Labuan Bajo, Vox NTT – Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat di bawah kepemimpinan bupati Edistasius Endi dan Yulianus Weng (Edi-Weng) terus melakukan berbagai upaya strategis untuk menekan angka kematian ibu dan anak.
Dalam data paket Edi-Weng yang diperoleh awak media, Sabtu (12/10/2024), menyebutkan pada tahun 2023, angka kematian ibu (AKI) di Manggarai Barat masih sangat tinggi yaitu 10 orang atau 222/100.00 kelahiran hidup atau angka kematian bayi (AKB) 60 orang atau 13,5/1.000 kelahiran hidup.
Menyikapi hal ini, Edi-Weng tidak tinggal diam.
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat terus melakukan upaya perbaikan yang strategis.
Pada akhir tahun 2023, tulis Edi-Weng, sebanyak 20 puskesmas dari 22 puskesmas yang sudah teregistrasi memiliki Ultrasonografi atau USG.
Menurut keduanya, upaya ini dilakukan agar dapat melakukan deteksi dini terhadap kelainan kehamilan sehingga “kalau kemudian itu terjadi dapat segera diatasi.”
Selain itu sejak awal Mei 2024, Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat juga rutin melakukan monitoring dan evaluasi (Monev) yang melibatkan puskesmas dan tiga rumah sakit di Kabupaten ujung barat Pulau Flores itu.
Monev tersebut dilakukan melalui zoom meeting, sehingga terjadi penghematan anggaran yang sangat luar biasa.
Monev tersebut dilakukan setiap hari Selasa pada setiap minggu dikenal dengan nama ‘SIMABARESTI’. Ini merupakan akronim dari Sistem Evaluasi Mingguan Ibu Hamil dan Bayi Risiko Tinggi.
Dampak dari SIMABARESTI ini yang juga didukung oleh berbagai upaya lainnya sangat luar biasa yaitu hingga periode bulan Agustus tahun 2024, AKI hanya ada 1 orang, sementara pada periode yang sama tahun 2023 sebanyak 5 orang.
AKB hingga Agustus 2024 sebanyak 30 orang, sementara pada periode yang sama tahun 2023 sebanyak 51 orang.
“Hal ini patut dibanggakan namun jangan pernah untuk berpuas diri, untuk itu upaya luar biasa ini perlu terus ditingkatkan sehingga AKI dan AKB di Manggarai Barat terus mengalami penurunan,” tulis Edi-Weng.
Prinsip dan Tahapan Kerja SIMABARESTI
Prinsip-prinsip kerja SIMABARESTI mengacu pada arti numerologi dari kata Sima dan Baresti, yaitu kepribadian yang bertanggung jawab, melindungi, merawat, bermasyarakat, seimbang, simpatik, tingkat spiritual tinggi, intuitif, tercerahkan, idealis, dan pemimpi/visioner.
Tahapan pelaksanaan SIMABARESTI di Manggarai Barat antara lain, pertama, Puskesmas menyiapkan bata by name by adress sasaran ibu hamil dan bayi resti (Data Bulan dari 2H2 Center) berdasarkan Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR).
Kedua, Puskesmas melakukan identifikasi, sasaran prioritas mana dengan kategori “yang terutama dari yang utama” yang fokus intervensi dalam minggu berjalan.
Ketiga, Puskesmas melakukan intervensi sasaran prioritas tersebut. Jika memerlukan dukungan ekternal puskesmas, misalnya Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat, Pemerintah Kecamatan, Pemerintah Desa, Petugas PKH, dll, lakukan komunikasi dan bisa melibatkan Dinas Kesehatan sebagai fasilitator atau pihak lain yang dianggap bisa membantu.
Pendekatan intervensi kalau terkait rujukan bisa menggunakan pendekatan BAKSOKUDOPN ( Bidan, Alat, Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang , Donor, Posisi, Nutrisi).
Intervensi lain adalah koordinasi dengan Keluarga Pasien, Koordinasi dengan lintas sektor (Camat, Forkompimcam, Kades, Tokoh Agama, BPKK, dll), dan intervensi lainnya.
Keempat, Melaporkan hasil intervensi mingguan pada hari Sabtu pukul 12.00 Wita.
Kelima, melakukan pembahasan hasil intervensi melalui SIMABARESTI setiap hari Selasa dalam minggu pukul 09.00 – 12.00 melalui zoom meeting yang di-suport oleh Dinas Kominfo Kabupaten Manggarai Barat.
Keenam, menyusun rencana tindak lanjut mingguan yang akan dievaluasi lagi minggu berikutnya.
Diketahui, pada Selasa, 30 April 2024, Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat telah secara resmi melakukan sosialisasi SIMABARESTI kepada seluruh puskesmas melalui zoom meeting.
Kegiatan ini dihadiri oleh 22 puskesmas lama dan 4 puskesmas baru yang terdiri dari Kepala Puskesmas, Bikor dan Pengelola Gizi. [VoN]