NEGERI BINATANG
Alkisah di sebuah negeri binatang
Sekelompok kucing diusir pergi dari dusun suci
Anjing-anjing lapar bahagia mendapat tulang kaki kursi
Mereka dibelai majikannya di atas ranjang kitab
Sambil lahap menjilat selangkangan bangsa
Saatnya pesta pora tikus-tikus berdasi
Hajatan besar meraup kertas
Toh, bagi mereka bangsanya seperti lumbung padi
Lagian para petani tak ada di lokasi
Begitulah sepenggal dongeng ayah sebelum tidur untukku
Kata ayah ini sekedar kisah ba(ng)sa-basi
Boleh percaya boleh tidak
Jika percaya, kata ayah aku harus tidur lelap lima tahun
Jika tidak, ayah akan tunjukkan buku miliknya berjudul:
“Negeri Binatang”
Dan sampul bukunya bergambar burung garuda
(Rahim Pancasila, 19/4/2017)
PEREMPUAN PUISI
-Memperingati hari Kartini
Karena perempuan adalah puisi
Potongan tubuhnya adalah huruf-huruf
Kesatuan jiwanya adalah kata-kata
Hasratnya adalah kalimat
Rindunya adalah baris
Senyumnya adalah bait
Dan ia urai sepanjang rambut
Dari rahimnya telah lahir puisi abadi:
“Habis gelap terbitlah terang”
(Krokowolon Beach, 21/4/2017)
*Mikhael Wora. Mahasiswa STFK Ledalero. Bergiat di komunitas sastra Djarum Scalabrini.