Labuan Bajo, Vox NTT – Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) meluncurkan Buku Putih pada puncak perayaan World Tourism Day (WTD) di Taman Parapuar pada Jumat (27/09/2024) malam.
Buku Putih atau Policy Statement tersebut disusun melalui proses kolaborasi bersama berbagai pihak, mulai dari instansi pemerintah, tokoh-tokoh budaya, praktisi kepariwisataan, beberapa narasumber terkait, dan stakeholder lainnya.
Peluncuran Buku Putih ini menandai tonggak penting dalam pengembangan kawasan Labuan Bajo Flores sebagai destinasi pariwisata unggulan yang inklusif dan berkelanjutan.
Buku Putih kepariwisataan Labuan Bajo Flores ini merupakan dokumen yang digunakan untuk menyampaikan informasi dan rekomendasi mengenai isu-isu dalam pengembangan pariwisata dan sekaligus merupakan wujud nyata dari rangkaian diskusi, kajian, dan konsultasi mendalam yang melibatkan para pemangku kepentingan di berbagai sektor.
Fokus utama dari dokumen strategis ini adalah untuk memberikan arahan dan panduan komprehensif dalam mengembangkan infrastruktur, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, serta menjaga kelestarian lingkungan, alam, dan budaya lokal.
Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh, dalam sambutannya menyampaikan, Buku Putih Pengembangan Pariwisata Labuan Bajo ini akan menjadi panduan serta pentingnya supaya memperkuat kolaborasi di lintas pemangku kepentingan.
Frans berharap Buku Putih ini diharapkan menjadi rujukan pengambilan kebijakan untuk isu strategis yang urgent dan menjadi perhatian pada wilayah Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan Bajo dan Flores secara keseluruhan.
Buku Putih dapat memberikan panduan dan menjadi navigator terhadap pemetaan masalah untuk pengembangan kepariwisataan Labuan Bajo Flores.
“Namun demikian hal ini harus disertai dengan memperkuat komitmen dan kolaborasi dari semua pihak sehingga lebih berorientasi dalam membangun pariwisata yang bermartabat, berkarakter, berkualitas, inklusif, dan tangguh,” ucap Frans.
Ia menambahkan, terdapat sepuluh (10) isu strategis dalam Buku Putih ini. Di antaranya, Konservasi dan Keberlanjutan (Conservation & Sustainability), Tata Ruang & Lanskap (Spatial Plan & Landscape), Pesisir dan Kelautan (Coastal & Marine),Sosial dan Budaya (Society and Culture), Keselamatan dan Keamanan (Safety & Security), Sumber Daya Manusia & Kelembagaan (Human Resources & Institutions), Sampah atau Limbah (Waste ), Rantai Pasok (Supply Chain), Infrastruktur (Infrastructure), dan Tata Kelola (Destination Management & Destination Governance).
Sekretaris Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan (Disparekrafbud) Manggarai Barat, Chrispin Mesima, yang hadir secara langsung saat peluncuran Buku Putih menyampaikan bahwa, kehadiran Buku Putih Pengembangan Pariwisata Labuan Bajo diharapkan dapat menjawab isu strategis dalam membangun pariwisata Labuan Bajo, sehingga tidak sekadar menjadi perencanaan atau pedoman saja.
Buku Putih ini, kata dia, sebenarnya merupakan momentum untuk menegaskan atau mengingatkan semua pihak bahwa DPSP harus dikembangkan secara berkualitas, berkelanjutan, dan inklusif.
Buku ini berisi kebijakan alternatif yang menjadi panduan, di samping sebagai dokumen perencanaan lainnya.
“Harapannya Policy Brief ini akan menjadi pedoman bagi kita dalam pengembangan dan menjawab isu-isu strategis di DPSP Labuan Bajo,” tutup Chrispin
Buku Putih atau Policy Statement ini diharapkan akan menjadi referensi bagi semua pihak baik pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya dalam merumuskan kebijakan-kebijakan pembangunan pariwisata ke depan.
Selain itu, Policy Statement yang disertakan dalam Buku Putih ini akan berfungsi sebagai pedoman praktis bagi pengembangan lebih lanjut kawasan DPSP Labuan Bajo dan Flores secara menyeluruh. [*]