Labuan Bajo, Vox NTT- Perburuan liar masih sering ditemukan di Taman Nasional Komodo (TNK). Untuk melancarkan aksinya, biasanya para pemburu liar ini berpura-pura menjadi nelayan.
“Perburuan liar itu masih marak. Saat patroli biasa kita ketemu (pemburu liar), mereka kadang nyamar jadi nelayan biasa. Laporannya lain tapi saat kita ketemu di lapangan aktivitasnya lain. Di Pulau Komodo itu biasa rawan karena di sana perbatasan dengan perairan NTB. Biasanya mereka datang dari Sape. Target mereka itu rusa karena di NTB itu dijual mahal,” ujar Eman, seorang staf Balai Taman Nasional Komodo, Kamis (17/11/2022).
Eman juga menyebutkan kurangnya personel yang ditempatkan pada setiap titik penjagaan menjadi salah satu kendala utama kurang maksimalnya kegiatan penjagaan yang dilakukan oleh Balai Taman Nasional Komodo.
“Kendala itu dari personel. Setiap pos ada jangkauan penjagaan. Di sini ada 13 pos. Anggota lapangan 60 lebih tapi total semua itu 100 lebih. Ada jadwalnya, seminggu dalam satu kali turun 2 kali patrol,” sebutnya.
Untuk membantu meningkatkan pengawasan, Eman menyebutkan pihak BTNK pernah melibatkan warga masyarakat untuk secara bersama-sama menjaga perairan TN Komodo khususnya dari tindakan perburuan liar dan ilegal fishing. Namun, saat itu jelasnya, pelatihan tersebut hanya mendapatkan sedikit respons dari warga masyarakat.
“Sebelumnya ada pelatihan kepada masyarakat. Biasanya orang pos di kampung sering pemberdayaan masyarakat. Hanya memang kadang ada yang ikut ada yang tidak. Kalau SDM (masyarakat) masih rendah. Seperti masalah sampah, kita sering sosialisasi tapi masih juga ada yang ikut ada yang tidak. Kalau kita ke kampung itu masih banyak sampah berserakan,” ujarnya.
Ia berharap, kegiatan pelatihan naturalist guide yang melibatkan 30 warga Kampung Komodo dan Papagarang mampu membantu BTNK dalam menjaga wilayah TN Komodo dari perburuan liar.
Selain itu, keterlibatan warga asli Kampung Komodo ini diharapkan mampu menjadi pelopor bagi warga lainnya untuk lebih peduli dengan Taman Nasional Komodo.
“Peran masyarakat untuk menjaga TN Komodo ini sangat membantu sekali. Seperti patroli gabungan atau patroli mitra. Apalagi kalau ada kebakaran, sebelum kasih info kita mereka sudah lebih dulu padamkan apinya. Harapannya, ya semoga yang baru konsisten dengan pelatihan ini. Dan juga harus menjaga kawasan,” ungkapnya.
Tak lupa ia berharap agar kelak 30 naturalis guide yang baru direkrut ini tetap mengedepankan etika komunikasi yang sopan dan santun saat berhadapan dengan para wisatawan yang kedapatan melanggar aturan.
Direktur Operasional PT Flobamor, Abner Runpah Ataupah mengatakan dengan adanya naturalist guide lokal yang sudah diberi pelatihan dan siap terjun ke lapangan dapat membantu, mencegah dan meminimalisasi terjadinya perburuan liar di wilayah TNK.
“Semoga dengan masuknya Flobamor, kita dapat meminimalisasi terjadinya perburuan,” kata Runpah, Rabu (16/11/2022).
Runpah menerangkan, salah satu program yang akan dilakukan oleh PT Flobamor ialah patroli bersama. Patroli bersama ini bermaksud untuk melakukan pengawasan atas aktivitas laut dan wilayah TNK.
“Kita harus bisa memberikan kepastian dan jaminan akan keamanan wilayah TNK dari perburuan dan sejenisnya,” jelas Runpah.
Sementara untuk memaksimalkan pelayanan pariwisata PT Flobamor telahmenyiapkan sebanyak 30 personel yang akan menjadi naturalist guide.
“30 personel ini merupakan warga asli Kampung Komodo dan kampung Papagarang. Mereka telah mengikuti pelatihan dan siap diterjun ke lapangan,” jelas Runpah.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba