Labuan Bajo, Vox NTT- Dalam menjalankan ibadah puasa di Bulan Suci Ramadan, umat Muslim di Manggarai Barat diminta untuk mengikuti fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Fatwa MUI Nomor 14 tahun 2020 ini berisi tentang penyelenggaraan ibadah dalam situasi terjadi wabah Covid-19.
“Fatwa MUI hendaklah ditaati. Jadi karena Islam itu mengajarkan taat kamu kepada Allah, taat kepada Nabimu, taat kepada pemerintah. Pemerintah itu siapa, ya umara dan ulama, itu bahasanya. Jadi pemerintah yang di struktur pemerintahan dan ulama,” ungkap Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI Kabupaten Manggarai Barat, Syakar Abdul Jangku saat ditemui VoxNtt.com, Senin (27/04/2020).
Syakar mengungkapkan tahun 2020 ini, dalam menjalankan ibadah puasa, umat Muslim diminta untuk bersabar dan tetap beribadah di dalam rumah.
“Ya, memang keadaannya berbeda dengan Ramadan-ramadan sebelumnya. Sekarang ini kita berada di situasi yang sangat memperihatinkan,” katanya.
Pemerintah tentu saja sudah mengatur. Pemerintah dalam hal ini juga MUI.
Memasuki Bulan Suci Ramadan ini, kata dia, tentu saja dengan sukacita, penuh gembira, silaturahmi, salat bersama, dan berjemaah di Masjid.
Ia menambahkan, tahun 2020 ini umat Muslim disuruh bersabar untuk menjalankan salat dan ibadah di rumah saja.
“Jadi semua rangkaian ibadah salat tarawih, buka bersama tidak bisa di Masjid atau tempat lain tapi di rumah masing-masing. Kondisinya seperti itu,” kata Syakar.
Untuk memutuskan penyebaran Covid-19, Syakar berharap agar umat Muslim tetap disiplin dan tetap mengikuti aturan yang dibuat pemerintah.
“Dan seiring itu, tentu umat melakukan apa, ya tidak lain dengan disiplin mengikuti ini. Karena dengan cara ini saja kita memutus mata rantai Covid-19 ini,” tandasnya.
Syakar berharap dengan peristiwa tersebut bisa membuat umat Muslim di Kabupaten ujung barat Pulau Flores itu dapat mengambil hikmahnya.
Ia mencontohkan dengan anjuran di rumah saja tentu memberikan satu ruang supaya umat kembali bersama dengan keluarga, serta menjaga dan membangun kebersamaan.
Hal ini sekaligus juga untuk refleksi secara sosial apakah silaturahmi dan kebersamaan sebelumnya memang sungguh-sungguh? Sehingga nilai-nilai itu dibangun dan direfleksikan kembali untuk umat.
“Mudah-mudahan Tuhan memberikan kita masa depan,” ungkapnya
“Kita yakin ini makhluk dan makhluk itu kalau bahasa agamanya fanah (sementara),” sambung dia.
Menurut Syakar, hanya Tuhan yang kekal. Sebab itu, ia berharap salat jemaah yang akan datang, silaturahmi, dan kebersamaan bisa bermakna sesuai ajaran Tuhan.
“Jadi kita betul-betul menghargai kebersamaan ini, menghargai kekompakan dan persatuan itu, dan ini sebagai pelajaran besar,” celetuknya.
Ia juga mengharapkan Ramadan kali ini betul-betul sebagai bentuk refleksi untuk umat bisa melihat diri apakah dosa-dosa selama ini sudah semakin menumpuk, makanya Tuhan murkah. Atau ini bentuk kasih sayang Tuhan kepada umat?
“Kita tidak tahu, supaya merefleksi lagi cara hidup kita,” tutupnya.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba