Bajawa, Vox NTT-Pemerintah Desa Benteng Tawa I, Kecamatan Riung Barat, Kabupaten Ngada menggelar kegiatan penyuluhan kanker payudara dan kanker serviks, Sabtu (13/07/2019). Kegiatan penyuluhan itu bertempat di Kantor Desa Benteng Tawa I.
Penyuluhan kanker payudara dan kanker serviks diberika kepada 50 ibu dari empat dusun di Desa Benteng Tawa I.
Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber yakni dokter Ketut Aditya Bayu dan bidan koordinator Maria Reta Zaun dari Puskesmas Lindi.
Kepala Desa Benteng Tawa 1 Yoseph Panas mengatakan, penyuluhan tersebut sebagai realisasi misinya di bidang kesehatan.
Misi itu yakni agar kaum ibu di Desa Benteng Tawa I sejak dini mengetahui gejala, penyebab dan risiko dari kanker payudara dan kanker serviks.
Menurut jebolan Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero ini, kanker payudara dan kanker serviks akan selalu berlangganan dengan perampuan produktif dan pada akhirnya berisiko pada kehilangan nyawa.
Sehingga, Jose sapaan akrabnya, berharap agar peserta yang hadir bisa mengikuti kegiatan penyuluhan kanker payudara dan kanker serviks sejak awal sampai dengan akhir.
Pemeriksaan Payudara Dilakukan 7-10 Hari Setelah Menstruasi
Dokter Ketut Aditya Rahardja dalam paparannya menjelaskan, kanker adalah pertumbuhan normal dari sel-sel tubuh yang tidak terkendali.
Kanker memiliki karakteristik yaitu tumbuh cepat, nyeri, merusak, dan berpotensi menyebar ke seluruh tubuh.
Dokter Aditya menjelaskan, secara spesifik gejala kanker payudara pada wanita yakni benjolan di payudara, perubahan kulit payudara seperti iritasi, kemerahan, penebalan kulit, lekukan pada jaringan, tekstur kulit seperti jeruk, dan perubahan kondisi puting, serta benjolan di ketiak.
Ia menambahkan, wanita yang rentan terkena kanker payudara terbagi dalam dua kategori.
Keduanya yaitu; faktor dapat diubah seperti tidak punya anak, kontrasepsi hormanal, terapi hormone setelah monopause, tidak menyusui, konsumsi alkohol, obesitas, dan kurang olahraga.
Dan, faktor yang tidak dapat diubah seperti jenis kelamin perempuan usia 45 tahun ke atas, dan riwayat keluarga karena genetik.
Dokter Aditya juga menjelaskan cara mengetahui perempuan terdiagnosa kanker payudara atau tidak yakni dengan melakukan pemeriksaan payudara itu sendiri atau diakronimkan sadari.
“Pemeriksaan payudara ini sebaiknya dilakukan tujuh sampai sepulu hari setelah menstruasi,” kata dokter Aditya mengajak.
Kemudian, lanjut dia, kanker serviks atau lebih dikenal kanker mulut rahim.
Kanker mulut rahim ini merupakan salah satu penyakit yang paling mungkin untuk dicegah.
Ciri-ciri kanker serviks antara lain, nyeri saat berhubungan seksual, keluar darah dari jalan lahir atau vagina, dan sering keputihan pada mulut rahim.
Kanker serviks ini juga bisa dicegah yakni dengan cara vaksinasi sejak dini dan lakukan screening rutin secara berkala.
“Oleh karena itu masyarakat khususnya kaum ibu mesti mengerti tindakan pencegahan dari kanker serviks dan payudara yang dilakukan sejak dini,” pinta dokter Aditya.
Bidan koordinator puskesmas Lindi Margareta Zaun pada kesempatan tersebut meminta kepada peserta yang hadir agar tidak boleh malu atau merasa malu dengan pemeriksaan payudara dan kanker serviks.
Menurut dia, ketika kaum perempuan semakin tertib dan disiplin melakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan oleh tenaga kesehatan, maka semakin sadar untuk melakukan pencegahan terhadap kanker payudara dan kanker serviks sejak dini.
“Ke depan kita tidak boleh malu atau merasa tabu untuk mendengarkan materi bahkan melakukan pemeriksaan payudara dan mulut rahim kita,” pinta Margareta.
Monika Kolong, salah satu ibu ketika dimintai tanggapannya usai mengikuti penyuluhan kanker payudara dan kanker serviks ini mengaku berterima kasih kepada Pemerintah Desa Benteng Tawa I.
Ia menilai Pemdes Benteng Tawa I telah menciptakan kegiatan yang sangat bai di bidang kesehatan bagi kaum perampuan.
Monika juga menyampaikan terima kasih kepada kedua narasumber yang telah berkenan hadir dan menyampaikan pengetahuan yang sangat bermanfaat.
Dia berharap agar edukasi kesehatan seperti ini terus dilaksanakan minimal setahun dua kali.
“Saya mewakili semua peserta meminta kepada bapak Kepala Desa agar bisa membuat kegiatan seperti ini minimal setahun dua kali. Kegiatan hari ini benar-benar bermanfaat bagi kami kaum hawa,” ujar Monika.
Penulis: Arkadius Togo
Editor: Ardy Abba