Maumere, Vox NTT– Pimpinan sejumlah organisasi mahasiswa di Sikka mengecam rencana Pemda Sikka menggelontorkan dana senilai Rp 1,1 m untuk membiayai Tour de Flores 2017.
Ketua PMKRI St. Thomas Morus Maumere, Martinus Laga Muli menilai rencana tersebut tidak relevan.
“Konyol kan masa panitia menggunakan jalan untuk lomba tetapi kita yang malah membiayai mereka. Harusnya Pemda Sikka mendapatkan pemasukan dari panitia,” ujar mahasiswa Fakultas Tekni Unipa ini kepada VoxNtt.Com pada Kamis (6/4/2017) melalui telepon.
Menurut Martinus, seharusnya Pemda dan DPRD Sikka mengevaluasi terlebih dahulu capaian dari TdF sebelumnya.
“Pembiaayaan TdF tahun 2016 lalu tidak memberi efek apa pun kepada rakyat Sikka,” terang Martinus.
Senada dengan Martinus, Pjs. Ketua LMND Eskot Sikka, Demy Hendriques menentang rencana tersebut. Menurutnya, dana sebesar itu terbuang percuma.
“Klaim keuntungan dari wisata itu tidak benar karena uang tersebut justru bukan dipakai untuk mengembangkan objek-objek wisata di Sikka,” ujarnya.
Menurutnya, alangkah lebih baik bila Pemda Sikka mengalihkan dana tersebut untuk penguatan sektor riil seperti pertanian atau mengubahnya menjadi bantuan modal untuk kaum miskin perkotaan.
“Ini namanya pemborosan,” tegas Demy.
Oleh karenanya, baik Martinus maupun Demy menyatakan akan melakukan aksi penolakan dalam waktu dekat.
Bertepatan TdF 2016 lalu sejumlah mahasiswa dari PMKRI, GMNI, dan PMII sempat melakukan aksi unjuk rasa mengecam ketidakmampuan Pemda Sikka menyediakan tenaga dokter kandungan di RSUD TC Hillers Maumere.
Namun aksi mereka berujung ricuh bahkan terjadi pemukulan terhadap beberapa aktivis karena dinilai mengganggu TdF.
Sementara itu, Ketua GMNI Sikka, Yulfrid Naga menilai jumlah Rp 1,1 M tersebut berlebihan. Menurutnya, tidak ada dampak signifikan yang didapat rakyat dari TdF 2016 lalu.
“Yang rakyat dapatkan itu hanya hiburan sehari saja. Jadi sebaiknya diturunkan saja nilai kontribusinya,” tegasnya. (Are de Peskim/VoN).