Labuan Bajo, Vox NTT – Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata super prioritas yang memiliki potensi risiko tinggi, terutama untuk aktivitas bahari yang mengandalkan informasi cuaca menjadi pilot project Impact Based Forecast (IBF)/Penyediaan Sistem Informasi Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak.
Ini merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan ketahanan sektor pariwisata terhadap dampak cuaca ekstrem.
Upaya penyediaan sistem IBF ini dilakukan sebagai bentuk respons terhadap berbagai kecelakaan wisata yang kerap terjadi di destinasi pariwisata, salah satunya di Labuan Bajo.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) bersama-sama merancang IBF, yang diharapkan dapat meminimalisasi dampak kecelakaan sektor pariwisata di Labuan Bajo.
IBF sendiri merupakan paradigma prakiraan cuaca yang menyertakan informasi dampak dan respons.
Sistem ini tidak hanya memprediksi kondisi cuaca tetapi juga memberikan informasi tentang dampak cuaca terhadap aktivitas wisata.
Informasi ini dikeluarkan pada saat yang dibutuhkan seperti saat ada potensi cuaca signifikan/ekstrem yang memberikan dampak dan tidak regular seperti prakiraan cuaca konvensional.
Menindaklanjuti diskusi awal tentang IBF di sektor pariwisata Labuan Bajo yang telah dilaksanakan pada 20 Agustus 2024 lalu di Jakarta, BMKG dan Kemenparekraf membuka pembahasan atau diskusi lebih lanjut mengenai berbagai aspek kebencanaan karena faktor cuaca mulai dari pengumpulan data historis dan integrasi data pariwisata terkini, seperti kejadian bencana, jumlah pengunjung, dan informasi terkait lainnya yang akan dianalisa guna mengidentifikasi parameter kerentanan, keterpaparan, dan bahaya di setiap lokasi wisata untuk penyediaan sistem informasi prakiraan cuaca berbasis dampak di Labuan Bajo.
Berbagai data dan informasi ini digali melalui Focus Group Discussion penyediaan IBF di sektor pariwisata Labuan Bajo yang dilaksanakan pada Selasa dan Rabu, 17 – 18 September di Zasgo Hotel Labuan Bajo.
Dalam sambutannya, Plt. Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Frans Teguh menjelaskan, ketersediaan data informasi yang akurat dan informatif untuk mendukung sistem ini sangat diperlukan.
Sebab Labuan Bajo Flores adalah salah satu Daerah Pariwisata Super Prioritas (DPSP) yang termasuk dalam destinasi wisata berisiko tinggi dengan aktivitas wisata di perairan yang seringkali berpotensi dampak, baik kecelakaan maupun ketidaknyamanan.
“Hari ini kita harus bisa memastikan adanya ketersediaan data informasi yang akurat dan informatif,” kata Frans.
“Hal ini harus diantisipasi secara baik. Kami berharap, sistem ini bisa sekaligus menjadi bagian dari replikasi bilamana sistem IBF ini berhasil bisa menjadi contoh untuk destinasi-destinasi lain,” jelas dia.
Fans menambahkan, aspek kebencanaan perlu dikomunikasikan sehingga bisa dikolaborasikan bersama.
Kecelakaan yang kerap terjadi berdampak kepada reputasi Labuan Bajo sebagai destinasi pariwisata yang aman dan nyaman.
Berbagai informasi terkait gangguan atau kecelakaan membuat citra dan rating pariwisata Labuan Bajo Flores secara keseluruhan dianggap berisiko tinggi yang jika diantisipasi dengan baik sejak dini, bisa meningkatkan rasa rasa aman dan nyaman.
Ia mengatakan, kecelakaan yang beberapa kali terjadi di Labuan Bajo tentu berdampak kepada reputasi Labuan Bajo Flores sebagai destinasi pariwisata yang aman dan nyaman karena dianggap mempunyai risiko keamanan yang tinggi.
“Nah, jika resiko-resiko ini bisa kita antisipasi dengan baik, bisa meningkatkan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan. Kami berharap, sistem yang sedang dirancang ini bisa menjadi modal bagi pengelola pariwisata kita,” pungkas Frans.
Dengan kerja konkret ini, kata dia, tentu bisa meningkatkan kayakinan bahwa sumber daya manusia dapat menghasilkan pelayanan yang optimal untuk menjamin keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung.
“Tourism is a businees tetapi semua pihak harus ikut berkontribusi dalam meningkatkan pengembangan pariwisata yang dihadirkan di Labuan Bajo Flores,” tambah Frans.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca, Ida Pramuwardhani menyampaikan, BMKG tidak hanya berfokus kepada cuaca saja tetapi juga memberikan informasi lainnya seperti Tsunami Early Warning System.
Untuk prakiraan yang BMKG sediakan adalah prakiraan yang sebetulnya sudah di-expertise atau keahlian oleh Forecaster (Prakiraan) di Labuan Bajo.
“Kami sudah berkunjung ke stasiun BMKG Komodo untuk berkoordinasi terkait alur penyiapan layanan dan sudah ada informasi background knowledge yang dibuat oleh Forecaster BMKG,”_ ungkap Ida.
Ida mengatakan, informasi cuaca yang disampaikan BMKG melalui media sosial juga merupakan salah satu cara untuk memudahkan akses informasi cuaca supaya lebih tepat sasaran. Informasi cuaca ini sangat dibutuhkan oleh para wisatawan dan mereka sangat peduli terhadap kondisi cuaca.
BMKG juga telah berkoordinasi terkait rencana penempatan layar monitor yang bisa menampilkan informasi infografis cuaca di Bandara Komodo Labuan Bajo.
Peluncuran sistem IBF merupakan langkah maju yang signifikan dalam upaya pemerintah untuk mengembangkan sektor pariwisata Indonesia.
Dengan informasi cuaca yang lebih akurat dan terperinci, diharapkan pariwisata Indonesia semakin berkembang dan berkelanjutan. [*]