Borong, Vox NTT-Semangat kerja sama (gotong royong) dalam kehidupan masyarakat kian tergerus oleh perkembangan zaman, terlebih di era modern ini.
Gotong royong yang menjadi kebisaan masyarakat Indonesia mulai surut di tengah kehidupan bersama.
Karena itu, Bupati Manggarai Timur, Yoseph Tote mengajak masyarakat agar terus melestarikan budaya gotong royong. Karena membangun, tidak bisa diilakukan satu dua unsur saja.
Namun dengan semangat gotong royong yaitu melibatkan semua pihak, baik itu pemerintah, DPRD, masyarakat, dan lembaga sosial kemasyarakatan.
Menurut Bupati Tote, semangat gotong royong mulai menurun dalam pembangunan di desa. Akibatnya, ketergantungan masyarakat pada pemerintah begitu tinggi.
Padahal suksesnya pembangunan daerah bisa dicapai manakala berjalan dan bekerja bersamai-sama.
“Mari kita lestarikan budaya gotong royong demi kemajuan dan kesejahteran masyarakat Manggarai Timur,” ajak Bupati Tote saat menyampaikan sambutan dalam acara Puncak Kegiatan Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BB-GRM), Hari Kesatuan Gerakan PKK (HGK) ke-46 dan Hari keluarga Nasional (Harganas) ke-25 tingkat Kabupaten Matim di desa Mbenga, Kecamatan Kota Komba, Kamis (31/05/2018).
Bupati yang berpasangan dengan Agas Andreas itu menegaskan, budaya gotong royong haruslah dimulai dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sebab itu, dia mengajak masyarakat Matim agar tidak mengikuti budaya konsumtif dan perlu bersatu padu membangun daerah.
“Jangan suka yang konsumtif dalam hidup. Mari kita berjuang, usaha, dan kerja untuk kesejahteraan bersama. Jangan terlalu menghayal. Kita lebih real. Mana yang belum, mari kita teria benahi. Bercerai kita runtuh, bersatu kita pasti kokoh dan sukses membangun dan mensejahterakan masyarakat Matim. Tidak perlu ada yang disalahkan. Tetapi mari kita terus bekerja sama, baik masyarakat maupun pemerintah untuk membangun daerah ini,” pungkas Bupati Matim dua periode tersebut.
Dalam sambutannya pula Bupati Tote menceritakan, zaman dahulu sebelum ada bantuan, dan juga pembangunan menggunakan proyek, seluruh lapisan masyarakat bahu membahu memperbaiki dan membersihkan ingkungan sekitar seperti fasilitas publik tanpa harus menunggu pemerintah.
Daerah terisolir dibuka di mana-mana dengan mengandalkan semangat gotong royong. Orang di zaman dahulu bersatu dalam kebersamaan.
Tetapi saat ini lanjut Bupati Tote, untuk membersihkan jalan atau tempat umum lainnya harus menunggu pemerintah.
Padahal, setiap hari melintasi jalan, tetapi tidak ada rasa memiliki terhadap fasilitas tersebut.
Karenanya, salah satu yang harus dibuat saat ini adalah dengan melestarikan budaya gotong royong.
Sebab, budaya gotong royong merupakan warisan leluhur yang tentu saja bisa menjadi pemersatu bangsa.
Gotong royong adalah praktik riil Pancasila. Dia hadir di tengah orang Indonesia dan hendaknya bisa diterapkan dalam kebersamaan hidup bernegara.
Baca Juga: Tradisi ‘Leles’ Masih Kental Bagi Masyarakat Heso Poco Ranaka
Bupati Tote menjelaskan, Indonesia sebagai sebuah bangsa lahir dari kerja sama yaitu gotong royong yang mengandung prinsip hidup saling tolong menolong, bekerja bersama, tidak lagi yang menyalahkan orang lain, tidak sekedar omong, tetapi terus bekerja.
Gotong Royong tidak bisa hanya lewat kata-kata, tetapi harus dipraktikan dalam tindakan. Apalagi dalam konteks lokal, orang Manggarai tipe pekerja keras.
Ketua panitia kegiatan, Toby Suman dalam sambutan mengatakan, beberapa kegiatan sebelum puncak yakni penyuluhan KB, perekaman E-KTP, pemutaran film dan bakti Gorong Royong di Desa Mbengan.
Sementara bulan bakti Gotong Royong tahun depan dilaksanakan di Kecamatan Sambi Rampas.
Penulis: Nansianus Taris
Editor: Adrianus Aba