Kupang, VoxNtt.com
Peta koalisi partai politik di NTT menjelang pilkada 2020 menarik disimak. Pertarungan PDIP vs NasDem menjadi pemandangan yang gampang terbaca dari peta koalisi di 9 kabupaten.
Dari 9 kabupaten, kedua partai ini hanya berkoalisi pada Pilkada Sumba Timur dan Malaka. Sementara di 7 kabupaten lainnya, kedua partai memiliki paket usungan masing-masing.
Pengamat politik dari FISIP Universitas Nusa Cendana, Lasarus Jehamat menjelaskan, fenomena ini memiliki keterkaitan dengan arah dukungan parpol pada pilgub NTT yang akan datang.
Menurut jebolan pascasarjana UGM ini, parpol tampak menjadikan ajang pilkada tahun 2020 ini sebagai titik awal konsolidasi untuk memenangkan pertarungan di Pilgub NTT tahun 2024 nanti.
“Bacaan saya memang begitu” ungkap Jehamat kepada VoxNtt.com 18 September 2020 lalu.
Selain punya kepentingan dalam Pilgub, rivalitas PDIP vs NasDem juga dipengaruhi hubungan elit di level atas. Menurut Jehamat, hubungan yang kurang harmonis antara Megawati dan Surya Paloh menjadi salah satu faktor menguatnya rivalitas.
“Buat saya, ada hal yang harus diperiksa di sana. Relasi Mega dan Surya yang menjadi sebab utama,” ungkapnya.
Selain itu, relasi antar partai juga mulai tampak terbaca meski belum mengerucut membentuk koalisi yang pasti.
NasDem dan Demokrat tampak dekat dalam beberapa kabupaten sementara PDIP, Gerindra, dan PKB menunjukan relasi intensif.
Dari peta koalisi ini, akar beringin Golkar juga sedang menunjukan kekuatannya. Di Malaka misalnya, Golkar menjadi partai pengusung utama pasangan incumbent Stef Bria Seran-Wande Taolin. Di Sumba Barat, Golkar membentuk poros baru dengan berkoalisi bersama PSI dan Hanura. Sementara di Sabu Raijua mereka berani mendukung Paket TRP – Hegi meski melalui jalur independen.
Latar Historis
Meski demikian, dalam konteks Pilgub, pertarungan PDIP vs NasDem lebih menarik ditelaah karena punya latar historis pada Pilgub tahun 2018 lalu.
Dari hasil rekapitulasi KPU, Viktor Bungtilu Laiskodat dan Josef Nae Soi dinyatakan sebagai pemenang dengan perolehan suara 838.213 suara (35,20 persen). Posisi kedua ditempati pasangan Marianus Sae-Emelia Nomleni dengan 603.822 suara (25,35 persen).
“Kekalahan PDIP pada pilgub 2018 itu lebih karena faktor Marianus Sae yang ditangkap KPK. Namun hal itu tidak boleh dipandang sebelah mata karena perolehan suaranya tetap meraih posisi kedua,” kata Ferdy Hasiman, analis ekonomi-politik.
Ferdy menambahkan, pada pilgub NTT tahun 2024 nanti, PDIP kembali hadir menunjukan taringnya. Apalagi selama 10 tahun kepemimpinan Lebu Raya, PDIP menjadi penguasa di NTT.
“Jika target PDIP untuk menang di 6 kabupaten di NTT seperti yang diungkapkan Herman Herry tercapai, ini akan menjadi pertaruhan besar bagi pak Viktor Laiskodat,” kata Ferdy Hasiman dalam analisis politiknya di channel Youtube, Ferdy Hasiman.
Sementara NasDem sendiri memiliki target fantastis. NasDem bertekad menang di 9 kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Target kita, NasDem menang di sembilan kabupaten,” kata Alexander Ofong, sekertaris DPW NasDem NTT. (VoN).