Larantuka, Vox NTT- Tato merupakan salah satu seni yang menggunakan kulit manusia sebagai medianya. Konon seni tubuh ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Tato adalah seni, lambang ekspresi yang bebas. Sejarah mencatat bahwa tato berasal dari bahasa Tahiti ‘tatu’ yang artinya tanda.
Adalah Dedimus Rusadi Patal Ladjar, salah satu seniman tato Flores yang memilih mendalami hobi masa kecil yang suka menggambar menjadi pekerja profesional tukang tato.” Saya ingin dikenal sebagai pekerja seni,” katanya dengan seyum yang sumringah.
“Pertama kali saya mulai menekuni seni tato pada pertengahan tahun 2012. Awalnya sekedar hobi tapi ya kini jadi profesi,” kalimat ini meluncur dari Dedimus Rusadi Mulyadi Patal Ladjar.
Pria dengan zodiak Capricorn ini selepas SMA di Larantuka lalu menjadi tukang ojek. Dua tahun mengumpulkan uang dari ngojek, Dedi nekad kuliah.
“Saya tidak tahu tentang seluk beluk kampus itu bagaimana. Dengar kawan-kawan cerita tentang kuliah dan kampus, saya pikir ah saya juga kuliah,” demikian tutur Dedi.
Dedi lalu memilih masuk jurusan Bahasa dan Sastra pada Universitas Flores-Ende sebagai taman menimba ilmu.
Saat masuk semester dua, kebutuhan mulai dari uang registrasi, pembayaran SKS, biaya kost dan makan minum terasa begitu berat. Maunya berhenti kuliah saja tetapi dorongan dari kedua orangtuanya membuat ia bertahan.
Sebagai petani, Dedi layak untuk pesimis dengan latar belakang pekerjaan orang tuanya. Toh penguatan dari mereka untuk bertahan dan ikut membantu membuatnya percaya diri.
Perjalanan menempuh kuliah bagi Dedi memang penuh dengan duka. Ia lalu coba mengembangkan hobi dari masa kecilnya yang gemar melukis dan menulis indah itu untuk menjadi seniman tato.
“ Saya sebenarnya mengamati situasi sekitar saya. Mau jadi loper koran sudah ada banyak orang. Dedi kemudian mulai belajar otodidak tentang tato. Saya cari aneka referensi tentang tato dan menanamkan dalam diri saya bahwa saya pasti bisa jadi seorang perajah tubuh,” kataya.
Dengan kemauan yang membaja Dedi lalu nekad membeli mesin tato dan segala perlengkapan. Memulai dengan was-was Dedi kini seolah jadi bintang yang bersinar dalam hal tato.
Bagi Dedi, semua perlengkapaan tatonya steril dan teruji. Bukti dari kecintaannya pada dunia seni merajah tubuh ini,
Dedi paham hampir semua aliran dalam tato. Terhitung sejak awal jadi tukang tato hingga kini hampir enam ratusan lebih model tato yang dikerjakannya. Mulai dari model tato yang beraliran tribal, oriental tato, neo traditional tattoo, tato tiga dimensi, geometric tattoo, tato mandala, tattoo portrait hingga water color tattoo adalah model yang digarapnya dengan kesungguhan hati. Tato bagi Dedi adalah bagian dari jiwanya. Moto hidupnya jelas, tattoo is not a crime (Tato Bukan Merupakan Sebuah Kejahatan)
“Saya mencintai pekerjaan ini, tato adalah jiwa saya. Saya bangga karena sekalipun kuliah saya sempat berantakan karena terhalang biaya sana-sini tetapi akhirnya kini saya hampir tiba di penghujung. Saya percaya semuanya akan indah pada waktunya. Saat ini saya lagi menyelesaikan skripsi saya tentang karakter ke-Indonesiaan para tokoh dalam roman Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer,” ujar Dedimus Rusadi.
“Rencana dari awal sih mau menulis skripsi tentang tato tetapi saya tidak punya buku referensi yang cukup. Setelah wisuda tahun ini saya ingin jadi guru tato yang punya studio tato sendiri, juga punya taman baca,” tambahnya. (Hengky Ola/VoN)