Ruteng, VoxNtt.com- PT Nusa Mitra Teknik (Samitek) akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 10 Mega Watt (MW) di Reo, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai-Flores.
Li Yong Sang, Direktur PT Samitek menjelaskan pembangunan PLTS di Reo dilakukan untuk menjawabi kebutuhan listrik di kecamatan tersebut dan sekitarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kata Li Yong, Kecamatan Reok berpenduduk 34.000 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 17.000. Penduduk sebanyak itu sangat membutuhkan listrik.
Dikatakan, dari 10 MW tersebut akan dialokasikan untuk kebutuhan listrik kota Reo sebanyak 7,65 MW dan selebihnya akan memasok ke daerah sekitar hingga ke bagian utara Manggarai Timur. Tentu saja, hal itu dilakukan melalui kordinasi dengan pihak PLN sebagai perusahan yang bertanggung jawab atas kelistrikan.
“Berdasarkan survei kami, total tempat yang akan dibangun sebanyak 14 hektar dengan sumber matahari berkekuatan 5,53 Kwh,” kata investor asal Korea Utara itu saat sambutannya pada acara penanda tanganan MoU pembangunan PLTS dengan Pemkab Manggarai di aula Nuca Lale-Kantor bupati Manggarai, Selasa, (2/11/2016).
Mereka menargetkan, PLTS tersebut akan selesai dibangun dan lancar beroperasi pada Agustus 2018 mendatang. Ia akan beroperasi selama 9 jam perhari atau bisa selama 24 jam. “Kalau 24 jam operasi maka akan membutuhkan satu alat seperti baterei,” katanya.
Li Yong menambahkan, masa kontrak investasi ini selama 5 tahun hingga 20 tahun, bahkan lebih. “Kita bangun listriknya dan nanti akan jual ke PLN dengan sistem PPA (Power Purchase Agreement-red),” dia menjelaskan.
Bupati Manggarai, Deno Kamelus dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada investor asal Korea Utara itu. Itu terutama karena dalam pembangunan PLTS tersebut Pemkab Manggarai hanya menyiapkan lahan sebanyak 14 hektar dan tidak mengeluarkan APBD.
“Sekali lagi saya tekankan pembangunan itu tidak mengunakan APBD, tetapi itu urusan PT Samitek dengan PT MMI (Manggarai Multi Investasi) sebagai perusahan daerah Manggarai,” ujar Deno.
Dia menjelaskan, pembangunan listrik dengan memanfaatkan potensi alam merupakan upaya pemerintah dalam menjawabi krisis kelistrikan di Manggarai. Tentu saja, hal ini sinkron dengan program kelistrikan 35 ribu MW dari pemerintah pusat di bawah kepemimpinan Joko Widodo- Yusuf Kalla.
Apalagi, kata dia, pemerintah pusat juga merencanakan pembangunan kelistrikan di Pulau Flores nantinya tidak menggunakan bahan bakar minyak seperti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), tetapi bersumber dari alam. Misalnya, bersumber dari Uap, Matahari, Air, dan Batu Bara.
“Karena biaya operasional paling mahal itu listrik tenaga diesel, kemudian disusul tenaga batu bara, dan paling murah ialah tenaga uap dan matahari. Contoh PLTD Waso itu menghabiskan bahan bakar jenis solar 5 tanki mobil perhari dan itu sangat mahal,” jelas bupati yang berpasangan dengan Victor Madur itu.
Dia menambahkan, pembangunan PLTS di Reo nanti akan sinkron dengan rencana PLN Pusat yang sudah bersedia mengeksplore lagi sebanyak 20 MW untuk PLT Panas Bumi Ulumbu. Selain itu, mereka juga berencana akan membangun PLT Air 16 MW di Wae Racang, Kecamatan Rahong Utara dan melanjutkan sambungan jaringan listrik sejauh 20 Kilometer dari kota Ruteng menuju kota Reo.
“Saatnya berpikir out of the box. Selama ini kalau ditanya ke bupati kenapa listrik mati. Lalu bupati jawab itu urusan PLN. Saatnya keluar dari box itu. Sekarang kita sama-sama bekerja untuk mengatasi krisis kelistrikan di Manggarai,” pungkas Deno. (AA/VoN)
Foto: Bupati Manggarai dan Direktur PT Samitek saat penanda tanganan MoU pembangunan PLTS di Reo di aula Nuca Lale (Foto: AA/VoN)