Sajak Pak Tani
Pada lahan garap-pada hari-hari
Pada usaha tak ada menyerah
Hidup sederhana-badai tetap menerpa
Tekun giatmu selalu
Ya selalu ke lahan garap
Datangmu dipangku amanah
Dari yang mendukung sampai yang mencercah
Perkaranya adalah lahan garapan
Hidupmu adalah tunduk pada kemurahan tanah
Terik jadi keringat-berharap penghujan segera tiba
Subur-suburlah tanamku
Anak-anakku butuh biaya
Jika terpaksa berhutang-pada tetanggalah harap utama
Meski bunga utang menjadi
Subur-suburlah tanamku
Anak-anakku butuh biaya
Pantun Percintaan
Gemuruh gaduh meminta
Gembira menuduh salah kaprah
Makna cinta dipaham curiga
Dari hati ke hati luka jadi tak laku
Sayap patah tak jauh terbang
Sesal salah marilah damai
Lautan kasih manis madu
Luas samudera kita mendayung
Jika salah tegurlah sayang
Belai rambut sampai putih
Genggam jemari sampai purna
Rindu dalam Arloji
Rinduku bersemayam dalam arloji
Detak perlahan bergeser lagi
Engkau tahu sayang ada irama di sana
Itu narasi cinta yang terus berderit
sabda jadi nazar
rindu bertemu memberi peluk
sandar pada bahu lalu pinta
lepas penat genggam janji
bersatu peluk jadi sayang
rindu dalam arloji kita buka
Djawar Abdoel Aziz Hamid, adalah Putera Adonara-Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Bosowa Makasar
Puisi dan Diksi Yang Masuk Akal
Oleh: Hengky Ola Sura-Redaksi Seni Budaya Voxntt.com
Membaca tiga puisi dari Abdoel Azizi Hamid pekan ini adalah membaca balada, epigram, romansa dan bisa juga elegi. Balada, epigram, romansa dan juga elegi adalah model puisi baru.
Meskipun masuk dalam kategori puisi baru toh tiga puisi dari Abdoel kali ini seperti juga ikut mendikte gaya pantun pada puisi lama.
Secara pribadi saya kira pembaca dihadapkan pada satu ketaktisan Abdoel yang berjuang untuk menciptakan deret diksi yang saling berpilin, memintal lalu jadi lepas bebas. Pada Sajak Pak Tani misalnya kita menemukan dengan cemerlang Abdoel bermain kata
Subur-suburlah tanamku
Anak-anakku butuh biaya
Jika terpaksa berhutang-pada tetanggalah harap utama
Meski bunga utang menjadi
Meskipun untuk Sajak Pak Tani ini beberapa deret kata ikutannya kurang berterima tetapi tetap menghadirkan satu pembacaan/pengucapan yang enak.
Pada baris satu dan dua pada penggalan puisi di atas ada kesatuan tapi tidak diikuti pada bait tiga dan empat dari penggalan itu.
Jika saja Abdoel punya sensasi rasa juga refleksi yang terus diasah bukan tidak mungkin puisi-puisi yang bakal tercipta lagi pasti lebih istimewah.
Pada puisi Pantun Percintaan lagi-lagi Abdoel mengahdirkan pesona yang khas. Puisi ini sebenarnya puisi cinta biasa tapi menjadi satu pesan universal yang penuh dengan ajakan bermakna.
Abdoel dalam puisi ini menghadirkan satu kesan yang tidak basi. Tema cinta adalah tema yang hampir semua orang dimana-mana juga pada setiap kesempatan dibicarakan. Tapi ketika hadir dalam puisinya Abdoel kali ini jadi satu pembacaan yang berkesan.
Lautan kasih manis madu
Luas samudera kita mendayung
Jika salah tegurlah sayang
Belai rambut sampai putih
Genggam jemari sampai purna
Begitu pun pada puisi Rindu dalam Arloji.Dari judul saja sudah nampak bahwa puisi ini menghadirkan satu keefektifan memilah kata.
Puisi pada galibnya juga adalah kepaduan menetapkan diksi dan memberi arti pada setiap pembacanya untuk ikut hanyut dalam pesan-pesan universal yang diutarakan.