Borong, VoxNtt.com- Kegiatan pengadaan obat untuk puskesmas di Manggarai Timur (Matim) pada tahun 2016 lalu telantar.
Terbengkelainya pengadaan obat ini diduga terjadi karena Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Matim, Pranata Kristiani Agas merangkap tugas. Ia juga merangkap sebagai PPK pada proyek pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Matim.
Apalagi saat pengerjaan proyek RSUD tahun 2016 lalu itu, PPK dikabarkan sibuk menghadapi berbagai sorotan sejumlah pihak. Hal ini tentu saja menambah beban tugasnya, sehingga pengadaan obat tidak dilakukan.
Baca: PPK Undur Diri, Pembangunan Lanjutan RSUD Matim Diserahkan ke PU
“Jadi beban yang dititipkan puskesmas akhirnya batal, tidak jadi tender. Tidak jadi dilaksanakan pengadaannya. Dan memang tidak terjadi,” kata Sekretaris Dinkes Matim, Dokter Surip Tintin saat diwawancarai di ruang kerjanya, Jumat (17/2/2017).
Tintin menjelaskan sikap Dinkes yang mengambil alih belanja obat ini bermula saat ada pengendapan dana Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tahun 2016 di rekening puskesmas.
Baca: Dana Jaminan Kesehatan Mengendap di Rekening Puskesmas, PDIP Matim Kesal
Itu terjadi karena pihak puskesmas tidak mau menggunakan dana tersebut lantaran bingung mengelolanya. Mereka takut jika dipaksakan maka berpotensi terkena masalah.
Karena itu, Dinkes membantu puskesmas membelanjakan obat tersebut menggunakan sistem E-Purchasing. Sistem ini merupakan tata cara pembelian barang/jasa dengan menggunakan katalog elektronik.
“Dinas memberi peluang untuk coba dikumpul aja ke dinas, nanti baru kami bantu belanjakan menggunakan sistem E-Purchasing,” tegasnya.
“Waktu itu di pertengahan jalan ada PPK yang mengundurkan diri tidak mau ngurus rumah sakit, akhirnya Ibu Ani (Pranata Kristiani Agas) PPK rumah sakit, mana dia urus JKN, mana urus rumah sakit. Jadi kenapa belanja obat 2016 tidak diadakan, karena kosentrasi banyak dipakai ngurus rumah sakit yang nota bene huru-hara waktu itu,” tambah Dokter Tintin.
Kepala Puskesmas Mok yang dikonfirmasi di tempat terpisah membenarkan hal tersebut. Ia mengaku sampai saat ini, pihaknya belum mendapatkan obat walaupun sudah menyetor sejumlah uang kepada seorang pejabat di Dinkes Matim.
“Ada 10 juta. Tapi sampai saat ini belum dibelikan,” katanya saat dihubungi melalui pesan singkat, Rabu (15/2/2017).
Sedangkan, pejabat yang dikabarkan menerima setoran tersebut belum berhasil dikonfirmasi walaupun wartawan sudah berusaha menemuinya di kantor Dinkes. (Ano Parman/VoN)