Atambua, Vox NTT–Anggota DPR RI PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema menyoroti program Food Estate di Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Dalam kunjungannya ke Kabupaten Belu, Rabu (27/04/2022), anggota DPR RI asal daerah pemilihan NTT 2 ini langsung mengunjungi lokasi blok C, Food Estate di Desa Fatuketi, di mana pada bulan lalu tepatnya 24 Maret 2022, Presiden Joko Widodo menyempatkan diri melakukan tanam jagung secara simbolis di lahan seluas 16 hektare.
Disaksikan awak media ini, saat tiba di lakasi Food Estate, Ansy Lema, demikian sapaan akrabnya, tidak menemukan satu pun pohon jagung di lahan tersebut.
Ia kemudian langsung bertanya kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Belu, Gela Lay Rade dan sejumlah petani yang hadir di lahan Food Etate.
“Saya mau tanya, jagung yang Pak Jokowi tanam itu berhasil atau tidak. Saya lihat tidak ada yang tumbuh ini. Atau sudah ada yang panen. Kan tidak mungkin karena baru satu bulan. Jangan putar-putar ke saya. Kalau memang jagungnya tumbuh, bilang tumbuh. Kalau tidak ya bilang saja. Setelah Pak Jokowi tanam, jagung tumbuh atau mati? Hanya dua kemungkinan itu. Kalau Pak Jokowi tanam di sini berarti harus ada jagung di sini. Kalau tidak ada berarti jagungnya mati,” ujar Ansy Lema dengan nada kesal karena tidak ada satu pohon pun jagung yang ditemui di lahan yang baru sebulan ditanami itu.
Petani yang hadir dalam kesempatan itu, dengan jujur menyampaikan bahwa jagung yang ditanam Presiden Jokowi bersama para petani pada 24 Maret lalu sempat tumbuh.
Namun karena tidak disiram sehingga jagung yang ditanami tersebut akhirnya mati dan lahan Food Estate blok C dipenuhi ilalang.
Pantauan awak media pada Selasa 26 April 2022, tampak Dinas Pertanian Kabupaten Belu tengah menggerakan dua unit traktor dan membajak ulang lahan yang baru ditanam bulan lalu.
Dalam kesempatan itu, para petani yang diberi kesempatan bicara menyampaikan bahwa sistim pengairan menggunakan sprinkle sangat tidak efektif karena tidak membasahi tanah dan menyebabkan jagung yang ditanam mati lantaran kekuarangan air.
“Kalau namanya program nasional tidak boleh gagal. Artinya persiapannya harus betul-betul matang. Supaya tidak ada cerita alasan A,B,D. Kalau modelnya seperti ini akhirnya muncul berbagai macam alasan. Soal pengairan, soal pola tanam harus vertikal atau horizontal. Sebentar mucul alasan tidak bisa sistim sprinkle. Lalu kemudian muncul alasan lagi alasan lain lagi,”kritik Ansy di hadapan Kepala Dinas Pertanian dan para petani yang hadir.
Ia menilai Kementerian Pertanian sebagai leading sektor program Food Estate tidak serius mengurus program ini untuk masyarkat di daerahnya.
Kalau Kementan serius, seharusnya berhasil dan para petani bisa tersenyum karena merasakan manfaat dari program tersebut.
“Saya datang Pak Kadis saja kaya takut-takut ngomong. Kalau matang konsepnya, pasti tidak ada cerita kaya begini,” ujar Ansy Lema.
Sebagai anggota Komisi IV DPR RI yang membidangi Pertanian, Ansy Lema tidak ingin Kementan hanya membuat program yang ceritanya saja yang besar namun hasilnnya nihil.
Karena, lanjut Ansy, program Food Estate di Belu merupakan program nasional yang menelan anggran 23 miliar dari APBN.
“Di Belu, titik pertama yang saya kunjung adalah lokasi Food Estate karena Presiden Jokowi datang sampai di kampung kita di Fatuketi dan tanam jagung. Artinya Presiden Jokowi beri perhatian besar untuk daerah kita. Jangan sampai Presiden pikir ini berhasil. Kalau modelnya kaya begini, saya bilang tidak berhasil, walaupun Kepala Dinas omong. Ngapain aja anggaran begini besar,” tandasnya.
Ia juga meminta Dinas Pertanian Kabupaten Belu untuk berani bicara terbuka dan tidak menutup-nutupi fakta yang terjadi di lapangan sehingga sebagai wakil rakyat, dirinya bisa menyampaikan persolan ini kepada Kementan.
“Saya tadi hampir pikir bahwa program ini berhasil. Kalau bicara Food Estate, itu leading sektornya ada di Kementan di pusat dan Dinas Pertanian di daerah. PUPR ikut bantu irigasi tapi harus dipastikan agar masyarakat ikut merasakan. Presiden Jokowi sudah tanam, jangan tipu Presiden Jokowi. Setelah Presiden pulang kamu juga hilang dan yang berhadapan adalah Dinas Pertanian setempat,” tegas politisi yang bergaya milenal ini.
Di tempat yang sama, Kepala Desa Fatuketi Markus Taus menyampaikan di hadapan Ansy Lema bahwa kondisi gagal tumbuhnya jagung yang ditanam Presiden Jokowi diakibatkan karena ada miskomunikasi antara pemerintah baik di Kabupaten Belu, BWS (PUPR) dan Kementerian Pertanian.
Markus mengatakan, persediaan air untuk lahan Food Estate sangat cukup tetapi sistim yang digunakan salah sehingga berakibat pada kegagalan.
Menurut dia, apabila semua pihak bekerja serius, maka pasti program Food Estate di Kabupaten Belu bisa berhasil.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Ardy Abba