Kefamenanu,Vox NTT-Perjalanan hidup setiap orang memang berbeda, banyak kejutan dalam hidup kadang di luar dugaan. Tetapi kesuksesan, selalu berawal dari tekat kuat dan kerja keras.
Seperti yang dialami Tibo Mona Besa, pemuda asal Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yang saat ini menjadi idola baru di atas ring tinju.
Penggemarnya kini tersebar di mana-mana, baik di dalam maupun di luar negeri.
Lahir dalam keluarga sederhana 29 tahun silam, Tibo kini telah menorehkan seabrek gelar baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.
Ia mengharumkan nama Indonesia dan organisasi tinju Indonesia tiap kali tampil dalam perebutan gelar juara dunia pada kelas terbang versi Internasional Boxing Organization (IBO).
Namanya kian santer seantero negeri ketika menumbangkan petinju Australia, Omari Kimweri dalam pertandingan yang digelar di GOR Oepoi Kupang, Minggu (07/07/2019).
Namun siapa sangka di balik kesuksesannya kini, ada kisah menarik tentang perjuangannya yang tidak mudah.
Ditemui VoxNtt.com di desa Haumeni Ana, Kecamatan Bikomi Nilulat, Rabu (10/07/2019), putra kedua dari Almarhum Raymundus Besa ini mengisahkan perjalanan hidupnya yang keras.
Sebagaimana kata bijak, penderitaan di masa lalu seseorang menghantarkannya pada kesuksesan di masa depan. Kata-kata ini mungkin tepat bagi Tibo.
Lahir dari keluarga yang sederhana, ditambah lagi dengan biaya pendidikan yang mahal membuat mimpi Tibo untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi harus dikuburnya dalam-dalam, setelah menamatkan pendidikan di SMAN 2 Kefamenanu pada tahun 2010.
Karena tidak kuliah, Tibo menemani Sang Ayah, menjadi buruh bangunan.
Beberapa bulan bekerja sebagai buruh di kampungnya, Tibo kemudian memilih keluar. Tangerang menjadi tempat Ia berlabuh, mengadu untung.
Tak banyak yang tahu kalau pemuda kampung ini mempunyai cita-cita dan tekad yang kuat untuk menjadi petinju profesional. Mimpi itu rupanya sudah ditanamkan Tibo sejak kecil.
Karena itulah, ketika Februari 2011 Ia tiba di Tangerang, selain bekerja untuk menopang ekonomi keluarga, Ia juga memutar otak agar mendapatkan kesempatan untuk berlatih di atas ring demi mewujudkan cita-cita yang dibawanya sejak kecil itu.
Tibo memulai bekerja sebagai kernet angkutan umum. Sambil menjadi kernet, ia tekun belajar kemudi mobil.
Empat bulan bekerja sebagai kernet, tepatnya Juni 2011, Tibo sudah mahir mengemudikan mobil. Sejak saat itu, Ia menjadi sopir angkutan umum. Kesibukkan sebagai sopir sama sekali tak membuat Tibo melupakan mimpinya untuk berjaya di atas ring tinju profesional.
Waktu istirahat Ia manfaatkan untuk berlatih bersama teman-teman asal NTT yang sudah terlebih dahulu di sana.
Berkat ketekunannya dalam berlatih, perlahan-lahan Tibo mulai menguasai teknik-teknik bertarung. Pertengahan tahun 2012 ia mulai berlatih sparing dengan teman-teman lainnya.
Di luar dugaan Tibo, saat ia berlatih ternyata Armin Tan, sosok pelatih yang mengantarkan Tibo hingga ke puncak kejayaannya saat ini duduk, menonton Tibo dan rekan-rekannya sparing.
Kepiawaian Tibo di atas ring, rupanya membuat Armin jatuh cinta dan ingin mementorinya.
“Habis sparing, Pak Armin datang ajak saya untuk gabung di beliau punya sasana, tapi karena saya lihat Pak Armin itu banyak tato dan penampilan hampir kayak preman, makanya saya tidak mau terima ajakan beliau, karena memang saya tidak mau preman,” kenangnya.
Usai latihan, Tibo lekas meninggakan tempat latihan. Di penginapan, Ia disampaikan rekan berlatihnya jika Armin Tan merupakan sosok pengusaha sukses dan juga pelatih yang memiliki sasana tinju.
Mendengar itu, persepsi Tibo tentang penampilan Armin berubah. Keesokannya Ia langsung menemui pemilik sasana Armin Tan Boxing itu.
“Saat ketemu Pak Armin, beliau tanya saya, mau gabung dengan sasana beliau tidak? kemudian saya jawab, mau. Beliau langsung bilang, ya sudah kamu berhenti tarik angkot, kamu latihan saja, nanti saya yang urus semua kebutuhan kamu dan saya akan jadikan kamu juara dunia,” ungkap Tibo mengenang dialognya bersama Sang Pelatih kala itu.
Sejak bergabung di Sasana Tinju Armin Tan Boxing tahun 2012 itulah, banyak peringkat tinju dunia dari berbagai kelas yang diraihnya, mulai dari peringkat 11 dunia versi WBC, Peringkat Dua Dunia versi WBA.
Sebelum meraih juara dunia IBO, Tibo terlebih dahulu menduduki peringkat 8 dunia.
“Karena ada peringkat, makanya kemarin bisa ikut pertandingan perebutan juara dunia IBO yang kemarin kita menangkan,” tuturnya.
Belajar dari Sang Idola
Ketertarikan Tibo di dunia adu jotos itu tak terlepas dari inspirasi Idolanya, Manny Pacquiao. Menurutnya latar belakang Pacman, Raja Ring dunia itu sama persis dengan dirinya, yakni sama-sama berasal dari keluarga tidak mampu.
Saat membaca sejarah perjuangan Many, tekad Tibo semakin kuat dan menempatkan Manny sebagai inspirator. Setiap berlatih, mimpinya hanya satu, kelak namanya harus dikenal dunia sebagaimana Manny Pacquiao.
“Manny Pacquiao saya idolakan dari kecil, beliau sosok inspiratif buat saya,” tuturnya.
Butuh Dukungan Sponsor
Disampaikannya, sesuai aturan gelar juara tinju dunia IBO yang diraihnya baru-baru ini, hanya berhak dipegangnya selama enam bulan ke depan.
Jika setelah enam bulan tidak ada pertandingan untuk mempertahankan gelar juaranya, maka otoritas tinju dunia akan melowongkan gelar juara tersebut.
Menurutnya, untuk menyelenggarakan sebuah pertandingan guna mempertahankan gelar juara yang diraihnya dibutuhkan dana sekitar Rp 5 miliar.
Ia berharap, ke depan akan ada sponsor yang siap mewujudkan mimpinya untuk menyelenggarakan pertandingan, baik itu dari pemerintah maupun swasta.
“Saya saat ini fokus untuk mempertahankan gelar, tapi saya kesulitan dana untuk gelar pertandingan, saya harap pemerintah dan swasta dapat memberikan support dana, sehingga pertandingan bisa digelar,” ujarnya penuh harap.
Penulis: Eman Tabean
Editor: Boni J