Ruteng, VoxNtt.com- Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Tata Ruang Kabupaten Manggarai menanggapi adanya dugaan kerja asal jadi terhadap pembangunan jalan Wudi-Toak di Kecamatan Cibal.
Dikabarkan sebelumnya, berdasarkan pantauan VoxNtt.com pada Rabu, 25 Januari 2017 lalu, sekitar belasan meter drainase pada ruas jalan ini tampak tidak dibangun. Padahal bagian hulu dan hilirnya telah dikerjakan.
BACA: Kondisi Drainase di Jalur Wudi-Wae Naong Memprihatinkan
Lokasi proyek drainase yang diduga bermasalah tersebut tak jauh dari SMP Negeri 7 Cibal di Wudi. Itu tepatnya di pertigaan Rakas dan Welu, Desa Rado-Cibal.
Selain itu, tampak drainase dibangun lebih tinggi dari bahu jalan. Padahal di banyak tempat bibir drainase lebih rendah minimal 5 centimeter (cm) dari permukaan jalan. Dan, drainase di pertigaan Rakas-Welu itu juga belum diplaster.
Tampak pula di beberapa titik aspal tidak dikerjakan. Genangan air ada di badan jalan lantaran got di pinggirnya belum dikerjakan.
Anggota DPRD Manggarai Ben Isidorus usai melakukan pemeriksaan 18 Januari lalu mengatakan, pihaknya mencium sejumlah kejanggalan pada proyek lapen tahun 2016 tersebut.
“Dari hasil temuan, ada beberapa kejanggalan dari proyek lapen tersebut,” kata Ben kepada wartawan.
Menanggapi hal itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek rehabilitasi lapen dinas PU dan Tata Ruang Manggarai, Stefanus Konjong menjelaskan, proyek jalan Wudi- Toak itu merupakan dua paket pekerjaan berbeda di tahun 2016.
Pertama, item pekerjaan pelebaran jalan dengan sistem swakelola. Kedua, item pekerjaan rehabilitasi lapen dengan sistem kontraktual.
“Total nilai kontrak awalnya senilai 1.429.824.000 rupiah. Hanya saat pencairan hanya 1.411.168.000 rupiah. Sumber dari DAK (Dana Alokasi Khusus) tahun 2016,” jelas Stefanus kepada VoxNtt.com di ruang kerjanya, Rabu (8/2/2017).
Dia mengaku, pihaknya sudah melakukan proses Provisional Hand Over (PHO) beberapa waktu lalu. Saat ini masih dalam masa pemeliharaan selama satu tahun, sebelum proses Free Hand Over (FHO).
Proyek lapen ini, kata dia, dikerjakan oleh CV Afgro Putra milik Dionisius Longos dengan kontraktor pelaksana atas nama Thomas Tahir.
Stefanus menegaskan di pertigaan Rakas-Welu itu bukan merupakan proyek drainase, namun mortar.
Menurut dia, ada perbedaan proyek mortar dengan drainase. Mortar tidak harus diplaster. Sedangkan, drainase secara teknis wajib diplaster.
“Memang di situ (pertigaan Rakas-Welu) sering longsor. Sudah berapa kali dibuat tapi terus terbawa longsor,” katanya.
Sedangkan terkait lapen di beberapa titik yang belum dikerjakan, Stefanus menegaskan proyek tersebut merupakan rehabilitas bukan peningkatan. Karena itu, tidak wajib dilapen total.
“Kalau kita anggap masih bagus, berarti kita tidak lapen. Ini kan proyek rehabilitasi,” jelas Stefanus.
Senada dengan Stefanus, Direksi Teknis Damisius Pius mengatakan, pihaknya membangun mortar lebih tinggi dari permukaan jalan bertujuan untuk menahan air dari ketinggian lokasi SMP Negeri 7 Cibal.
“Kalau tidak dibuat tinggi, maka air yang cukup deras dari SMP Negeri 7 itu langsung ke badan jalan. Sebelah atasnya kan tinggi sekali pak, apalagi tekanan air ke bawah jalan cukup besar. Terpaksa kami buat tinggi supaya air tidak masuk ke jalan,” jelas Damisius.
Sementara itu, PPK proyek pelebaran Johanes Donbosco mengaku, kondisi jalan Wudi-Toak ini cukup goyah sehingga mudah terjadi longsor.
“Memang agak susah kalau pekerjaan sekali jalan, antara pelebaran dan lapen. Maunya, satu tahun dulu pelebaran, baru lapen dikerjakan. Tanah itu cukup labil, apalagi air di sawah-sawah cukup banyak,” kata Johanes.
Dia mengatakan, proyek pelebaran tersebut menelan anggaran sebesar Rp 90 juta. Sebernarnya, pelebaran ini mulai dari Tengku Tok sampai Kampung Pinggang.
Tetapi karena sudah ada pelebaran, terpaksa dikerjakan dari pertigaan Rakas hingga kampung Toak saja. (Ardy Abba/VoN)