Soe, Vox NTT-Waktu menunjukkan pukul 22.30 Wita. Meski mulai larut malam, suasana sekitar Lapangan Puspenmas, Kota Soe, masih ramai.
SEMILIR angin terasa menusuk pori-pori. Maklum, suhu Kota Soe di malam Minggu (31/08/2019) berada pada kisaran 16 derajat celsius.
Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, melewati lokasi ini di jam yang sama, biasanya gelap dan sunyi.
Sejak awal Agustus, lokasi sekitar Lapangan Puspenmas dan alun-alun Kantor Bupati TTS memang padat aktivitas.
Berbagai atraksi seni budaya hingga pameran pembangunan dihelat di lokasi yang sudah disulap Pemkab TTS menjadi ruang ekspresi publik.
Di pinggiran lapangan, berjejal para penjual aneka jenis kuliner. Pembeli pun, tak kalah banyaknya, ikut berdesak-desakan. Jagung bakar dan kopi panas laris manis diminati pengunjung.
Dan Ottu, seorang penjual jagung bakar, mengaku sudah seminggu memilih lokasi area pameran ini untuk berjualan.
Om Dan, sapannya, mengaku, setiap sore hingga pukul 00.00 Wita atau jam 12 malam, berhasil menghabiskan satu setengah karung jagung.
Satu karung, sebutnya, sekira 150 bulir jagung.
“Harga satu jagung bakar Rp 5.000. Sudah satu minggu setiap malam bisa habis satu karung atau lebih,” ungkapnya.
Bisa dibayangkan bila satu malam terjual 150 bulir jagung bakar, maka penghasilannya bisa mencapai Rp 750.000.
Bila dikalikan lagi dengan satu minggu atau 7 hari, maka penghasil Om Dan bisa mencapai Rp 7 juta lebih.
Bukan hanya itu, Om Dan mengaku, memboyong serta anak-anak dan istri ikut berjualan di arena pameran.
“Istri dan anak jual kopi panas serta bubur kacang panas. Kopi harga Rp 5.000, bubur kacang juga Rp 5.000. Bubur kacang panas bisa laku sampai 25 gelas setiap malam, sementara kopi panas sampai 30 gelas,” kisahnya.
“Jalan-jalan ke Puspenmas, jangan lupa dada dikasih panas. Kopi panas, jagung bakar. Tambah panas dioles pedas”. Selamat menikmati sajian jagung bakar di Kota Soe, TTS.
Penulis: L. Ulan
Editor: Irvan K