Ende, Vox NTT-Ayu Ismail. Begitulah nama seorang ibu berprofesi pemulung botol di Kota Ende, Flores, NTT. Bermodal karung dan kantong plastik, siang itu, ia bersama anaknya Aba Ismail mulai mengelilingi Mapolres Ende.
Tujuannya satu, ialah memungut botol-botol bekas air mineral, botol kaca dan kaleng-kaleng. Botol dan kaleng itu mereka kumpul untuk dijual.
Ayu kini dikarunia empat anak. Mereka adalah Aba Ismail (9), Achmad Ismail (7), Nona dan Saiful. Aba dan Achmad sedang duduk dibangku SD Inpres Mbongawani, Kecamatan Ende Selatan. Sedangkan Nona dan Saiful masih kecil.
Ayu memang harus bertanggung jawab terhadap kehidupan ia dan anak-anak. Kondisi ini ia pahami sejak sang suaminya sebagai tulang punggung keluarga meninggal dunia.
Agar kehidupan keluarga terpenuhi, Ayu terpaksa memasang dada sebagai tulang punggung. Pekerjaan memulung botol bekas ia pilih karena dianggap lebih ringan dan mudah. Lagipula, kedua anak yang sedang dibangku sekolah itu bisa turut bekerja membantunya.
“Lebih baik kerja begini, daripada mencuri,” kata Ayu kepada VoxNtt.com.
Ayu bersama empat anaknya tinggal di rumah sederhana di Jalan Katedral, Kelurahan Mbongawani. Jarak sekitar satu kilo meter dari Mapolres Ende.
Setiap hari, setelah Aba dan Achmad pulang sekolah, mereka memulai bekerja sebagai pemulung. Mereka menyusuri jalan dan lorong untuk memungut sampah-sampah itu.
Mapolres Ende merupakan salah satu dari sekian tempat yang dituju. Di sana, ibu dan anak ini mengumpulkan botol bekas dari tempat sampah maupun dari got-got.
Barang bekas itu diisi di karung dan tas plastik termasuk di keranjang yang sudah disiapkan. Setelah semua terisi, barulah mereka kembali kumpul di rumah.
Botol-botol itu dibersihkan dan kemudian dijual ke pelanggan. Harganya bervariasi, tergantung jenis botol. Botol air mineral aqua dijual Rp 200 per buah dan botol minuman lain seharga Rp 150.
Sedangkan botol kaca tiga buah dijual harga Rp 1000 dan botol kaleng satu kilogram dijual Rp 5000.
“Tapi harus dibersih dulu. Iya, harus bersih baru mereka beli,” tutur Ayu.
Perempuan tamatan SMP ini mengatakan, dari pungut itu dalam sehari paling tinggi bisa menghasilkan 35 ribu. Itupun kadang terjadi. Setiap kali kemampuan ia dan anaknya hanya mendapatkan penghasilan 20 ribu hingga 25 ribu.
Jika dibandingkan dengan kebutuhan keluarga, kata Ayu, sangatlah tidak cukup. Ia mengaku, kebutuhan keluarga misalnya makanan dan minuman diperoleh dari belas kasihan orang.
“Ya, begitulah kondisi saya dan anak-anak,” katanya singkat.
Namun demikian, ibu kelahiran 1987 itu menjalani apa adanya. Paling terpenting, ia harus berputar otak menyicil kebutuhan sekolah kedua anaknya dari penghasilan memulung.
Ayu bertekad, kedua anaknya (Aba dan Achmad) menjadi anak yang mampu mengubah kondisi kehidupan keluarga mereka. Dia optimistis itu karena pekerjaan yang digeluti adalah halal.
“Ya, mereka dua, insyaallah, menjadi orang pertama merubah kehidupan kami ini. Saya, berusaha dengan cara dan kemampuan saya,” pungkas Ayu.
Di akhir perbincangan, Ayu hanya memohon doa dari sesama agar dia dan anak-anaknya tetap sehat. Hal itu yang dia harapkan agar tidak menganggu pekerjaan sebagai pemulung botol.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba