VoxNtt.com-Nama Boti tentunya tidak asing lagi bagi wisatawan Nusantara maupun Mancanegara yang sudah pernah menginjakan kakinya di bumi berpenghasilan Cendana ini.
Di dunia kepariwisataan, daya tarik wisata budaya Boti terus diburu oleh para pelancong lokal maupun internasional. Karena keunikan budaya tersebut membuat nama Boti terus menebar aroma bagi para pengunjungnya.
Pada edisi budaya kali ini kami sengaja menyuguhkan budaya suku Boti yang diadaptasi dari disbudpar.ttskab.go.id, sebagai salah satu kekayaan budaya NTT dan Indonesia pada umumnya.
Boti merupakan sebuah desa tradisional yang berada di Kecamatan Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Desa Boti ini cukup terkenal, karena di sana bermukim sebuah suku asli (Suku Boti) yang hingga kini masih mempertahankan tradisi nenek moyang mereka selama beratus-ratus tahun.
Warga Suku Boti hanya sekitar 415 jiwa itu masih menganut aliran kepercayaan asli yang diturunkan leluhur mereka. Di sekeliling mereka hidup masyarakat lain yang sudah menganut Agama Kristen (Protestan dan Katolik).
Kendati demikian, warga Suku Boti masih setia dengan aliran yang dianut oleh para leluhur mereka.
Dalam kehidupan sehari-hari warga di Desa Bob itu menjunjung tinggi sikap toleransi, antara warga Suku Boti dengan masyarakat lain yang sudah menganut agama.
Dalam kehidupan kesehariannya, suku Boti dipimpin oleh seorang Tokoh Supranatural, “Nune Benu”. Suku ini memiliki kepercayaan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi derajatnya di antara makhluk ciptaan yang lainnya.
Menurut pandangan mereka, di dalam hidup ini, manusia memiliki dua penguasa jagat yang harus ditaati. Penguasa alam dunia yang disebut Uis Pah, dan penguasa alam baka disebut Uis Neno.
Uis Pah dihormati dan disembah karena Dia-lah yang menjaga, mengawasi dan melindungi hidup manusia beserta seluruh isinya. Sedangkan Uis Neno disembah karena peran-Nya yang menentukan apakah manusia dapat masuk Surga atau Neraka.
Oleh karena itu, sesuai ajarannya, warga Suku Boti percaya bahwa apa yang dibuat selama manusia hidup di dunia akan ikut menentukan jalan hidupnya di akhirat nanti. Sikap hidup baik dan benar semasa di dunia akan menuntun manusia kepada kehidupan kekal abadi.
Dalam praktek hidup sehari-hari, warga suku Boti selalu dituntun oleh kepala sukunya agar selalu berbuat balk terhadap sesama, terhadap lingkungannya dengan menjaga, merawat dan melestarikan hutan yang semuanya itu merupakan suatu persembahan yang mulia kepada Uis Pah dan Uis Neno.
Mereka sangat yakin bahwa dengan memberikan persembahan, mereka diberi pahala dari sang Khalik berupa berkat, perlindungan dan keselamatan, atau malah sebaliknya mendapat murka jika mereka berbuat jahat.
Warga Suku Boti senantiasa hidup bergotong royong, saling membantu dalam meringankan beban sesamanya. Soal adat istiadat, warga suku Boti sangat patuh dan setia mempertahankan keashan tradisi nenek moyangnya sekalipun ditantang oleh perkembangan zaman yang terus berubah.
Suku Boti tampak bertahan menjaga kemurnian adatnya. Alhasil, dalam alam budaya dan adat istiadatnya, mereka merasa hidupnya tenang dan sejahtera. Hidup dalam persekutuan adat yang rapat dan ketat, diyakini dapat memiliki kekuatan batin yang menyegarkan jiwa rohaninya.