Ende, Vox NTT-Bila singgah di Ende jangan lupa mencicipi ‘alundine’ dan ‘uwiaindota’, makanan khas Ende dengan cita rasa nan menggoda. Memakai bahan baku ubi Nuabosi, alundine dan uwiaindota menawarkan cita rasa yang berbeda.
Jika ingin berkunjung ke Ende, anda dapat menemukan salah satu restoran lokal persis di simpang lima, Jalan Ahmad Yani, depan gerbang Bandara H. Aroeboesman-Ende.
Restoran tersebut menyajikan segala jenis makanan lokal khas Ende dengan cara pengolahan makanan secara tradisional pula.
Riny Sahrani (42), adalah salah seorang warga Ende yang mahir mengolah alundine dan uwiaindota di Restoran Pangan Lokal. Ia mahir mengolah berbagai jenis makanan lokal termasuk dua jenis makanan khas tersebut, berkat ilmu yang didapat dari kedua orang tuanya.
Sahrani belajar memasak kedua menu tersebut sejak berumur belasan tahun dengan sistem pengolahan secara lokal.
“Saya belajar waktu masih kecil. Saya suka memasak makanan lokal seperti ini,” katanya.
Selain diminati warga Ende dan sekitarnya, alundine dan uwiaindota sangat disukai wisatawan yang berlibur ke Ende. Tidak heran jika restoran ini selalu dipadati pengunjung karena tawaran menu makan masih sangat lokal dan natural tanpa pewarna atau bumbu buatan pabrik lainnya.
Selain kedua menu tersebut, di restoran ini juga disajikan “ngeta” atau kerap disebut rumpa-rampe, nasi kacang, jagung mbose dan berbagai macam makanan lokal lainnya.
“Saya lebih senang mengolah makanan lokal dibandingkan dengan makanan jenis lain. Orang mungkin sudah bosan dengan makanan lain. Banyak yang berkunjung dan beli makanan ini. Rata-rata setiap hari meningkat. Wisatawan juga datang makan di sini dan mereka mengatakan senang dengan makanan lokal seperti ini. Ya, saya harapkan supaya masyarakat Ende kembali menghidupkan makanan-makanan khas, karena ini penting buat kita,” tambah Sahrani.
Bahan baku kedua jenis makanan ini menggunakan ubi Nuabosi. Ubi ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Ende. Jenis ubi yang hanya tumbuh di Ende-Flores ini juga dikenal secara Nasional.
Untuk lebih menikmati kedua jenis makanan ini sebaiknya makan perpasangan. Misalnya cicipi alundine dengan secangkir kopi atau teh hangat.
Alundine lebih cocok berpasangan dengan minuman. Kalau uwiaindota lebih cocok dengan kuah ikan asam atau kuah ikan santan atau lebih nikmat dengan rumpa-rampe atau dalam bahasa Ende orang menyebutnya sebagai ngeta.
Ngeta adalah jenis sayur-sayuran yang terdiri dari daun ubi, daun pepaya, bunga pepaya, jantung pisang, dan jenis sayur lainnya, diolah secara bersama-sama. Ngeta ini bisa dikonsumsi dengan jenis makanan apa saja. Kalau ke daerah-daerah pelosok di Ende, masyarakat selalu meyajikan ngeta.
Alundine dan uwiaindota sebaiknya dikonsumsi saat masih panas, mumpung cita rasa dan aromannya masih terasa. Jika sudah dingin maka rasa dan aromanya pun hilang dengan sendirinya. Makanan lokal dengan cara memasak tradisional akan mengeluarkan aroma dan cita rasa yang alam dan natural, ketimbang makanan jenis lain dengan menggunakan bahan-bahan produk pabrik.**(Ian Bala/VoN)