Borong, Vox NTT– Pasca pembangunan telford tahun 2012 lalu,warga Desa Compang Weluk, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur (Matim) mulai membayangkan tak lama lagi mereka bakal menikmati akses transportasi yang memadai.
Sayangnya, bayangan kebahagian warga 5 tahun lalu itu kini telah pupus. Pasalnya, jalan telford tersebut hingga kini belum ditingkatkan menjadi lapen oleh pemerintah kabupaten (Pemkab) Matim.
Padahal Compang Weluk merupakan salah satu desa lumbung komoditi berupa kopi, kemiri, dan lain-lain. Jalan telford penuh rerumputan liar dengan medan pendakian yang cukup maut menyulitkan warga setempat untuk mengakses pasar komoditi menuju kota.
Baca Juga: Warga Sebelah Wae Musur Merengek, Kemana 7 DPRD Matim Dapil Borong-Rana Mese?
Vinsen Mone, warga Desa Compang Weluk saat ditemui VoxNtt.com baru-baru ini di Borong mengaku, setiap hari mereka terpaksa melewati jalur maut dengan medan cukup terjal di beberapa titiknya itu menuju kota.
Tak hanya jalan yang belum diaspal. Penderitaan warga lebih parah lagi lantaran jembatan kali Wae Rina belum dibangun pula oleh Pemkab Matim.
Sungai yang membelah Poco Ranaka dan Poco Ranaka Timur hingga ke Kecamatan Lamba Leda itu cukup besar. Apalagi saat musim hujan, air kali meluap begitu besar hingga tidak bisa dilewati warga.
“Manakah keadilan itu. Layakkah kami disebut merdeka. Bolehkah kami merasakan hal yang sama seperti mereka di luar sana. Atau kami dianaktirikan,” tegas Vinsen dengan kesal.
“Di mana hati dan mata pemerintah Manggarai Timur? Tidak melihat dan mendengar derita kami di sini,” tambahnya lagi.
Menurut Vinsen, kondisi jalan yang rusak menuju Desa Compang Weluk sangat berdampak buruk pada mobilitas warga. Apalagi saat musim hujan, warga tidak berani melintas karena takut celaka.
“Selama ini, kondisi jalur ini belum diperhatikan. Jalan berbatu penuh tanjakkan membuat kami selalu dihantui maut,” katanya.
Dikatakan Vinsen, kondisi ini mengakibatkan sulitnya warga memobilisasi hasil komoditi pertanian menuju kota. Apalagi saat hujan, kendaraan tidak bisa melintas lantaran air kali Wae Rina sangat besar.
Kondisi jalan yang rusak dan ketiadaan jembatan lanjut dia, telah menyebabkan inflasi. Itu diakibatkan adanya ketidaklancaran distribusi barang dari kota menuju Desa Compang Weluk.
Vinsen pun berharap kepada Pemkab Matim agar ke depan jalur menuju desa Compang Weluk segera diaspalkan. Ia juga meminta agar jembatan Wae Rina segera dibangun, sebab sudah dikategorikan kebutuhan vital bagi warga setempat.
“Kami sulit saat ke Borong atau ke Ruteng untuk menjual hasil komoditi. Apalagi kalau musim hujan, Wae Rina pasti meluap dan biaya transportasi pasti mahal,” tukasnya.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan pihak Pemkab Matim belum berhasil dikonfirmasi keluhan warga Desa Compang Weluk tersebut. (Nansianus Taris/VoN)