yang dititipkan di sekolah lainnya. Ini suatu realitas yang harus segera diatasi. Kita perlu menegaskan identitas yayasan dan status sekolah ini. Kami akan berjuang untuk hal ini,” jelas Servas yang juga merupakan alumni dari SDK St. Yusuf Waipukang.
Romo Yansen Raring Fasilitator Lokakarya 1 Abad SDK Waipukang menegaskan perlu adanya suatu kolaborasi untuk mengatasi persoalan ini.
”Kita perlu berkolaborasi sebab kita semua adalah bagian dari struktur yang ada. Untuk membangun SDK maka hal yang perlu adalah bagaimana membangun spiritualitas kekatolikan dengan tidak melupakan St. Yusuf. Perlu ada inventaris semua aset milik SDK. Terakhir perlu adanya kemandirian financial. Oleh sebab itu semua komponen wajib terlibat dalam membangun SDK ini dan komponen terpenting tersebut antara lain; orang tua/komite, Alumni, masyarakat/desa/dana desa, dan pihak sekolah itu sendiri. harapan kita SD katolik ini tetap eksis dan bisa memberi warna dalam dunia ini”. Tutur Raring.
Pastor Paroki Waipukang Ile Ape Lembata, Romo Arnoldus Guna Koten/Noldi dalam sambutannya menghimbau semua pihak untuk beraksi.
“Perayaan satu abad bukan sekedar slogan. Bukan hanya untuk kita berhura-hura, tetapi hendaknya moment ini kita refleksikan secara mendalam dan lokakarya 1 Abad merupakan inti dari refleksi tersebut. Kita sudah bermimpi banyak dan saatnya kita harus turun dari tempat tidur untuk beraksi. Akhirnya terima kasih tak terhingga kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam moment 1 abad ini” tutur Noldi.
Hadir dalam lokakarya ini Bapak Yakobus Kia pengurus Yayasan Pedidikan Umat Katolik Lembata (YAPENDUKLEM), para alumni dan juga tokoh Agama, tokoh masyarakat dan pemerintah kabupaten Lembata.
Kontributor: Vinsen Making
Editor: BJ