*Oleh: Dony Klau
Maaf Sahabat
Di sini wajahmu merangkak dalam kalbu tanpa ampun
Setelah kita menjejali musim sarat rahasia
Bercengkrama pada waktu tak mengenal usia
Mengejamu aku tak pandai
Benar bahwa sahabat dan cinta lekat serupa api dan kayu
Saling menghangatkan pun saling menghanguskan
Hingga yang tersisa hanyalah abu
Maaf, aku tak mampu menggantung janji
Merindukanmu hanya sebagai sahabat pada ketiak hati
Tidak mencintaimu seperti kekasih
Aku gagal menggenggam lampin.
Berakhir di Juli
Juli masih menyeka bias-bias kenangan
Tak ada kata pun tanya pada kepergian
Atau isyarat tubuh menampik yang pergi
Hati pun belum sempat menyisiati rasa
Barangkali perpisahan harus dimengerti dari sisi yang pergi
Bukan dari sisi yang ditinggalkan
Aksara terakhir yang kupinta
Telah kau sematkan pada relung jiwamu
Meski pamit tetap kau lantunkan
Aku masih merinduimu bersama kenangan kita
Bersama rinai hujan yang setia merawat bayangmu.
Hidup Sekali Jalan
Di antara mimpi yang bermekaran
Di atas kapal yang maha besar
Dan riak laut yang menggelora
Kita ibarat pelaut yang berlayar tanpa kompas
Menggenggam sejuta mimpi serupa virga
Mendekap asa pada usia rentah ruwet
Ini tentang hidup sekali jalan kawan
Dongeng klasik yang tak lekang oleh waktu
Surga atau neraka bagi yang mengilhami
Kawan, di sekian banyak manusia
Kita hanyalah setitik embun pada daun
Diterpa sinar matahari lalu mengering tak membekas.